Dulunya Kayu yang Tersambar Petir, Intip Cerita Batu Basiha Peninggalan Nenek Moyang Toba yang Diakui UNESCO
Batu Basiha merupakan Global Geopark yang terletak di Desa Aek Bolon, Balige, Kabupaten Toba.
Batu Basiha merupakan Global Geopark yang terletak di Desa Aek Bolon, Balige, Kabupaten Toba.
Dulunya Kayu yang Tersambar Petir, Intip Cerita Batu Basiha Peninggalan Nenek Moyang Toba yang Diakui Unesco
Keindahan Sumatera Utara dihiasi dengan ragam kearifan lokal yang menarik untuk disimak. Salah satu di antaranya adalah Batu Basiha yang saat ini telah diakui oleh The United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO).
Batu Basiha merupakan Global Geopark yang terletak di Desa Aek Bolon, Balige, Kabupaten Toba. Lokasi ini menjadi salah satu destinasi sejarah favorit di sana, karena memiliki cerita sejarah tentang nenek moyang Toba,
-
Dimana batu purba ini ditemukan? Dalam penggalian terbaru di Yeşilova Hoyuk, distrik Bornova, İzmir, Turki, ditemukan batu berangka berusia 8.000 tahun.
-
Mengapa batu purba ini penting? Penemuan ini menjadi pusat perhatian karena sifatnya yang langka dan signifikan dalam konteks sejarah.
-
Apa yang ditemukan di Situs Batu Megalitik Pasemah? Situs Batu Megalitik Pasemah menjadi daya tarik tersendiri bagi para peneliti bidang arkeologi sejak zaman kolonial Belanda. Banyak dari mereka yang mendatangi Sumsel hanya untuk melihat situs megalitik yang kaya akan nilai sejarah.
-
Dimana penemuan batu kuno itu? Temuan itu terjadi di kawasan bernama Plakia di Pulau Kreta Yunani.
-
Apa kegunaan batu purba ini? Jenis batu-batu ini terus digunakan sebagai benda berat dalam kehidupan komersial bahkan 4.000 tahun sebelum zaman kita. Mereka memainkan peran penting dalam memudahkan perhitungan dan penghitungan dalam kehidupan sosial pada masa itu.
-
Dimana lokasi penemuan pohon batu? Proses penggalian untuk pipa pembuangan air hujan di Pulau Lesvos, Yunani, mengungkap temuan 14 pohon batu yang berusia sekitar 18 juta tahun.
Berdasarkan cerita turun temurun, bebatuan yang bertumpuk di lokasi tersebut dahulu merupakan kayu yang tersambar petir. Konon, kayu-kayu ini tidak direstui untuk dijadikan bahan bangunan rumah.
Kisah itu kemudian dipercaya oleh segenap warga Aek Bolon, dan terus dilestarikan secara turun temurun kepada anak cucu masyarakat Toba. Berikut informasi selengkapnya.
Batu yang Tersambar Petir
Mengutip Disbudpar Toba, asal usul nama Basiha berasal dari bahasa setempat yakni “Batu Sian Hau”.
Foto: Youtube Lake Toba 360
Dalam bahasa Indonesia, Batu Sian Hau memiliki arti batu yang terbuat dari kayu.
Ini terkait mitos yang dipercaya oleh masyarakat setempat, bahwa batu ini dahulunya meruapakan kayu untuk mendirikan rumah adat. Namun, tiba-tiba terdapat petir yang menyambar kayu hingga seketika berubah menjadi bebatuan.
Tidak diketahui secara persis kapan peristiwa ini berlangsung, namun pendirinya dipercaya merupakan nenek moyang orang Toba yakni opung Manggak Napitupulu.
Tidak Direstui untuk Mendirikan Rumah
Konon sambaran petir ini tidak secara tiba-tiba menyambar, melainkan karena di lokasi tersebut tidak boleh didirikan sebuah bangunan rumah adat.
Beberapa sumber mengatakan jika sebelum kejadin, opung Manggak Napitupulu sempat didatangi seekor harimau yang memberi sebuah peringatan. Namun, karena tidak diindahkan akhirnya terjadilah sambaran petir yang mengenai kayu untuk membangun rumah adat.
Setelah terjadi peristiwa itu, nenek moyang Toba lantas mengurungkan niatkan dan pembangunan rumah adat tidak jadi dilaksanakan.
Berasal dari Pijaran Lava Gunung Toba Purba
Sementara itu, versi keilmuan didapatkan fakta bahwa tumpukan bebatuan tersebut bukanlah bahan bangunan kayu yang tersambar petir.
Namun, tumpukan batu ini berasal dari guguran lava pijar erupsi Gunung Toba Purba jutaan tahun silam. Ini dikuatkan dari struktur dan bahan batu, yakni batuan beku andesit. Walau demikian, cerita ini tetap dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu warisan kearifan lokal setempat.
"Dulu ceritanya ini memang dari mitos, tapi sesuai dengan penelitian bahwa ini berasal dari letusan Gunung Toba. Rencana ke depannya lokasi ini akan dikembangkan jadi daerah wisata Aek Bolon," Kepala Desa Aek Bolon, Dapot Simanjuntak, mengutip ANTARA.
Dibangun Taman yang Nyaman
Untuk saat ini, kawasan wisata tersebut telah ditata dan diberikan sejumlah fasilitas seperti tangga, taman hingga gazebo untuk bersantai.
Dengan adanya tangga, wisatawan bisa dengan mudah mengunjungi lokasi bersejarah tersebut sekaligus menikmati keindahannya.
Ditambahkan Dapot Simanjuntak, adanya kearifan lokal turun temurun ini belakangan menjadi salah satu peringatan agar masyarakat bisa menjaga alam, sekaligus menjaga kelestarian lingkungan.
Kawasan tersebut sebelumnya diakui sebagai Global Geopark UNESCO sejak 7 Juli 2020 lalu.