Bagaimana Nasib Frekuensi setelah XL Axiata dan Smartfren Merger?
Nasib frekuensi setelah XL Axiata dan Smartfren merger, begini penjelasannya.
XL Axiata dan Smartfren akhirnya resmi merger. Total dari nilai gabungan kedua perusahaan telekomunikasi itu mencapai lebih dari Rp104 triliun atau USD6,5 miliar. Penggabungan ini akan membentuk entitas telekomunikasi baru bernama PT XLSmart Telecom Sejahtera Tbk (“XLSmart”).
Kendati begitu, ada masalah yang belum terselesaikan ke depannya pasca merger: frekuensi. Frekuensi sebagai sumber daya bagi operator telekomunikasi sangat krusial. Spektrum ini menentukan kualitas dan jangkauan layanan operator seluler.
-
Bagaimana proses merger XL Axiata dan Smartfren berjalan? Menurut Dian Siswarini, CEO dan Presiden Direktur XL Axiata, tahap due diligence antara kedua perusahaan kini sudah berada di penghujung. 'Sekarang hilal sudah kelihatan sedikit, jadi proses due diligence-nya sudah memasuki tahap akhir. Jadi, diharapkan kita bisa memasuki proses selanjutnya,' ungkap Dian Siswarini dalam acara Media Gathering XL Axiata di Yogyakarta pada Rabu, (23/10), dikutip dari Liputan6.
-
Mengapa XL Axiata dan Smartfren ingin merger? Dian mengungkapkan bahwa konsolidasi atau penggabungan dua operator tidak hanya menguntungkan bagi perusahaan yang terlibat, tetapi juga berkontribusi pada kesehatan industri secara keseluruhan.
-
Kenapa XL Axiata ingin merger dengan Smartfren? Pasalnya, pihak XL Axiata menyadari bahwa persaingan di industri seluler akan berat jika mereka berdiri sendiri dan tidak melakukan merger.
-
Bagaimana Menkominfo berpendapat tentang merger XL dan Smartfren? 'Saya sudah bilang, ‘kami mendukung. Soal yang lain-lain, komersialnya, silakan kalian omongin sendiri,' Ia mengungkapkan bahwa Kominfo tidak akan ikut campur mengenai urusan bisnis ke bisnis (B2B) dalam upaya merger tersebut.
-
Kapan merger XL Axiata dan Smartfren diharapkan selesai? Komisaris XL Axiata dari Axiata Group Berhad, Vivek Sood, menyatakan bahwa target penyelesaian merger diharapkan bisa tercapai pada akhir tahun 2024.
-
Siapa yang menyatakan dukungan terhadap merger XL dan Smartfren? Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Budi Arie Setiadi, menyatakan Pemerintah Indonesia mendukung dilakukannya merger atau penyatuan usaha antara dua operator seluler di Indonesia, yaitu XL Axiata dan Smartfren.
Persoalannya adalah ketika operator seluler yang melakukan merger, maka ada frekuensi yang harus dikembalikan ke negara. Hal ini yang kemudian masih menjadi tanda tanya besar bagi penggabungan XL Axiata dan Smartfren.
“Untuk spektrum atau frekuensi ini kami percaya memilliki dasar kuat untuk mempertahankannya. Kami akan menyampaikan ke pemerintah soal ini,” ujar Presiden Direktur & CEO XL Axiata, Dian Siswarini saat jumpa pers usai XL Axiata dan Smartfren resmi merger, Jakarta, Rabu (11/12).
Dian meyakini, bila pemerintah ingin mengambil sebuah spektrum hasil merger, sebaiknya harus ada operator yang lebih dulu mengambilnya. Ini terkait dengan pendapatan bagi negara.
“Jadi pemerintah harus melihat dari sisi itu ya. Kalau pun tidak ada yang mengambil jadi nganggur itu spektrumnya,” jelasnya.
Sekadar informasi pada 2014, saat XL merger dengan Axis, keduanya mengembalikan izin pita spektrum frekuensi radio selebar 2x10 MHz di pita frekuensi 2,1 GHz yang saat itu digunakan untuk 3G.
Alhasil, XL-Axis memiliki frekuensi 3G sebanyak 15 MHz, di 900 MHz selebar 7,5 MHz, dan di 1.800 MHz selebar 22,5 MHz. Setelah dicabut, pemerintah melakukan penataan ulang frekuensi pada pita 2100 MHz.
Saat itu gabungan keduanya menghasilkan sebuah perusahaan dengan jumlah pelanggan mencapai 65 juta pelanggan kala itu.
Merger Jadi XLSmart
Merger ini menggabungkan dua entitas yang akan saling melengkapi dalam melayani pangsa pasar telekomunikasi Indonesia.
XLSmart akan memiliki skala, kekuatan finansial, dan keahlian yang mampu mendorong investasi infrastruktur digital, memperluas jangkauan layanan, dan mendorong inovasi bagi pelanggan, sekaligus menciptakan pasar yang lebih sehat dan kompetitif.
“Merger ini merupakan langkah penting dalam membangun fondasi ekonomi digital yang tangguh. Merger ini akan memungkinkan kami untuk memenuhi kebutuhan infrastruktur yang unik bagi Indonesia sebagai negara kepulauan dengan menyediakan platform yang dapat berkembang yang akan meningkatkan cakupan dan kualitas layanan, berbagai pilihan produk menarik, dan perbaikan kualitas jaringan. Sinergi yang dihasilkan oleh merger ini akan meningkatkan nilai bagi pemegang saham dan sebagian akan digunakan untuk menangkap peluang pertumbuhan masa depan,” kata Vivek Sood, Group Chief Executive Officer, Axiata Group.