NASA kembangkan satelit baru untuk deteksi awal kebakaran hutan
Merdeka.com - Kebakaran hutan menjadi peristiwa yang semakin mengerikan di dunia ini. Di Indonesia sendiri sudah puluhan hektar hutan terbakar dan membuat kepulan asap yang mengganggu kesehatan. Nah, untuk mengantisipasi kebakaran hutan lagi, NASA akan meluncurkan satelit berteknologi canggih.
Seperti dilansir dari Time, sistem ini dikenal sebagai FireSat. Menurut NASA dalam siaran persnya, satelit ini menggunakan sensor inframerah untuk mengidentifikasi kebakaran hutan setidaknya ketika api masih menyerang 10 hingga 15 meter hutan saja.
Jika Anda berpikir 15 meter kebakaran yang diidentifikasi itu sudah parah, hal ini tidak apa-apanya dibandingkan dengan kebakaran hutan yang menghancurkan jutaan hektar. Sistem ini akan mendeteksi api sekitar 15 menit setelah terjadi kebakaran.
-
Apa yang ditangkap Satelit NASA? Salah satu foto yang tertangkap oleh Satelit observasi NASA dan United States Geological Survey (USGS), menangkap potret sisa banjir dari zaman es kuno yang terjadi pada 10.000 hingga 20.000 tahun lalu.
-
Apa fungsi Satelit Palapa? Satelit Palapa berfungsi sebagai sistem komunikasi satelit domestik (SKSD) pertama di Indonesia.
-
Bagaimana sinyal radio itu dideteksi? Sinyal ini merupakan radiasi elektromagnetik frekuensi radio yang diidentifikasi sebagai FRB 20220610A, yang memiliki kemampuan melepas energi dalam jumlah besar, yakni setara dengan pelepasan energi matahari selama 30 tahun.
-
Bagaimana NASA menemukan sinyal luar angkasa itu? Mereka sedang melihat data selama lebih dari satu dekade dari salah satu teleskop utama NASA ketika mereka menangkap sinyal tersebut.
-
Bagaimana Satelit NASA menangkap gambar banjir? Satelit tersebut merupakan salah satu yang mengorbit di Bumi setiap 99 menit sekali, dimana dalam salah satu gambarnya menangkap sebuah objek yang berasal dari dataran tinggi di Columbia, Washington.
-
Bagaimana cara NASA mengirimkan sinyal laser? Pencapaian ini dilakukan saat demonstrasi teknologi Komunikasi Optik Luar Angkasa milik NASA, yang meneliti kemungkinan penggunaan laser untuk mengirim pesan ke luar angkasa dengan kecepatan hingga 100 kali lipat dari frekuensi radio yang digunakan saat ini.
"Sistem satelit ini bekerja siang dan malam untuk mendeteksi kebakaran hutan di seluruh dunia," ujar Robert Staehle, desainer FireSat.
NASA sebenarnya telah menggunakan satelit untuk melacak kebakaran hutan selama bertahun-tahun, tetapi sistem ini baru tampak kemajuannya. Satelit terbaru ini nantinya akan mengirim gambar api sekali dalam satu menit. Pihak NASA Jet Propulsion Laboratory (JPL) yang mengembangkan teknologi ini berharap satelit bisa beroperasi penuh di tahun 2018.
Tidak hanya satu teknologi ini, NASA juga sedang merencanakan proyek lain yang menggabungkan informasi cuaca dan topografi untuk menentukan api akan menyebar ke arah mana.
(mdk/lar)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Temuan geologi baru mengungkap potensi pepohonan sebagai penanda sensitif aktivitas gunung berapi.
Baca SelengkapnyaDrone ini dilengkapi dengan berbagai fitur canggih
Baca SelengkapnyaIlmuwan punya alasan mengapa satelit berbahan kayu perlu uji coba diterbangkan ke luar angkasa.
Baca SelengkapnyaPenting untuk membuat mitigasi bencana gunung meletus yang efektif.
Baca SelengkapnyaChina berhasil gunakan satelit Starlink untuk mendeteksi pesawat siluman dalam eksperimen terbaru, tawarkan potensi perubahan besar di medan perang.
Baca SelengkapnyaKarena bidang landasan tidak kuat menahan beban helikopter, maka terlihat roda bagian depan amblas.
Baca SelengkapnyaNASA mengirimkan video kucing ke luar angkasa menggunakan laser.
Baca SelengkapnyaBMKG mencatat 547 titik panas (hotspot) di Jambi. Provinsi ini pun sudah ditetapkan berstatus siaga darurat bencana karhutla.
Baca SelengkapnyaSemakin banyak peristiwa benda asing jatuh dari langit. Benda-benda itu kebanyakan berasal dari Stasiun Luar Angkasa.
Baca SelengkapnyaMemasuki musim kemarau, kebakaran hutan dan lahan dilaporkan terjadi Ogan Ilir.
Baca SelengkapnyaPada tanggal 26 Juli 1958, Explorer 4 diluncurkan dengan misi untuk menyelidiki radiasi di lingkungan luar angkasa.
Baca SelengkapnyaKebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang mulai marak di Sumatera Selatan menjadi perhatian serius pemerintah. Cuaca di wilayah itu pun dimodifikasi.
Baca Selengkapnya