Saat 3 Ekor Monyet Diminta Prediksi Hasil Pemilu, Perilakunya ke Kandidat yang Kalah di Luar Dugaan
Penelitian terbaru menemukan bahwa monyet rhesus dapat memprediksi hasil pemilu AS dengan akurasi 58 persen. Bagaimana caranya?
Sebuah penelitian terbaru menemukan bahwa monyet rhesus disebut memiliki kemampuan unik dalam memprediksi hasil pemilu. Penelitian ini dilakukan oleh tim peneliti yang menggunakan gambar kandidat untuk diuji pada tiga monyet rhesus.
Lantas, bagaimana hasilnya? Yang jelas, hasilnya cukup mengejutkan. Mereka menghabiskan lebih banyak waktu menatap foto kandidat yang kalah daripada pemenang.
-
Apa saja faktor yang mempengaruhi hasil pemilu? Hasil pemilu dipengaruhi oleh berbagai faktor yang kompleks dan bervariasi tergantung pada konteks politik suatu negara. Beberapa faktor yang umumnya dapat memengaruhi hasil pemilu meliputi: 1. Kandidat dan Partai Politik, 2. Isu Pemilu, 3. Faktor Ekonomi, 4. Media Massa, 5. Partisipasi Pemilih, 6. Sistem Pemilu, 7. Peraturan Pemilu, 8. Sentimen Publik, 9. Dukungan Elektoral, 10. Perubahan Demografis.
-
Bagaimana cara menentukan pemenang Pemilu? Tahapan pemilu adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh penyelenggara pemilu untuk menentukan pemimpin dan wakil rakyat yang dipilih oleh rakyat melalui pemungutan suara.
-
Apa itu Pemilu? Pemilu adalah sarana penyelenggaraan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil.
-
Apa yang dilakukan monyet? Mereka menjatuhkan anjing-anjing itu satu per satu atau meninggalkannya di pepohonan yang tinggi.
-
Siapa yang menentukan hasil pemilu? Nah, kombinasi dari faktor-faktor ini dan dinamika unik setiap pemilihanlah yang akan membentuk hasil akhir pemilu suatu negara.
-
Apa penyebab perselisihan hasil pemilu? Perselisihan hasil pemilu merujuk pada ketidaksepakatan atau konflik yang timbul terkait dengan proses pemilihan umum.
Meskipun penelitian ini belum ditinjau lebih jauh, hasilnya menunjukkan bahwa monyet rhesus mampu memprediksi pemenang pemilu dengan akurasi sekitar 54 persen, dan meningkat menjadi 58 persen untuk pemilu di negara bagian yang kompetitif.
Para peneliti mencatat bahwa bias visual mereka ini bahkan mampu memprediksi persentase suara yang akan diterima oleh masing-masing kandidat. Jika terlihat aneh, para peneliti menjelaskan bahwa manusia sebenarnya juga memiliki kemampuan serupa.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa manusia dapat memprediksi hasil pemilu hanya dari melihat foto kandidat dengan tingkat akurasi sekitar 70 persen. Bahkan anak-anak dapat melakukan hal yang sama. Ini menunjukkan bahwa preferensi visual terkait dengan insting evolusi kita yang lebih dalam.
Mengutip IFLScience, Kamis (26/9), peneliti sosial John Antonakis dari Universitas Lausanne, yang tidak terlibat dalam studi ini, mengatakan bahwa hasil ini provokatif namun masuk akal.
Menurutnya, ada faktor genetik yang mendorong keputusan, seperti halnya monyet yang mengandalkan hierarki sosial dan dominasi visual untuk membuat keputusan. Dalam penelitian ini, para peneliti menemukan bahwa monyet rhesus lebih memperhatikan wajah-wajah kandidat yang kalah, mungkin karena dalam hierarki sosial mereka, wajah yang kurang dominan lebih menarik perhatian.
Hal ini memberikan bukti bahwa manusia mungkin menggunakan petunjuk visual yang sama, terutama terkait dengan dominasi fisik dan maskulinitas, dalam menentukan pilihan politik. Namun, meskipun ada kecenderungan ini, peneliti juga mencatat bahwa pemilih manusia tidak hanya didorong oleh visual.
Faktor lain seperti usia dan jenis kelamin kandidat juga berperan, serta kondisi sosial dan politik saat pemilihan. Walaupun hasil ini menarik, tim peneliti mengingatkan bahwa penelitian ini hanya merupakan tahap awal.
Mereka juga menegaskan bahwa penelitian ini bukan berarti manusia memilih pemimpin hanya berdasarkan penampilan, tetapi insting primitif masih memainkan peran dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini berjudul “Monkeys Predict US Elections” yang diposting di server pracetak bioRxiv.