Sejarah Juru Supit Bogem, Tempat Sunat Para Pangeran Keraton Yogyakarta
Salah satu tempat sunat legendaris di Jogja yang sarat nilai sejarah

Salah satu tempat sunat legendaris di Jogja

Sejarah Juru Supit Bogem, Tempat Sunat Para Pangeran Keraton Yogyakarta

Juru Supit Bogem merupakan tempat sunat legendaris di Jogja. Berdiri sejak tahun 1939, tempat itu menjadi langganan para pangeran dari Keraton Yogyakarta melakukan khitan. Seiring waktu, tempat itu dibuka untuk melayani masyarakat umum.

Pada masa tempat khitan ini berdiri, tak banyak orang yang buka praktik sunat. Seiring perkembangan waktu, tenaga medis atau dokter yang membuka praktik sunat tambah banyak. Namun keberadaan Juru Supit Bogem tak redup. Tempat sunat itu tetap bisa eksis menyesuaikan perkembangan zaman.
Bangunan Juru Supit Bogem terlihat tua, namun tetap berdiri megah seakan menantang perubahan zaman. Ruang tunggunya luas bagi para keluarga yang mengantar anaknya untuk sunat. Di sana juga ada ruang tunggu bagi pasien yang datang larut malam.

"Motto Bong Supit Bogem ini tidak sakit dan cepat kering. Orang kalau supit nyarinya yang tidak sakit dan cepat sembuh, mas"
Bardo Djumeno, pemilik Juru Supit Bogem
Proses sunat di Bogem dikenal cepat, tidak sakit, dan cepat sembuh. Hal ini menjadi salah satu alasan banyak orang datang ke sana. Selain itu, kebanyakan pasien memilih sunat di Juru Supit Bogem karena faktor keturunan terdahulu yang juga sunat di tempat tersebut.
Ada Ritual Khusus
Sebelum masuk ke ruang sunat, anak-anak terlebih dahulu melakukan semacam ritual dengan berfoto dengan latar belakang interior Juru Supit Bogem. Ada juga keluarga yang mengajak untuk berfoto di sana. Selanjutnya, saat proses sunan berlangsung, pihak keluarga tidak boleh masuk ke dalam ruang sunat dan diwajibkan untuk menunggu di luar.
"Kalau libur sekolah kadang bisa 200 orang lebih, mas. Bahkan ada yang sampai menginap dulu karena tiba di sini malam hari"
Saat musim liburan tiba, Juru Supit Bogem akan dipenuhi oleh anak-anak yang ingin disunat. Jumlah pasiennya mencapai 150-200 orang. Padahal tempat sunat itu tidak pernah mempromosikan tempatnya atau membuat iklan di media massa.
Tak hanya dari Jogja dan sekitarnya, pasien yang ingin sunat juga datang dari luar kota. Bahkan ada juga yang dari luar negeri.
