Seluk Beluk Budidaya Cacing Tanah, Menjijikkan Tapi Cuan
Merdeka.com - Melihat wujud cacing saja sudah terbayang ngeri, apalagi menjumpainya langsung. Cacing tanah bagi sebagian besar orang memang menjadi hewan menjijikkan. Tubuhnya memanjang bertekstur kenyal, gerak-geriknya menggeliat kesana-kemari. Namun berbeda dengan mereka para penyayang cacing. Setiap hari, merawat dan membesarkan cacing dengan teliti. Cacing-cacing tahan mereka budidayakan pada bak-bak kayu yang berjajar rapi.
Siapa sangka, hewan tanpa tulang belakang ini dapat menjadi komoditas jual yang cuan di pasaran. Kandungan nutrisi yang melimpah membuat mereka beternak cacing tanah. Meskipun terlihat menjijikkan, menggelikan, atau menakutkan, kita tidak bisa lari dari manfaatnya yang beragam. Mulai dari bahan baku obat, kosmetik, industri, hingga konsumsi.
Limbah organik menjadi sumber makanan cacing tanah yang mudah didapatkan. Merawat cacing tanah juga terbilang mudah, namun tetap butuh perhatian.
-
Hewan apa yang bisa jadi kaya? Hewan opo sing iso sugih? He wan to be milionare.
-
Dimana cacing itu ditemukan? Cacing yang sebelumnya tidak diketahui spesiesnya ini ditemukan berada pada 40 meter di bawah permukaan lapisan tanah beku Siberia.
-
Hewan apa yang bisa kaya? Hewan opo sing iso sugih? He wan to be milionare.
-
Hewan opo sing iso sugih? Hewan opo sing iso sugih? He wan to be milionare.
-
Siapa yang menghidupkan cacing? Anastasia Shatilovich, menghidupkan lagi dua cacing itu di institut hanya dengan memberinya air dan kemudian membawa sekitar 100 cacing ke laboratorium di Jerman untuk analisis lebih lanjut.
-
Kenapa ilmuwan mempelajari cacing? “Dengan menganalisis makhluk ini, kita bisa menginformasikan biologi konservasi atau bahkan mengembangkan upaya untuk melindungi spesies lain atau setidaknya mempelajari apa yang harus dilakukan untuk melindungi mereka di kondisi ekstrem yang ada saat ini,“ kata Schiffer.
Budidaya Cacing Tanah©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Itulah keseharian yang dilakukan Wagimin, peternak cacing tanah asal desa Kemuning, Ngargoyoso, Karanganyar, Jawa Tengah. Merawat dan membesarkan cacing-cacing tanah. Tak kurang dari 10 tahun ia mengadu nasib pada hewan tak bertulang ini. Alhasil pundi-pundi rejeki ia peroleh dengan menjualnya kepada perusahaan.
Cacing tanah berwarna merah inilah yang punya beragam manfaat. Memiliki nama ilmiah Lumbricus rubellus, menggeliat dan berusaha masuk ke dalam tanah. Satu cacing tanah setidaknya punya Protein 64-76, Lemak 7-10 %, Asam glutamat 8.98 %, Treonin 3.28%, Lisin 5.16%, Glycine 3.54, Energi 900-4100 kal, Mineral, Air, dan Asam amino paling lengkap.
Budidaya Cacing Tanah©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Yang harus disiapkan ialah media hidup cacing beserta makanan yang rutin diberikan. Limbah hasil budidaya jamur dan tanah organik ( tanah dengan serbuk gergaji, atau batang pisang yang dicacah). Ayak semua bahan untuk kemudian dicampurkan pada palet kayu. Tak lupa menambahkan air agar rumah cacing tetap memiliki kelembaban yang cukup.
