Better experience in portrait mode.
Iklan - Geser ke atas untuk melanjutkan

Profil

Tine Mulyatini

Profil Tine Mulyatini | Merdeka.com

Tine Mulyatini adalah seorang wiraswasta sukses di bidang handycraft dan merupakan pemilik usaha Waditra Craft yang mengusung misi untuk mengenalkan alat musik tradisional Sunda. Sejak tahun 2005 dengan modal Rp 30 juta Tine memberanikan diri untuk merintis usahanya. Dibantu dengan kedua adiknya, Dadang dan Ari yang mahir membuat barang kerajinan dari kayu, Tine memilih membuat miniatur alat musik tradisional Sunda. Tine menamai usahanya ini dengan nama Waditra Craft.

Kata waditra sendiri dalam bahasa Sunda berarti alat-alat music dari Sunda. Kini, Waditra Craft setidaknya telah memiliki 10 produk miniatur gamelan Sunda, di antaranya angklung, kecapi, rebab, saron, gong, bonang, gambang, dan kendang. Lewat tangan-tangan terampil perajin asuhan Tine, gamelan tradisional dibuat dalam skala mini untuk dijadikan cendera mata.

Di awal tahun berdirinya, usaha kerajinan berbendera CV Waditra Indojaya ini tak kunjung maju. Waditra Craft sempat kesulitan memasarkan produknya.Terlebih lagi dengan adanya perdagangan bebas di tahun 2006 yang menyebabkan produk luar negeri seperti Cina bebas masuk ke Indonesia dengan harga sangat rendah. Akibatnya, produk dalam negeri mengalami kendala dalam memasarkan produknya karena kalah harga. Selain disebabkan oleh kendala pemasaran, kala itu Tine belum fokus sepenuhnya untuk menangani bisnis karena dia masih bekerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan tekstil di Bandung.

Baru pada 2008 setelah Tine mundur dari posisinya sebagai sekretaris, usaha yang dirintisnya mulai perlahan berkembang. Jaringan pemasaran Waditra Craft semakin luas. Dengan memanfaatkan internet, media lainnya dan giat mengikuti pameran, Tine rajin mempromosikan hasil karyanya. Pilihannya untuk total menjadi wirausaha berbuah manis. Pesanan mulai berdatangan. Omzet yang didapatkan Tine juga meningkat. Kini, Waditra Craft telah memiliki pasar sendiri baik domestik maupun mancanegara.

Mulai dari wisatawan, kolektor, perhotelan, lembaga atau instansi pemerintah, swasta dan BUMN, serta lembaga-lembaga pendidikan. Per bulannya Waditra Craft memperoleh omzet lebih dari Rp 20 juta. Selain alat musik, Waditra Craft juga memproduksi kerajinan lain, seperti gelang dan kalung. Pada produk ini pun ciri tradisional Sunda tetap dipertahankan. Misalnya, kalung dilengkapi liontin berbentuk topeng Sunda atau lempeng tipis dengan ukiran huruf kaganga (aksara kuno Sunda).

Sebagai salah satu prestasinya, Waditra Craft pernah ditunjuk untuk menjadi duta seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat pada acara Tong-tong Fair di Den Haag. Di rumahnya, Tine membangun sebuah museum. Di museumnya ini, Tine memamerkan berbagai bentuk miniatur dari benda yang bisa mengingatkan orang pada kebudayaan Sunda. Di museumnya dipajang antara lain berbagai bentuk alat musik tradisional Sunda, seperti angklung, calung, dan gamelan. Selain itu koleksi miniatur permainan tradisional Sunda yang bisa dilihat antara lain kolecer (kincir angin), bandring (katapel), dan totoroktokan.

Selain miniatur alat musik tradisional Sunda dan permainan khasnya, di museum ini, pengunjung juga bisa menikmati miniatur rumah tradisional Sunda. Tak hanya bentuk rumahnya, tetapi juga berbagai alat memasak tradisional seperti hawu (tungku). Bahkan, Tine juga melengkapi isi museumnya dengan miniatur berbagai makanan khas Sunda, semisal aliagrem (penganan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang digoreng).

Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

Profil

  • Nama Lengkap

    Tine Mulyatini

  • Alias

    No Alias

  • Agama

  • Tempat Lahir

    Bandung, Jawa Barat

  • Tanggal Lahir

    1970-10-10

  • Zodiak

    Balance

  • Warga Negara

    Indonesia

  • Biografi

    Tine Mulyatini adalah seorang wiraswasta sukses di bidang handycraft dan merupakan pemilik usaha Waditra Craft yang mengusung misi untuk mengenalkan alat musik tradisional Sunda. Sejak tahun 2005 dengan modal Rp 30 juta Tine memberanikan diri untuk merintis usahanya. Dibantu dengan kedua adiknya, Dadang dan Ari yang mahir membuat barang kerajinan dari kayu, Tine memilih membuat miniatur alat musik tradisional Sunda. Tine menamai usahanya ini dengan nama Waditra Craft.

    Kata waditra sendiri dalam bahasa Sunda berarti alat-alat music dari Sunda. Kini, Waditra Craft setidaknya telah memiliki 10 produk miniatur gamelan Sunda, di antaranya angklung, kecapi, rebab, saron, gong, bonang, gambang, dan kendang. Lewat tangan-tangan terampil perajin asuhan Tine, gamelan tradisional dibuat dalam skala mini untuk dijadikan cendera mata.

    Di awal tahun berdirinya, usaha kerajinan berbendera CV Waditra Indojaya ini tak kunjung maju. Waditra Craft sempat kesulitan memasarkan produknya.Terlebih lagi dengan adanya perdagangan bebas di tahun 2006 yang menyebabkan produk luar negeri seperti Cina bebas masuk ke Indonesia dengan harga sangat rendah. Akibatnya, produk dalam negeri mengalami kendala dalam memasarkan produknya karena kalah harga. Selain disebabkan oleh kendala pemasaran, kala itu Tine belum fokus sepenuhnya untuk menangani bisnis karena dia masih bekerja sebagai sekretaris di salah satu perusahaan tekstil di Bandung.

    Baru pada 2008 setelah Tine mundur dari posisinya sebagai sekretaris, usaha yang dirintisnya mulai perlahan berkembang. Jaringan pemasaran Waditra Craft semakin luas. Dengan memanfaatkan internet, media lainnya dan giat mengikuti pameran, Tine rajin mempromosikan hasil karyanya. Pilihannya untuk total menjadi wirausaha berbuah manis. Pesanan mulai berdatangan. Omzet yang didapatkan Tine juga meningkat. Kini, Waditra Craft telah memiliki pasar sendiri baik domestik maupun mancanegara.

    Mulai dari wisatawan, kolektor, perhotelan, lembaga atau instansi pemerintah, swasta dan BUMN, serta lembaga-lembaga pendidikan. Per bulannya Waditra Craft memperoleh omzet lebih dari Rp 20 juta. Selain alat musik, Waditra Craft juga memproduksi kerajinan lain, seperti gelang dan kalung. Pada produk ini pun ciri tradisional Sunda tetap dipertahankan. Misalnya, kalung dilengkapi liontin berbentuk topeng Sunda atau lempeng tipis dengan ukiran huruf kaganga (aksara kuno Sunda).

    Sebagai salah satu prestasinya, Waditra Craft pernah ditunjuk untuk menjadi duta seni Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat pada acara Tong-tong Fair di Den Haag. Di rumahnya, Tine membangun sebuah museum. Di museumnya ini, Tine memamerkan berbagai bentuk miniatur dari benda yang bisa mengingatkan orang pada kebudayaan Sunda. Di museumnya dipajang antara lain berbagai bentuk alat musik tradisional Sunda, seperti angklung, calung, dan gamelan. Selain itu koleksi miniatur permainan tradisional Sunda yang bisa dilihat antara lain kolecer (kincir angin), bandring (katapel), dan totoroktokan.

    Selain miniatur alat musik tradisional Sunda dan permainan khasnya, di museum ini, pengunjung juga bisa menikmati miniatur rumah tradisional Sunda. Tak hanya bentuk rumahnya, tetapi juga berbagai alat memasak tradisional seperti hawu (tungku). Bahkan, Tine juga melengkapi isi museumnya dengan miniatur berbagai makanan khas Sunda, semisal aliagrem (penganan terbuat dari tepung beras dan gula merah yang digoreng).

    Riset dan Analisa: Fathimatuz Zahroh

  • Pendidikan

  • Karir

    • Pemilik usaha kerajinan Waditra Craft

  • Penghargaan

    • Rekor Muri untuk gamelan terkecil (2005)

Geser ke atas Berita Selanjutnya