8 Tradisi Warga Tionghoa di Medan saat Perayaan Imlek, Ada Minum Teh Bersama
Menjelang perayaan Imlek tahun 2024, simak ragam tradisi warga Tionghoa di Medan yang penuh makna.
Menjelang perayaan Imlek tahun 2024, simak ragam tradisi warga Tionghoa di Medan yang penuh makna.
8 Tradisi Warga Tionghoa di Medan saat Perayaan Imlek, Ada Minum Teh Bersama
Warga Tionghoa sebentar lagi akan merayakan tahun baru Imlek yang jatuh pada 10 Februari 2024 mendatang. Biasanya mereka akan melakukan serangkaian tradisi mulai dari minum teh bersama, kumpul keluarga, dan masih banyak lagi.
Warga Tionghoa yang tinggal di Kota Medan, Sumatra Utara juga tak ketinggalan dalam menjalankan tradisi yang sudah dilakukan rutin setiap menjelang perayaan Imlek. Mengingat warga Tionghoa di Medan cukup banyak, momen Imlek begitu terasa.Lantas, apa saja tradisi warga Tionghoa di Kota Medan menjelang perayaan tahun baru Imlek? Simak ulasannya yang dirangkum merdeka.com dari beberapa sumber berikut ini.
Pulang Kampung
Tradisi pulang kampung ternyata juga berlaku bagi warga Tionghoa menjelang Imlek. Momen ini pastinya dimanfaatkan oleh mereka kembali ke kampung halaman saat menjelang dan saat perayaan Imlek berlangsung.
Ketika perayaan Imlek, mereka yang bertempat tinggal di Kota Medan biasanya akan pulang kampung ke Pematangsiantar, Binjai, Tebing Tinggi, dan daerah-daerah lainnya.
Bagi Angpao
Angpao sudah pasti dikaitkan dengan momen perayaan Imlek. Tradisi yang cukup terkenal di kalangan masyarakat secara umum ini tentunya termasuk dalam tradisi menjelang perayaan Imlek yang wajib dilaksanakan.
Biasanya angpao berisikan sejumlah uang dengan nilai yang berbeda-beda. Tradisi ini biasanya dilakukan oleh orang yang lebih tua kepada orang yang lebih muda.
Saling Minta Maaf
Momen silaturahmi dan maaf-maafan pasti tak lepas dari momen perayaan Idulfitri. Akan tetapi, warga Tionghoa di Medan ternyata melaksanakan tradisi yang serupa menjelang Imlek.
Tradisi meminta maaf ini dimulai dari mereka yang usianya lebih muda kepada orang yang lebih tua.
Fang Teh
Selanjutnya ada satu tradisi yang dilakukan warga Tionghoa saat Imlek secara turun-temurun. Tradisi ini dinamakan Fang Teh.
Fang Teh merupakan tradisi pemberian secangkir teh oleh anggota keluarga yang lebih muda ke anggota keluarga yang lebih tua.
Adapun makna yang mendalam pada tradisi Fang Teh atau minum teh bersama ini, yaitu memberi penghormatan kepada orang yang lebih tua dan meminta permohonan maaf atas kesalahan perbuatan yang telah mereka lakukan selama setahun.
Mengunjungi Kuil atau Vihara
Mengutip Liputan6.com, pada malam tahun baru Imlek, biasanya warga Tionghoa akan pergi berdoa ke kuil atau Vihara agar mendapatkan keberutungan.
Kemudian, tujuan lainnya adalah menenangkan arwah leluhur mereka juga penting untuk membawa makanan yang nantinya dibakar sebagai bentuk persembahan kepada mereka.
Festival Lampion
Perayaan Imlek yang sangat meriah jatuh kepada festival lampion yang pastinya tidak pernah dilewatkan oleh warga Tionghoa dimanapun. Biasanya, acara ini akan berlangsung pada akhir perayaan Imlek atau diakhiri dengan bulan purnama.
Banyak keluarga Tionghoa menuliskan fu (福 – Fú) untuk mendatangkan keberuntungan sebelum melepaskan lampion ke langit. Ada juga lampion Kongming yang dianggap sangat penting ketika festival lampion.
Tujuan dari pelepasan lampion ke langit ini agar dapat terbang tinggi ke surga sehingga permintaan mereka terkabul di tahun baru.
Menonton Barongsai
Selain angpao, tradisi yang sangat identik dengan perayaan Imlek adalah menonton barongsai. Pertunjukan ini telah menjadi ikon pada perayaan yang digelar setahun sekali tersebut.
Penggambaran naga menurut mereka adalah membawa kemakmuran dan nasib baik. Oleh karena itu, tradisi menyaksikan barongsai menjadi sesuatu yang tak boleh dilupakan dalam peryaan Imlek.
Pemberian Kue
Selanjutnya, tradisi yang satu ini berangkat dari sebuah mitologi cina Zao Jun atau Dewa dapur selalu melaporkan hal yang baik dan buruk yang telah dilakukan manusia kepada kaisar langit.
Banyak warga Tionghoa yang menyanjungnya dengan menyalakan petasan, membakar dupa hingga persembahan kue spesial bernama Niángāo.
Tradisi tersebut dilakukan agar Zao bisa memberikan laporan yang baik tentang tindakan manusia serta memberkati keluarga mereka dengan kehidupan yang sehat dan kaya.