Ini yang Terjadi pada Otak saat Berinteraksi Sosial
Studi terbaru membuktikan otak manusia bisa saling sinkron saat berinteraksi. Proses ini dipengaruhi emosi dan struktur bahasa yang digunakan dalam percakapan.

Komunikasi antarmanusia ternyata bukan sekadar bertukar kata. Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa saat dua orang berbicara, aktivitas otak mereka bisa saling sinkron. Temuan ini membawa pemahaman baru tentang bagaimana otak membentuk hubungan sosial.
Mengutip Earth, Minggu (2/3), penelitian yang dilakukan tim gabungan dari University of Trento di Italia dan Nanyang Technological University di Singapura ini, membuka wawasan tentang koneksi otak di dunia nyata, bukan sekadar dalam eksperimen laboratorium yang kaku.
Selama ini, studi tentang aktivitas otak cenderung dilakukan dalam kondisi terkontrol. Peserta harus mengikuti aturan ketat yang cenderung kaku dan jauh dari keseharian. Namun, riset terbaru ini berbeda.
“Kami menggabungkan teknik AI dengan pencitraan otak yang dilakukan secara bersamaan pada dua orang saat berinteraksi,” ujar Alessandro Carollo, penulis utama studi tersebut.
Pasangan peserta diminta mengobrol bebas, menciptakan dialog sendiri, hingga membayangkan memberi dan menerima hadiah. Dari situ, peneliti menganalisis aktivitas otak mereka.
Hasilnya, saat dua orang berkomunikasi, bagian prefrontal cortex di otak mereka menjadi sinkron. Area ini terkait dengan fungsi kognitif tingkat tinggi, seperti pemrosesan bahasa dan pengelolaan emosi.
“Emosi dan struktur bahasa yang digunakan dalam percakapan terbukti berkaitan langsung dengan sinkronisasi aktivitas otak,” jelas Gianluca Esposito, salah satu peneliti senior.
Dengan kata lain, cara seseorang berbicara — baik dari segi emosi maupun susunan bahasanya — ikut menentukan bagaimana otak mereka beresonansi satu sama lain.
Gabungan AI dan Pencitraan Otak
Untuk menganalisis percakapan, para peneliti menggunakan AI untuk mengolah transkrip dialog. Setiap percakapan ditranskrip manual, lalu diproses AI untuk mendeteksi pola emosi dan bahasa yang muncul.
Sementara itu, aktivitas otak diukur menggunakan teknologi fNIRS (functional near-infrared spectroscopy). Ini adalah teknik pencitraan non-invasif yang praktis digunakan saat peserta bergerak dan berbicara secara alami.
Tujuan utama studi ini adalah memahami interaksi sosial di dunia nyata, bukan hanya dalam kondisi laboratorium. Temuan ini memperlihatkan bahwa sinkronisasi otak adalah bagian alami dari hubungan sosial manusia.
“Emosi dan struktur bahasa yang kita pakai saat ngobrol ternyata memengaruhi bagaimana otak kita saling merespons,” tambah Esposito.