Dampak Perang Korea, TKI Ini Pasrah Pabrik Tempat Kerjanya Bangkrut
TKI ungkap kondisi terkini di pabrik-pabrik Korea Selatan usai eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea memanas.
Seorang Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di Korea Selatan (Korsel) mengungkap kondisi terkini di pabrik tempatnya bekerja yang saat ini tengah mengalami penurunan produksi, melalui unggahan video di kanal Youtube Aa Korea.
Dia mengungkap, banyak pekerja-pekerja asing terpaksa harus dipulangkan lebih awal karena pabrik mengalami penurunan produksi secara ekstrem. Dia kemudian mengaitkan kondisi tersebut dengan eskalasi ketegangan di Semenanjung Korea yang saat ini kembali memanas.
"Entah ini efek dari perang Korea (atau apa), mungkin beberapa temen-temen yang merasa pabriknya sepi sekarang di tempat saya pun begini adanya. Kami tinggal beberapa orang saja banyak banget yang harus pulang lebih awal karena pabriknya sepi," ungkap TKI yang belum diketahui namanya itu dalam video (10/11).
Dalam videonya, TKI tersebut lalu menunjukkan pabrik produksi pintu apartemen itu yang sudah sangat sepi dan tidak ada kegiatan produksi sama sekali. Bahkan, saat ini di divisinya hanya tersisa dirinya dengan seorang pekerja asal Myanmar.
"Pabrik sebesar ini sekarang cuma dihuni oleh 2 orang asing. Entah di tempat lain seperti ini atau di tempat lain juga. Ini mobil-mobil besar yang biasa mengangkut barang sekarang sudah tidak dipakai," ungkapnya.
Di bagian luar, terlihat pula bahan-bahan baku pembuatan pintu apartemen yang menumpuk dan tak kunjung dilakukan proses produksi. TKI tersebut kemudian meminta doa kepada pengikutnya di Youtube agar keadaan pabrik di Korsel bisa kembali membaik.
"Ada teman saya juga cerita katanya dia terpaksa harus pindah pabrik karena pabrik tempat kerjanya bangkrut. Ini bahan yang siap digarap tapi enggak tahu gimana nanti ini nasibnya. Mohon doanya ya teman-teman," pungkasnya.
Hubungan Korea Selatan dan Korea Utara
Hubungan antara Korea Selatan (Korsel) dan Korea Utara (Korut) kembali memanas sejak beberapa bulan terakhir. Hal ini terjadi usai Korut menuduh Korsel menyebarkan selebaran propaganda ke Pyongyang dengan menggunakan pesawat nirawak alias drone.
Korut kemudian menggambarkan drone-drone itu sebagai provokasi yang bisa berujung pada konflik bersenjata. Negara pimpinan Kim Jong-un itu telah meminta tentaranya untuk bersiap.
Korut bahkan mengklaim jika sekitar 1,4 juta pemudanya telah menyatakan kembali bergabung sebagai tentara. Korsel awalnya membantah telah menerbangkan drone ke Korut.
Namun, Kepala Staf Gabungan Korsel belakangan mengatakan pihaknya tidak dapat mengonfirmasi atau menyangkal tuduhan Pyongyang seperti dikutip dari laman BBC.
Korut juga telah meledakkan beberapa ruas jalan dan jalur kereta api yang menghubungkannya Korsel pada Selasa (15/10/2024). Jalan-jalan penghubung yang tidak pernah dibuka untuk lalu lintas ini sebelumnya dibangun dengan harapan reunifikasi pada masa yang akan datang.
Beberapa jam kemudian, pemerintah Provinsi Gyeonggi yang mengelilingi Seoul, menetapkan 11 daerah perbatasan antar-Korea sebagai zona bahaya.