China Akhirnya Mau Pakai Satelit Starlink Buat Deteksi Jet Siluman AS
China berhasil gunakan satelit Starlink untuk mendeteksi pesawat siluman dalam eksperimen terbaru, tawarkan potensi perubahan besar di medan perang.
China, yang selama ini khawatir dengan potensi penggunaan jaringan satelit Starlink oleh Amerika Serikat, kini justru melihat peluang untuk memanfaatkannya dalam strategi militer mereka sendiri.
Dalam sebuah eksperimen terbaru, tim ilmuwan China berhasil mendeteksi pesawat siluman menggunakan sinyal dari satelit Starlink milik Elon Musk.
-
Apa itu Starlink? Layanan internet Starlink dari perusahaan SpaceX kini menjadi salah satu layanan internet satelit yang paling besar.
-
Apa alat canggih militer China? Tim ilmuwan dari Beijing mengatakan untuk pertama kalinya mereka berhasil menciptakan alat dengan kemampuan pemantauan dan analisis spektrum elektromagnetik secara real-time, bandwidth lebar, dan mulus, sehingga musuh tidak bisa berada di tempat terbuka selama konflik berlangsung.
-
Dimana Starlink bisa digunakan? Pemerintah mendukung Starlink untuk berjualan ke pasar konsumen di Indonesia karena dapat membantu negara dalam upaya pemerataan internet ke seluruh wilayah Indonesia.
-
Bagaimana cara melihat Satelit Starlink? Website ini menyediakan informasi yang mudah diakses dan dipahami, sehingga siapapun, baik amatir maupun profesional, dapat menggunakannya untuk mengamati satelit-satelit tersebut.
-
Apa tujuan Starlink? Starlink merupakan proyek ambisius dari SpaceX milik Elon Musk yang kini telah mengorbitkan ribuan satelit untuk menyediakan internet berkecepatan tinggi ke seluruh dunia.
-
Apa dampak Satelit Starlink terhadap astronomi? Ketika ahli astrofisika mengamati 68 satelit SpaceX dengan teleskop Low-Frequency Array (LOFAR) di Belanda utara. Mereka mendeteksi radiasi elektromagnetik yang tidak disengaja berasal dari elektronik satelit Starlink.
Mengutip EurasianTimes, Selasa (17/9), tim yang dipimpin oleh Profesor Yi Jianxin dari Universitas Wuhan, menguji coba kemampuan ini dengan meluncurkan drone DJI Phantom 4 Pro di lepas pantai Guangdong.
Meski drone tersebut memiliki karakteristik siluman yang mirip dengan pesawat tempur siluman, objek itu muncul di layar deteksi tanpa adanya gelombang radio dari radar darat.
Para ilmuwan menjelaskan bahwa ini mungkin terjadi karena drone tersebut terkena radiasi elektromagnetik dari satelit Starlink yang melintas di atas Filipina.
Penelitian ini menegaskan bahwa dengan menggunakan sinyal satelit Starlink yang kuat dan universal, kemampuan radar untuk mendeteksi pesawat siluman tidak akan terpengaruh oleh bentuk tiga dimensi atau bahan permukaan target.
Hal ini memberi keuntungan signifikan dalam mendeteksi target kecil dan siluman, seperti pesawat tempur F-22 Raptor dan F-35 Lightning II milik AS. Selain itu, sistem radar konvensional militer sering kali menjadi sasaran serangan karena posisi mereka dapat dilacak oleh musuh.
Namun, dengan menggunakan sumber radiasi pihak ketiga seperti satelit, sistem radar dapat memiliki kemampuan penyamaran dan anti-jamming yang lebih baik. Eksperimen ini diawasi oleh Pusat Pemantauan Radio Negara China dan telah melalui tinjauan sejawat sebelum hasilnya dipublikasikan.
Meski teknologi ini belum siap untuk digunakan secara militer penuh, tim ilmuwan China yakin bahwa pendekatan dan arsitektur sistem mereka valid untuk digunakan dalam teknologi anti-pesawat siluman dan drone.
China juga telah mengembangkan berbagai metode lain untuk mendeteksi pesawat siluman, termasuk radar gelombang meter dan sistem pencarian inframerah.
Namun, penggunaan satelit Starlink untuk tujuan ini dianggap paling menarik dan berpotensi mengubah dinamika pertahanan udara global, terutama dalam konteks konflik di kawasan Indo-Pasifik di mana AS mungkin menggunakan jaringan satelit ini untuk mengawasi China.