Ilmuwan Ini Lakukan Eksperimen Buat Anjing Berkepala Dua, Begini Hasilnya
Entah apa tujuannya, tapi ia benar-benar melakukan eksperimen gila ini.
Entah apa tujuannya, tapi ia benar-benar melakukan eksperimen gila ini.
Ilmuwan Ini Lakukan Eksperimen Buat Anjing Berkepala Dua, Begini Hasilnya
Sekitar 70 tahun yang lalu, seorang ilmuwan menciptakan eksperimen mengerikan: anjing berkepala dua.
Eksperimen ini mungkin terdengar seperti diambil dari film horor atau fiksi ilmiah, tapi nyatanya memang benar terjadi. Siapa ilmuwan itu?
-
Bagaimana cara ilmuwan menghidupkan kepala anjing? Dia memenggal kepala seekor anjing dan menghubungkannya dengan mesin miliknya. Mesin mengambil darah dari pembuluh darah anjing itu dan mengedarkannya melalui filter untuk oksigenasi.
-
Kapan eksperimen kepala anjing terpenggal dilakukan? Tetapi seorang ilmuwan Rusia pada tahun 1920-an melakukan eksperimen dari teori ini, bahkan mendapat hasil.
-
Kenapa penelitian menggunakan anjing dan manusia? Peneliti tertarik untuk membandingkan testis anjing dan manusia karena kesamaan biologis antara kedua spesies tersebut, serta karena anjing hidup di lingkungan yang sama dengan manusia.
-
Bagaimana peneliti mengukur perubahan otak kucing? Informasi ini diperoleh dari studi yang membandingkan ukuran tengkorak—yang menjadi indikator ukuran otak—antara kucing rumahan modern dan dua nenek moyang kucing liar yang terdekat, yaitu kucing liar Afrika (Felis lybica) dan kucing liar Eropa (Felis silvestris).
-
Mengapa eksperimen ini dilakukan? Menurut situs web Deep Time, proyek ini bertujuan untuk memberikan informasi penting tentang kemampuan manusia untuk beradaptasi dengan kondisi hidup yang baru dan ekstrem.
-
Bagaimana peneliti membuktikan tikus merasakan senang? Peneliti membuktikannya dengan memotret ekspresinya. Malahan, saking begitu senangnya digelitik, tikus laboratorium itu akan berlari ke tangan seseorang untuk minta digelitik lagi. Kemudian mengeluarkan suara seperti tertawa yang hanya bisa didengarkan melalui peralatan khusus.
Ilmuwan ‘gila’ yang melakukan eksperimen ini adalah Vladimir Demikhov. Ia merupakan ilmuwan yang berasal dari Soviet.
Melansir laporan All That's Interesting dan IFL Science, Rabu (8/11), diketahui bahwa Demikhov sudah memulai eksperimen ini pada tahun 1954.Bersama rekan-rekannya, dia mulai melakukan operasi ini sebanyak 23 kali dengan tingkat keberhasilan yang berbeda-beda.
Operasinya yang ke-24 adalah yang paling sukses dan banyak dipublikasikan.
Dilakukan pada tahun 1959, Demikhov berhasil menyatukan seekor anjing Gembala Jerman berukuran besar, Brodyaga, dan seekor anjing kecil bernama Shavka.
Tubuh anjing yang dipakai adalah tubuh Brodyaga, sementara Shavka hanya ‘menumpangkan’ kaki depan dan kepalanya saja.
Cara Kerja
Cara yang dilakukan Demikhov dan tim lakukan adalah dengan mengamputasi tubuh bagian bawah Shavka, dengan menjaga jantung dan paru-paru tetap terhubung hingga menit terakhir sebelum transplatasi. Sayatan dibuat di leher Brodyaga, sebagai tempat tubuh bagian atas Shavka ditempelkan.
Operasi ini hanya memakan waktu tiga setengah jam, karena Demikhov dan rekan-rekannya memang sudah berpengalaman.
Bahkan sebelum menciptakan anjing berkepala dua ini, Demikhov merupakan seorang pioneer dalam transplantasi dan dialah bahkan yang menciptakan istilah tersebut.
Ia telah melakukan berbagai transplantasi sejumlah organ vital antar anjing.
Hasil Kegilaannya
Setelah anjing dengan dua kepala ini berhasil bangun, kedua kepala tersebut dapat mendengar, melihat, mencium bau, dan bahkan menelan.
Namun meskipun kepala Shavka bisa minum, ia tidak terhubung ke perut Brodyaga sehingga semua yang diminumnya mengalir melalui tabung eksternal dan jatuh ke lantai.
Sayangnya, anjing berkepala dua ini hanya mampu bertahan hidup selama empat hari saja.
Penyebab kematiannya adalah rusaknya pembuluh darah di area leher anjing secara tidak sengaja.
Jika hal ini tidak terjadi, mungkin saja anjing ini dapat bertahan hidup lebih lama.
Pernah dari percobaan-percobaan ini, anjing yang hidup paling lama adalah selama 29 hari.
Meskipun kini terdengar amoral, sebenarnya praktek semacam ini memang tidak terlalu radikal pada tahun 1950-an.
Awal tahun 1908, seorang ahli bedah dari Perancis juga pernah melakukan percobaan yang sama. Namun, anjing hasil percobaannya hanya dapat bertahan selama beberapa jam.