Setelah 4 minggu, masukkan limbah organik 70% dan 30% kotoran hewan. Media siap dihuni cacing tanah apabila memiliki tingkat kelembaban 15 – 25ºC dan pH 6,0 – 7,2. Perbandingan cacing dan media tanah 1:1 jika tanah beratnya 2 kg mampu menampung cacing tanah 2 kg
Budidaya Cacing Tanah©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Ratusan bahkan ribuan cacing tanah ia pelihara dalam kayu palet yang bertumpuk secara vertikal. Hal yang paling mudah dan hemat budidaya cacing tanah ialah membuat cacing beranak pinak di media tanah. Bukan membesarkan, tapi melipat gandakan. Bibitnya bisa didapatkan di alam, tanah subur pasti selalu menyimpan cacing tanah di dalamnya.
Namun tidak menutup kemungkinan dengan cara membesarkan cacing yang sudah ada. Biasanya cara ini dilakukan untuk mengejar pesanan untuk kebutuhan komersil.
Pakan harus rutin diberikan tiap minggu. Jika satu kotak menampung cacing 2 kg, maka pakan yang dibutuhkan harus sesuai dengan jumlah cacing yang ada. Selain limbah organik, sesekali cacing harus diberi pakan yang sudah difermentasi. Begitupula perlindungan dari hama semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, dan kutu yang sewaktu-waktu menyerang.
Budidaya Cacing Tanah©2021 Merdeka.com/Yoyok Sunaryo
Selama 14 hingga 21 hari kokon atau telur cacing akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor. Diperkirakan 100 ekor cacing bisa menghasilkan sekitar 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Padahal cacing tanah dapat dipanen pada bulan ke 2 hingga 4 dari menetasnya telur. Sebaiknya jangan dipanen secara keseluruhan. Yang dapat diambil 25% hingga 75% dari populasi satu kotak cacing tanah.Tujuannya ialah agar proses regenerasi terus berjalan.
Sebelum panen cacing-cacing tersebut telah dipesan oleh pengusaha obat tradisional, perusahaan kosmetik dan para pedagang ikan hias sebagai pakan. Harga untuk 1 Kg cacing berkisar antara Rp 25 ribu hingga Rp 30 ribu tergantung musim.
Jika musim kemarau, harganya akan lebih mahal, karena diperlukan perawatan tanah yang ekstra. Hanya butuh kotoran, limbah organik, dan media tanah subur yang tak mengeluarkan biaya. Cacing-cacing mampu tumbuh dan menjadi ladang uang yang menjanjikan (mdk/Ibr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Menurut pengakuan Irwan, mencari cacing di wilayah Sulawesi, khususnya Gowa sangat sulit tidak seperti di Pulau Jawa.
Baca SelengkapnyaJamur ini hanya tumbuh di tempat tertentu, biasanya di dataran tinggi.
Baca SelengkapnyaBerawal dari protes warga, rumah potong hewan di Cilegon ini sulap limbah jadi pupuk organik.
Baca SelengkapnyaHasil evaluasi satu tahun merintis budidaya ternak lele, nyatanya Amin belum puas.
Baca Selengkapnya. Dengan panjang yang mencapai 10 kaki, cacing bobbit mampu menghipnotis para peneliti dengan kecantikan dan kebrutalannya yang unik. Simak selengkapnya disini!
Baca SelengkapnyaPernah melihat ikan yang bentuknya sering mengembang seperti balon?
Baca SelengkapnyaIkan mas asli Kabupaten Pandeglang, Banten ini unik, bisa jadi hiasan atau untuk dikonsumsi.
Baca SelengkapnyaPeternak jangkrik di Deli Serdang sukses meraup keuntungan hingga jutaan rupiah. Peternak tak perlu modal besar untuk memulai usaha yang satu ini.
Baca SelengkapnyaMeski dikaitkan dengan tempat kotor, budidaya ternak memiliki potensi bisnis besar.
Baca SelengkapnyaSiswanto bercerita dia pernah mencoba segala macam usaha dan pekerjaan, namun belum ada yang bertahan lama.
Baca SelengkapnyaHarga satu pasang ayam hias ini bisa mencapai jutaan rupiah di usianya yang masih remaja.
Baca Selengkapnya