Sisi Negatif AI yang Perlu Diwaspadai
Kebutuhan pengaturan pemanfaatan kecerdasan buatan ini tengah dikaji oleh pemerintah.
Sisi Negatif AI yang Perlu Diwaspadai
Belakangan ini pemanfaatan Artificial Intelegence (AI) atau kecerdasan buatan semakin masif dilakukan. Salah satunya dengan kehadiran ChatGPT.Mesin kecerdasan buatan tersebut kerap dimanfaatkan sebagai asisten dalam membereskan beragam tugas, terutama yang berkaitan dengan teks, seperti membuat essai, ide, konten, penerjemahan dan semacamnya.
Sayangnya, Wakil Menteri Komunikasi dan Informatika (Wamenkominfo) Nezar Patria, mengungkapkan jika kebutuhan pengaturan pemanfaatan kecerdasan buatan ini tengah dikaji oleh pemerintah. Kenapa?
Memunculkan Sisi Negatif
Nazar menuturkan jika kecerdasan buatan bisa memunculkan sisi-sisi negatif dan berbagai isu.
-
Apa potensi dampak negatif AI? Potensi terjadinya masalah sangat besar, yang dapat menyebabkan kehancuran peradaban biologis dan AI sebelum mereka berkesempatan menjadi multiplanet.
-
Apa dampak buruk AI? Kehadiran hantu AI mungkin mengganggu proses berduka alami, sehingga berpotensi berdampak pada kesehatan mental masyarakat.
-
Apa bahaya AI di 2024? AGI adalah titik kritis hipotetis yang juga dikenal sebagai 'Singularitas,' di mana AI menjadi lebih pintar dari manusia. Generasi AI saat ini masih tertinggal dalam bidang-bidang yang menjadi keunggulan manusia, seperti penalaran berbasis konteks dan kreativitas sejati. Sebagian besar, jika tidak semua, konten yang dihasilkan AI hanya memuntahkan, dalam beberapa hal, data yang digunakan untuk melatihnya.Namun AGI berpotensi melakukan pekerjaan tertentu lebih baik daripada kebanyakan orang, kata para ilmuwan. Teknologi ini juga bisa dijadikan senjata dan digunakan, misalnya, untuk menciptakan patogen yang lebih kuat, melancarkan serangan siber besar-besaran, atau mengatur manipulasi massal.
-
Kenapa hantu AI berbahaya? 'Menghidupkan kembali' orang mati secara virtual bisa memicu lebih banyak masalah daripada solusi, menyebabkan meningkatnya kebingungan, stres, kesedihan, kecemasan, dan bahkan lebih parah dapat memicu psikosis.
-
Siapa yang mengembangkan AI yang berbahaya? Pemerintah di seluruh dunia semakin banyak yang memasukkan AI ke dalam alat peperangan. Pemerintah AS mengumumkan pada 22 November bahwa 47 negara bagian telah mendukung deklarasi tentang penggunaan AI yang bertanggung jawab di militer – yang pertama kali diluncurkan di Den Haag pada bulan Februari.
-
Kenapa banyak yang khawatir dengan AI Generatif 'deepfake'? AI Generatif seperti 'deepfake' telah menjadi senjata baru untuk membuat disinformasi dan hoax yang sangat dikhawatirkan banyak kalangan, termasuk oleh media massa dan pemerintah di banyak negara.
Pemerintah tak sendiri, tetapi juga melibatkan sejumlah lembaga, hingga mitra kerja di beragam sektor, seperti beberapa pakar teknologi, sosial, maupun budaya.
Tujuannya untuk berkolaborasi dalam mengkaji bersama masalah ini.
Walau begitu, Nezar mengungkapkan jika regulasi kecerdasan buatan ini tak dimaksudkan untuk menghambat inovasi, tetapi sebagai langkah antisipasi atas risiko yang mungkin muncul.
Nezar juga mengatakan, pemerintah telah berdiskusi dengan UNESCO tentang pemanfaatan AI atau kercerdasan buatan, terutama dari sisi etika.
Media Perlu Waspada Menggunakan Kecerdasan Buatan
Lebih lanjut, Nezar mengingatkan agar industri media lebih waspada dalam menggunakan AI.
Menurutnya, kecerdasan buatan dapat berakibat pada pemberitaan yang berujung disinformasi, apabila data yang diberikan salah dan tidak disiapkan dengan baik.
Selain itu, penggunaan AI juga punya potensi melanggar hak cipta. Banyak data-data penulis, gambar, suara yang dijalari oleh generative AI.
Di situlah kemudian menurut Nezar, ada unsur yang dilanggar dari karya yang diambil oleh kecerdasan buatan. Inilah kenapa efek negatif kecerdasan buatan atau AI ini harus diantisipasi ke depannya.
Butuh SDM yang Memadai
Kendati menegaskan pentingnya regulasi AI, Nezar Patria juga mendorong demokratisasi AI.
Menurutnya, langkah demokratisasi AI ini dapat memberikan akses penggunaan, pemanfaaan, pengembangan, dan pengaturan AI.
Hal tersebut dapat membuka peluang inovasi dan penyelesaian berbagai isu kontemporer AI secara kolaboratif.
Hanya saja, selain keberadaan infrastruktur internet, demokratisasi AI ini juga perlu regulasi dan sumber daya manusia (SDM) yang memadai.
Sederet Isu yang Berkaitan dengan Kecerdasan Buatan
Adapun isu yang terkait dengan kecerdasan buatan ini menurut Nezar Patria ada beberapa macam, yaitu
1. Kesalahan atau misinformasi,
2. Privasi atau kerahasiaan,
3. Toxicity atau ancaman berbasis siber,
4. Perlindungan hak cipta,
5. Bias implementasi AI,
6. Pemahaman nilai kemanusiaan.
Menurut Nezar Patria, untuk mengatasi isu-isu ini, diperlukan regulasi agar pemanfaatan kecerdasan buatan sebagai teknologi, juga memungkinkan keberagaman dan menciptakan fair level playing field.