Arkeolog Tak Sengaja Menemukan Kompas Berusia 500 Tahun Diduga Milik Copernicus
Saat jalan-jalan menyusuri situs religius, arkeolog tak sengaja temukan kompas 500 tahun.
Pada tahun 1508, dengan keterbatasan alat yang dimilikinya, Nicolaus Copernicus mengembangkan model tata surya heliosentris yang ia jelaskan dalam karya monumentalnya, De revolutionibus orbium coelestium. Temuan ini merombak total pandangan tentang alam semesta. Kini, sekelompok arkeolog amatir mungkin telah menemukan salah satu alat sederhana yang pernah membantu Copernicus dalam karyanya yang revolusioner.
Menurut La Brujula Verde, sebuah kelompok eksplorasi arkeologi amatir bernama Warminska Grupa Eksploracyjna sedang mencari di taman Katedral Basilika Agung Asumsi Bunda Maria dan Santo Andreas di Polandia utara.
-
Apa yang ada di nisan makam Copernicus? Makamnya ditandai dengan nisan granit hitam yang diukir dengan peta tata surya.
-
Siapa yang Copernicus sebut di bukunya? Dalam bukunya De Revolutionibus Orbium Clestium, Copernicus mengungkapkan jasa Al-Battani yang luar biasa karena Al-Battani mampu menghasilkan pengukuran gerak Matahari yang lebih akurat daripada Copernicus sendiri.
-
Apa teori utama yang diciptakan oleh Nicolaus Copernicus? Nicolaus Copernicus adalah sosok ilmuwan yang menciptakan teori heliosentris.
-
Apa benda yang ditemukan oleh arkeolog? Arkeolog menemukan patung emas yang menggambarkan seorang pejuang tengah menunggang kuda menuju medan pertempuran.
-
Siapa yang menemukan artefak kuno itu? Topeng ini ditemukan Unit Anti-Perampokan di Badan Purbakala Israel (IAA) dan dipindahkan ke Departemen Arkeologi Administrasi Sipil di Yudea dan Samaria (Tepi Barat) untuk dipelajari lebih lanjut.
-
Apa yang ditemukan arkeolog? Arkeolog Dikejutkan dengan Penemuan Fosil Dinosaurus Bertangan Mungil Menariknya tangan dinosaurus ini lebih kecil dibandingkan T-Rex. Tyrannosaurus rex dikenal sebagai dinosaurus buas yang memiliki tangan kecil. Kini, kelompok dinosaurus dengan karakteristik seperti itu mendapat anggota baru dengan ditemukannya sebuah spesies dinosaurus baru di Formasi La Colonia, Patagonia, Amerika Selatan.
Saat menjelajahi lahan situs religius yang juga dikenal sebagai Katedral Frombork, para arkeolog menggunakan radar penembus tanah dan menemukan sebuah ruang bawah tanah dengan tiga terowongan. Di sinilah mereka menemukan kompas berusia 500 tahun, mirip dengan yang sering digambarkan sedang dipegang oleh Copernicus.
“Penemuan luar biasa ini membawa kita kembali ke era ketika Copernicus membuat penemuan-penemuan revolusionernya. Ini membuka kemungkinan baru untuk memahami metode kerjanya,” ujar Misja Skarb, anggota organisasi arkeologi yang membuat penemuan tersebut dikutip Popular Mechanics, Selasa (13/8).
Meskipun tidak ada bukti langsung yang mengaitkan kompas ini dengan Copernicus, ada alasan untuk percaya bahwa hubungan itu bisa saja ada. Seperti yang dicatat oleh Biography, setelah menyelesaikan studinya di Universitas Cracow pada tahun 1490-an—di mana minatnya terhadap matematika dan kosmos mulai tumbuh—Copernicus menerima penunjukan kanon katedral dari Frombork.
“Posisi sebagai kanon memberinya kesempatan untuk melanjutkan studinya selama yang ia inginkan. Namun, pekerjaan tersebut menuntut banyak waktu dari jadwalnya; ia hanya bisa mengejar minat akademisnya secara sporadis, selama waktu luangnya,” tulis Biography.
Meskipun Copernicus kemudian menghabiskan waktu di Universitas Bologna dan Universitas Padua, pada tahun 1510, ia kembali ke Frombork, di mana ia mengembangkan teori heliosentrisnya. Heliocentrisme, seperti yang diisyaratkan oleh kata tersebut, menempatkan Matahari sebagai pusat alam semesta, berbeda dengan model geosentris yang diutamakan Gereja dengan Bumi sebagai pusatnya.
Frombork juga merupakan tempat di mana Copernicus menghabiskan sisa hidupnya hingga meninggal pada 24 Mei 1543. Penemuan kompas ini semakin diyakini berkaitan dengan Copernicus karena ditemukan tidak jauh dari tempat jenazah astronom terkenal tersebut baru-baru ini ditemukan.
“Selama bertahun-tahun dipercaya bahwa Copernicus dimakamkan di dalam katedral, tetapi baru pada tahun 2005 arkeolog menemukan sebagian tengkorak yang sesuai dengan deskripsinya,” ungkap dia.
Kompas ini—alat kedua yang ditemukan di lahan tersebut—telah dikirim ke Konservator Monumen Polandia untuk dilestarikan dan dianalisis. Setelah proses ini selesai, kompas tersebut diharapkan akan dipamerkan di Museum Nicolaus Copernicus yang berada di dekatnya.