Ilmuwan Ini Tak Sempat Melihat Kebenaran Teorinya tentang Alam Semesta Diakui Dunia karena Lebih Dulu Meninggal
Berikut adalah tiga ilmuwan yang meninggal sebelum teorinya diakui dunia.
Berikut adalah ilmuwan yang meninggal sebelum teorinya diakui dunia.
Ilmuwan Ini Tak Sempat Melihat Kebenaran Teorinya tentang Alam Semesta Diakui Dunia karena Lebih Dulu Meninggal
Biasanya para ilmuwan akan memberikan fakta tentang suatu fenomena dan pada akhirnya itu diakui selama dirinya hidup. Namun ternyata ada ilmuwan-ilmuwan yang teorinya diakui dunia belakangan. Bahkan setelah mereka tiada.
Sebagai contoh teori Helionstrisme. Secara umum, teori ini menggambarkan bahwa Matahari adalah pusat di alam semesta. Konsep ini memang sudah diakui oleh publik masa kini, tetapi siapa sangka, bahwa teori ini pernah menjadi kontroversi panjang ketika ditemukan.
Kontroversi ini juga membuat para ilmuwan yang mendukung teori ini tidak dapat menerima pengakuan saat mereka masih hidup. Malah ada yang harus rela dijebloskan penjara seumur hidup hanya menentang teori sebelumnya.
-
Kapan ilmuwan ini meninggal? Kematian Tycho Brahe pada tanggal 24 Oktober 1601, hanya 11 hari setelah insiden pesta yang tragis, meninggalkan kekosongan besar dalam dunia ilmu pengetahuan.
-
Bagaimana ilmuwan ini meninggal? Meskipun penyebab pastinya tidak dapat dipastikan, dugaan kuat adalah bahwa kandung kemihnya pecah. Pengabaian untuk buang air kecil selama waktu yang lama diyakini telah menyebabkan tekanan tidak biasa pada kandung kemihnya yang kemudian mengakibatkan pecahnya organ tersebut.
-
Siapa yang menemukan teori baru tentang usia alam semesta? Rajendra Gupta, seorang profesor fisika di Fakultas Sains, Universitas Ottawa, mengatakan, 'Temuan penelitian ini mengkonfirmasi bahwa penelitian kami sebelumnya tentang usia alam semesta adalah 26,7 miliar tahun telah memungkinkan kami untuk menemukan bahwa alam semesta tidak memerlukan kegelapan penting untuk ada.'
-
Siapa yang jelaskan konsep surga lewat sains? Andrew Newberg, Professor madya dari Departemen Radiologi, University of Pennsylvania, menjelaskan bahwa fenomena munculnya “terowongan“ dan “cahaya“ terjadi saat penglihatan kehilangan area periferal.
-
Siapa arkeolog yang meninggal? Media Norwegia menyebut korban adalah arkeolog Karla Dana, 29 tahun.
-
Siapa yang terinspirasi dari "Alam Semesta"? Nama anak laki-laki terinspirasi dari pesona alam semesta bisa menjadi referensi bagi para orang tua.
Dilansir dari berbagai sumber, terhitung ada tiga ilmuwan yang mendukung teori ini dan mereka tidak dapat menikmati pengakuannya karena terlebih dahulu meninggal.
Berikut adalah tiga ilmuwan yang tak sempat melihat teorinya jadi acuan dunia saat ini karena meninggal.
Foto: Freepik/kjpargeter
Nicolaus Copernicus
Nicolaus Copernicus adalah sosok ilmuwan yang menciptakan teori heliosentris.Ketika Copernicus hidup, hampir semua orang percaya bahwa Bumi adalah pusat dari tata surya, bukan Matahari.
Copernicus baru mempublikasikan karyanya “On the Revolutions of the Heavenly Spheres” di tahun 1543, dua bulan sebelum kematiannya.
Di dalam buku ini, dia menyatakan bahwa bukannya kepada Bumi, sebetulnya planet-planet di tata surya berorbit kepada Matahari.
Saat itu, Gereja yang menganut kepercayaan bahwa Bumi adalah pusat dari tata surya tidak langsung mengecam buku ini sebagai aliran sesat.
Kemungkinan karena adanya catatan yang menerangkan bahwa tidak masalah jika teori Copernicus tidak benar, selama dapat membantu para astronom melakukan kalkulasi. Baru pada tahun 1616, Gereja melarang buku ini untuk beredar sepenuhnya.
Foto: Domain Publik/Commons Wikimedia.org
Johannes Kepler
Johannes Kepler adalah seorang astronom Jerman yang mendukung teori Heliosentris. Dia adalah salah satu ilmuwan pertama yang merilis buku untuk membela teori Copernicus.Di tahun 1595, 50 tahun setelah kematian Copernicus, Kepler mempublikasikan bukunya “Mysterium Cosmographicum” yang membela teori Copernicus.
Selain membela, Kepler juga melakukan beberapa peningkatan pada teori Copernicus ini. Sebelumnya, Copernicus percaya bahwa planet-planet bergerak dalam lingkaran sempurna. Kepler, di sisi lain, percaya bahwa bukannya bulat sempurna, tetapi planet-planet mengambil bentuk elips dengan matahari berada di salah satu fokus elips tersebut.
Dia membagi teorinya ini ke dalam tiga bagian, yang dikenal kini sebagai ketiga hukum Kepler.
Peningkatan terhadap teori Copernicus oleh Kepler ini membawa pada penerimaan sistem Heliosentris secara umum. Tetapi bahkan sampai dia meninggal di tahun 1630, teori Heliosentris masihlah dilarang oleh Gereja.
Foto: Domain Publik/Commons Wikimedia.org
Galileo Galilei
Galileo Galilei merupakan ilmuwan yang dapat dibilang menelan pil pahit dari dukungannya terhadap teori Heliosentris.Ketika dia merilis menerbitkan bukunya “Dialogue Concerning the Two Chief World Systems” yang seakan mengolok-olok orang-orang yang tidak mempercayai teori Copernicus pada tahun 1632, Gereja merasa sangat tersinggung.
Hal ini disebabkan oleh pelarangan buku sekaligus teori Copernicus yang dimulai tahun 1616. Galileo pun dijatuhi hukuman sebagai tahanan rumah hingga akhir hayatnya di tahun 1642.
Foto: Domain Publik/Commons Wikimedia.org
Mulai Diakui
Baru pada tahun 1822 teori Heliosentris diakui oleh Gereja dan masyarakat diperbolehkan untuk menganutnya.
Sebelum itu, selama beberapa abad semua agama mana pun yang mengakui teori Heliosentris pun dituduh memalingkan diri dari kitab suci.
Di tahun 1700-an, banyak orang yang berkeras bahwa kedua teori, baik Ptolemaic dan Heliosentris, wajib diajarkan kepada anak-anak sekolah.
Barulah pada 1800-an, ketika para ilmuwan sudah tidak percaya pada teori Ptolemaic, hal ini berhenti diajarkan, yang memicu Gereja untuk memperbolehkan buku-buku tentang teori Heliosentris beredar secara bebas di tahun 1822.
Foto: Freepik