Logat Manusia akan Berubah saat Menetap di Planet Mars
Aksen baru akan muncul manakala manusia memutuskan untuk menetap dan membuat koloni di Mars.
Aksen baru akan muncul manakala manusia memutuskan untuk menetap dan membuat koloni di Mars.
Logat Manusia akan Berubah saat Menetap di Planet Mars
Saat manusia berusaha untuk hidup di Bulan dan Mars di masa depan, mereka yang tinggal di koloni terisolasi akan mengembangkan aksen atau logat mereka sendiri. Begitu kata seorang ahli.
Karena logat adalah cara berbicara yang khas, dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti lokasi geografis, usia, jenis kelamin, dan status sosial ekonomi.
-
Bagaimana cara organisme hidup di lokasi di Mars? Kedua kasus tersebut telah diuji melalui pemodelan komputer menunjukan sejumlah kecil air yang mencair dapat menyediakan habitat bagi makhluk hidup seperti alga, jamur dan sianobakteri.
-
Bagaimana Mars berbeda dari Bumi? Tidak seperti Bumi, yang memiliki kerak lempeng benua yang saling bertautan dan mengambang di atas mantel kentalnya, Mars saat ini umumnya dianggap sebagai planet satu lempeng yang pernah memiliki gunung berapi aktif.
-
Dimana lokasi layak huni di Mars? Area tersebut rupanya berada beberapa sentimeter di bawah permukaan, di sekitar es yang mengandung sedikit debu. Lapisan ini mirip seperti yang ditemukan di Alaska. Area di bawah es ini akan memungkinkan organisme memanfaatkan energi dari cahaya matahari untuk fotosintesis sekaligus terlindungi dari radiasi ultraviolet.
-
Apa yang dianggap tanda kehidupan di Mars? Menurut laporan LiveScience, Senin (9/10), berikut adalah objek-objek aneh yang disangka sebagai tanda kehidupan di Mars padahal hanya ilusi optik:
-
Dimana koloni Mars akan dibangun? Studi ini memiliki beberapa batasan, termasuk asumsi bahwa infrastruktur koloni telah dibangun sebelumnya dan pendatang pertama memiliki pasokan energi dan sumber daya dari Bumi.
-
Apa yang dipelajari dari Mars? Fakta menunjukkan, Mars mengandung air setidaknya selama 200 juta tahun.
Maka itu, aksen orang-orang yang meninggalkan Bumi untuk menjelajahi bulan atau planet lain untuk mengembangkan koloni menjadi masyarakat akan terpengaruh oleh hal ini. Jadi boleh dibilang, ini adalah perubahan besar.
“Kita mengingat bunyi dan kata-kata dalam sebuah percakapan dan hal ini hanya mempunyai pengaruh kecil pada cara kita berbicara di masa depan,” katanya.
Misalnya, hal ini terjadi pada orang yang sudah lama tinggal di negara atau wilayah baru, namun mengalami sedikit perubahan pada aksennya dan bahkan tidak menyadarinya sendiri.
Jadi koloni yang terisolasi di ruang angkasa akan meniru aksen satu sama lain yang pada akhirnya akan berkembang menjadi aksen baru itu sendiri.
Untuk menguji teori ini, Harrington melakukan perjalanan ke sebuah laboratorium terpencil di Antartika bersama 11 peneliti - delapan dari Inggris (lima dengan aksen Selatan dan tiga dengan aksen Utara), satu dari AS Barat Laut, satu dari Jerman, dan satu dari Islandia.
Saat kelompok tersebut menghabiskan sepanjang musim dingin bersama, masing-masing dari mereka mengalami semacam perubahan fonetik sementara seluruh kelompok juga mulai mengucapkan bunyi tertentu secara berbeda, seiring dengan tanda-tanda awal aksen baru yang mulai muncul.“Hal yang persis sama harus terjadi di lingkungan mana pun di mana individu diisolasi bersama dalam jangka waktu lama, baik di Antartika atau di luar angkasa,” Harrington menyimpulkan.
Jadi, mereka yang tinggal di luar angkasa akan meniru satu sama lain dalam jangka waktu tertentu yang akan mengarah pada berkembangnya aksen baru untuk generasi mendatang.