Asal Usul Si "Dutch Wife" yang Selalu Dipeluk saat Tidur
Pada masa kolonialisme Belanda, bantal guling dikenal dengan istilah "dutch wife",
Asal Usul Si "Dutch Wife" yang Selalu Dipeluk saat Tidur
Istilah "Dutch Wife"
Pada masa kolonialisme Belanda, bantal guling dikenal dengan istilah "dutch wife", yang secara etimologi memiliki arti istri Belanda. Disebut seperti itu, karena bantal guling merupakan sebuah produk yang bisa menyalurkan hasrat serdadu maupun pejabat Belanda ketika tidak bertemu dengan wanita Eropa.
Dalam buku Seabad Grand Hotel Pranger, 1897-1997 karya Haryoto Kunto & Deddy H., sebagian orang Belanda memanfaatkan guling untuk melepas kerinduan terhadap pasangan di negeri Belanda. Lantas, lewat bantal guling mereka kemudian berfantasi seakan-akan benda tersebut merupakan wanita yang dicintainya.
-
Bagaimana guling dikaitkan dengan budaya tidur Indonesia? Di Indonesia, guling telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya tidur. Bantal ini tidak hanya digunakan oleh orang dewasa tetapi juga oleh anak-anak.
-
Kenapa orang Indonesia suka tidur dengan guling? Di banyak rumah tangga Indonesia, tidur dengan guling mencerminkan perasaan aman, yang mungkin terkait dengan konsep 'teman tidur' atau pendamping di ranjang.
-
Apa arti kata-kata sebelum tidur yang menyentuh? Menyampaikan ucapan kata sebelum tidur bisa memberikan energi positif bagi penerimanya. Ini tentu akan memberikan semangat setelah menjalani aktivitas harian yang melelahkan.
-
Siapa yang sering tidur di mana saja? Kemampuan untuk tertidur dengan mudah di berbagai tempat dan waktu sering kali menandakan bahwa seseorang mengalami kekurangan tidur kronis atau memiliki gangguan tidur seperti sleep apnea.
-
Apa ciri khas orang yang tidur telentang? Jika seseorang tidur dalam posisi terlentang, pola tidur tersebut dapat mencerminkan individu yang fokus, introvert, dan memiliki keteguhan batin.
-
Di mana baju tidur itu ditemukan? Selama bertahun-tahun, ribuan potongan tekstil yang berasal dari zaman Romawi telah ditemukan di berbagai situs di Israel, tetapi tekstil dengan 'simpul' yang menarik ini hanya ditemukan di Gua Surat yang terletak di Gurun Yudea.
“Bagi pemuda dan pria Belanda yang tinggal di Nusantara, meninggalkan kekasih atau istrinya jauh di negeri Belanda sana, mereka mengobati rasa rindunya dengan cepat berangkat tidur, mengkhayal, seraya memeluk guling erat-erat,”
Seabad Grand Hotel Pranger, 1897-1997.
Kisah Pramoedya Tentang Guling di Tetralogi Pulau Buru
Sastrawan Indonesia, Pramoedya Ananta Toer juga menulis kisah tentang guling dalam novel Tetralogi Pulau Buru-nya, di buku Jejak Langkah yang dirilis pada tahun 1985. Di sana, Pram menggambarkan percakapan yang jenaka antar sesama mahasiswa kedokteran di sekolah Dokter Jawa, School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA).
Bangganya Soekarno Terhadap Bantal Guling
“Manusia Indonesia hidup dengan getaran perasaan. Kamilah satu‐satunya bangsa di dunia yang mempunyai sejenis bantal yang dipergunakan sekedar untuk dirangkul. Di setiap tempat‐tidur orang Indonesia terdapat sebuah bantal sebagai kalang hulu dan sebuah lagi bantal kecil berbentuk bulat‐ panjang yang dinamai guling. Guling ini bagi kami gunanya hanya untuk dirangkul sepanjang malam."