Astronom Temukan Lubang Hitam Supermasif di Pusat Omega Centauri
Lubang hitam menjelaskan proses kehilangan massa pada galaksi kerdil, sehingga hanya menyisakan inti padat yang kaya akan bintang.

Para ilmuwan astronomi telah menemukan sebuah lubang hitam supermasif yang terletak di gugusan bintang Omega Centauri, yang merupakan bagian dari galaksi Bima Sakti.
Lubang hitam ini diperkirakan memiliki massa antara 20.000 hingga 50.000 kali massa matahari di pusatnya. Dengan jarak sekitar 18.000 tahun cahaya dari Bumi, keberadaan lubang hitam ini saat ini tidak menimbulkan ancaman bagi planet kita. Penemuan ini memiliki dampak signifikan dalam memahami sejarah dan evolusi alam semesta secara keseluruhan.
Menurut laporan yang dipublikasikan di Science Alert pada Selasa (11/2), penemuan ini menunjukkan bahwa Omega Centauri bukanlah sekadar gugus bola biasa, melainkan merupakan inti dari galaksi kerdil yang telah punah.
Diduga, bintang-bintang di bagian luar gugus ini telah terlepas akibat interaksi gravitasi dengan galaksi Bima Sakti, yang membentuk struktur yang dikenal sebagai Gaia-Enceladus-Sausage.
Dengan adanya lubang hitam ini, kita bisa lebih memahami bagaimana galaksi kerdil kehilangan sebagian besar massanya, tetapi tetap menyisakan inti yang kaya akan bintang.
Omega Centauri menjadi objek penelitian yang menarik karena jaraknya yang relatif dekat dengan Bumi dibandingkan gugus bola lainnya, yang memungkinkan para peneliti untuk mengeksplorasi lebih dalam mengenai evolusi lubang hitam.
Peneliti dari University of Queensland mengklaim telah menemukan bukti yang kuat mengenai keberadaan lubang hitam supermasif ini.
Salah satu indikator utama adalah keberadaan bintang-bintang yang bergerak dengan kecepatan sangat tinggi di sekitar inti Omega Centauri.
Tim astronom mencatat bahwa tujuh bintang dalam gugusan tersebut bergerak dengan kecepatan sudut minimal 2,4 seperseribu detik busur per tahun, yang setara dengan kecepatan 62 km per detik.
Kecepatan yang tinggi ini tidak bisa dijelaskan hanya dengan gravitasi bintang-bintang di gugusan, tetapi menjadi masuk akal jika bintang-bintang tersebut mengorbit objek masif, seperti sebuah lubang hitam.
Penemuan ini juga merupakan kemajuan penting dalam pencarian lubang hitam perantara, yang memiliki ukuran antara lubang hitam bintang (kurang dari 100 massa matahari) dan lubang hitam supermasif di pusat galaksi (lebih dari 100.000 massa matahari).
Saat ini, model pembentukan lubang hitam raksasa masih menyisakan banyak pertanyaan, mengingat adanya kesenjangan ukuran antara kedua kategori ini. Salah satu pendekatan untuk mengisi kesenjangan ini adalah dengan mencari lubang hitam berukuran menengah di galaksi kerdil atau gugus bola.
Namun, pencarian sebelumnya di Awan Magellan tidak menghasilkan temuan yang signifikan. Kini, dengan ditemukannya lubang hitam di Omega Centauri, para astronom memiliki bukti baru yang dapat membantu menjelaskan bagaimana lubang hitam berukuran sedang dapat berevolusi.