Kesalahan Fatal OpenAI: Data Penting Terhapus dalam Kasus Hukum
OpenAI secara tidak sengaja menghapus data penting dalam kasus hukum dengan The New York Times.
Dalam sebuah kesalahan yang mengejutkan, insinyur OpenAI secara tidak sengaja menghapus bukti penting yang dikumpulkan oleh The New York Times dan beberapa surat kabar besar lainnya dalam gugatan mereka terkait data pelatihan AI. Hal ini diungkapkan dalam dokumen pengadilan yang diajukan pada hari Rabu.
Mengutip The Verge, Jumat (22/11), tim hukum surat kabar tersebut telah menghabiskan lebih dari 150 jam untuk meneliti data pelatihan AI OpenAI guna menemukan contoh di mana artikel berita mereka digunakan.
-
Siapa yang rugi karena OpenAI? Mengutip CNBC, Selasa (5/11), Microsoft telah menggelontorkan hampir USD14 miliar atau Rp 220 triliun ke OpenAI.
-
Apa dampak buruk AI? Kehadiran hantu AI mungkin mengganggu proses berduka alami, sehingga berpotensi berdampak pada kesehatan mental masyarakat.
-
Bagaimana Microsoft mencatat kerugian OpenAI? Hood menjelaskan bahwa Microsoft menggunakan metode ekuitas dalam mengakui kerugian OpenAI, yang berarti Microsoft mencatat bagian dari laba atau rugi OpenAI dalam periode tertentu.
-
Kenapa Microsoft rugi karena OpenAI? Chief Financial Officer Microsoft, Amy Hood, mengungkapkan bahwa kerugian ini terutama disebabkan oleh ekspektasi penurunan pendapatan dari OpenAI.
-
Apa bahaya ChatGPT untuk berita? Menurutnya, kecerdasan buatan dapat berakibat pada pemberitaan yang berujung disinformasi, apabila data yang diberikan salah dan tidak disiapkan dengan baik.
-
Bagaimana AI bisa merusak demokrasi? Kita akan melihat pemusatan kekuasaan seperti kekuatan ekonomi, yang dapat merusak pasar; kekuatan politik, yang dapat merusak demokrasi; dan kekuatan militer, yang mengganggu stabilitas geopolitik dunia kita,' lanjutnya.
Namun, dokumen tersebut tidak menjelaskan bagaimana kesalahan ini bisa terjadi atau apa saja data yang terhapus. Meskipun OpenAI mengakui kesalahan ini dan berusaha memulihkan data yang hilang, hasil yang berhasil diambil ternyata tidak lengkap dan tidak dapat diandalkan.
Klaim Kerugian dan Pertarungan Hukum
The New York Times Company memulai pertarungan hukum ini pada bulan Desember lalu, dengan klaim bahwa OpenAI dan mitranya Microsoft telah membangun alat AI mereka dengan “menyalin dan menggunakan jutaan” artikel dari publikasi tersebut. Akibatnya, mereka kini “berkompetisi langsung” dengan konten yang mereka hasilkan sendiri.
Surat kabar tersebut meminta agar OpenAI bertanggung jawab atas “miliaran dolar dalam kerugian statuta dan aktual” karena diduga telah menyalin karya mereka. The Times sendiri telah menghabiskan lebih dari $1 juta untuk berjuang melawan OpenAI di pengadilan, biaya yang signifikan dan sulit ditandingi oleh sebagian besar penerbit.
OpenAI menolak untuk bergabung dengan The New York Times dalam mengajukan pembaruan ke pengadilan. Pernyataan ini diajukan oleh Jennifer Maisel, seorang pengacara yang mewakili organisasi berita tersebut, untuk secara resmi memberi tahu pengadilan tentang apa yang terjadi.
Dalam email kepada The Verge, juru bicara OpenAI, Jason Deutrom, menyatakan bahwa perusahaan tidak setuju dengan karakterisasi yang dibuat dan akan segera mengajukan tanggapan mereka sendiri. Sementara itu, The New York Times menolak permintaan komentar dari The Verge.
Kesimpulan dan Implikasi untuk Masa Depan
Kasus ini menunjukkan tantangan yang dihadapi oleh penerbit berita di era digital, terutama dalam hal perlindungan hak cipta terhadap penggunaan teknologi AI. Meskipun beberapa penerbit, seperti Axel Springer dan Conde Nast, memilih untuk menjalin kemitraan dengan OpenAI, ketegangan antara perusahaan teknologi dan media tradisional tetap ada.
Ke depannya, penting bagi semua pihak untuk menemukan jalan tengah yang dapat melindungi hak cipta sambil tetap memungkinkan inovasi dalam teknologi AI. Dengan perkembangan ini, perhatian terhadap bagaimana data digunakan dalam pelatihan AI akan semakin meningkat.