Israel-Hamas Sepakat Genjatan Senjata Usai 15 Bulan Perang, Lihat Riwayat Konflik di Palestina
Usai 15 bulan konflik berdarah yang menewaskan puluhan ribu orang di Jalur Gaza dan Israel, kedua pihak akhirnya menyepakati gencatan senjata pada Rabu (15/1).
Setelah 15 bulan terjadi konflik berdarah yang merenggut nyawa puluhan ribu orang di Jalur Gaza dan Israel, kedua belah pihak akhirnya mencapai kesepakatan gencatan senjata pada Rabu (15/1/2025). Kesepakatan ini disambut dengan sukacita di kedua wilayah, menandai berakhirnya perang yang merusak dan memberikan harapan baru untuk perdamaian.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, memastikan bahwa kesepakatan ini mencakup pembebasan sandera, penarikan pasukan Israel, serta pengiriman bantuan kemanusiaan secara besar-besaran ke Gaza. Fase pertama gencatan senjata ini direncanakan berlangsung selama 42 hari, dengan fokus pada perbaikan kondisi kemanusiaan yang sangat memprihatinkan.
Sementara itu, berbagai pemimpin dunia menyambut positif terobosan ini dan menyerukan agar kesepakatan tersebut diimplementasikan secara penuh. Harapan yang besar kini diletakkan pada kolaborasi bersama untuk membangun kembali Gaza dan mendorong stabilitas di kawasan Timur Tengah. Simak informasi lebih lanjut yang dirangkum oleh Merdeka.com pada Kamis (16/1).
Kronologi Konflik Israel-Hamas
Konflik antara Israel dan Hamas mencapai puncaknya pada bulan Oktober 2023 ketika Hamas meluncurkan serangan besar-besaran ke wilayah Israel. Tindakan tersebut memicu respons berupa operasi militer besar-besaran dari Israel di Jalur Gaza, yang menyebabkan kerusakan infrastruktur yang signifikan dan menciptakan krisis kemanusiaan. Selama periode 15 bulan, perang ini mengakibatkan lebih dari 46.000 korban jiwa di Gaza dan 1.200 di pihak Israel, menurut laporan dari otoritas setempat.
Ketegangan yang terjadi antara kedua belah pihak tidak dapat dipisahkan dari sejarah panjang konflik Israel-Palestina, yang melibatkan berbagai isu seperti pendudukan, hak-hak pengungsi, dan status Yerusalem. Operasi militer yang dilakukan oleh Israel sering kali menuai kritik dari komunitas internasional, sementara Hamas juga dituduh menggunakan strategi yang membahayakan warga sipil.
Menjelang akhir tahun 2024, sejumlah upaya mediasi internasional mulai menunjukkan hasil positif, dengan negara-negara seperti Qatar dan Mesir berperan penting dalam proses tersebut. Negosiasi yang dilakukan akhirnya menghasilkan kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan pada Januari 2025, dengan fokus awal pada pembebasan sandera dan perbaikan kondisi kemanusiaan di Gaza.
"Rakyat Palestina telah melewati penderitaan yang luar biasa, terlalu banyak nyawa tak bersalah yang hilang, terlalu banyak komunitas yang hancur. Dengan kesepakatan ini, rakyat Gaza akhirnya dapat pulih dan membangun kembali,"kata presiden Amerika Serikat, Joe Biden, mengutip Liputan6 Global.
Fase Pertama Gencatan Senjata
Gencatan senjata tahap awal ini direncanakan berlangsung selama 42 hari, yang mencakup penghentian total semua operasi militer serta pembebasan 33 sandera Israel oleh Hamas. Sebagai balasan, Israel akan melepaskan sejumlah tahanan Palestina yang telah ditangkap selama konflik berlangsung.
Dalam konteks ini, bantuan kemanusiaan dalam jumlah besar akan segera dikirimkan ke Gaza, termasuk pasokan makanan, air, bahan bakar, dan obat-obatan. Selain itu, rumah sakit yang mengalami kerusakan akibat perang akan diperbaiki, dan ribuan warga Gaza akan diizinkan untuk kembali ke tempat tinggal mereka. Langkah-langkah ini diharapkan dapat mengurangi tekanan kemanusiaan yang telah mencapai tingkat kritis.
Organisasi internasional seperti PBB juga akan terlibat dalam pemantauan pelaksanaan kesepakatan ini, untuk memastikan bahwa akses bantuan tidak terhalang dan kebutuhan mendesak warga Gaza dapat terpenuhi.
Asal Usul Konflik Israel-Palestina
Menurut laporan dari ANTARA, asal-usul konflik antara Israel dan Palestina bermula dari pendudukan Inggris di wilayah Palestina pada awal abad ke-20. Situasi semakin rumit dengan adanya Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang memberikan dukungan untuk pembentukan negara Yahudi di tanah Palestina.
Migrasi besar-besaran orang Yahudi ke daerah tersebut menimbulkan ketegangan dengan penduduk Arab setempat, yang semakin meningkat setelah Israel mendeklarasikan kemerdekaannya pada tahun 1948.
Penolakan negara-negara Arab untuk mengakui Israel memicu serangkaian konflik bersenjata, termasuk Perang Enam Hari pada tahun 1967, yang mengakibatkan Israel menguasai wilayah Tepi Barat, Gaza, dan Yerusalem Timur.
Wilayah-wilayah tersebut kini menjadi pusat dari konflik yang berkepanjangan, ditandai dengan pendudukan Israel yang terus berlangsung dan adanya pemukiman ilegal yang semakin meluas. Gerakan perlawanan Hamas muncul pada tahun 1987, di tengah Intifada pertama, sebagai respon terhadap pendudukan Israel.
Meskipun telah ada beberapa upaya untuk mencapai perdamaian, seperti Perjanjian Oslo yang ditandatangani pada tahun 1993, ketegangan dan konflik masih terus berlanjut, diperparah oleh blokade Gaza dan serangkaian operasi militer yang berulang.
Dukungan Internasional untuk Perdamaian
Kesepakatan gencatan senjata ini disambut dengan antusiasme oleh berbagai pemimpin di seluruh dunia. Presiden Mesir, Abdel Fattah al-Sisi, menekankan perlunya mempercepat pengiriman bantuan kemanusiaan, sementara Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, menyerukan agar kedua belah pihak memanfaatkan kesempatan ini untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan.
Presiden Amerika Serikat, Joe Biden, juga menegaskan pentingnya menghentikan segala bentuk kekerasan dan memberikan kesempatan kepada warga Gaza untuk membangun kembali kehidupan mereka. Dukungan serupa juga disampaikan oleh Uni Eropa, yang menyatakan kesiapannya untuk membantu proses rekonstruksi di Gaza serta mendorong tercapainya solusi dua negara.
Selain itu, negara-negara Arab seperti Qatar dan Turki menekankan bahwa mengakhiri pendudukan Israel adalah hal yang sangat penting untuk menciptakan stabilitas di wilayah tersebut. Dengan demikian, gencatan senjata ini dianggap sebagai langkah awal yang positif menuju penyelesaian konflik yang lebih menyeluruh.
Rencana Rekonstruksi Gaza
Bagian terakhir dari kesepakatan ini akan berfokus pada rekonstruksi wilayah Gaza, yang mencakup pembangunan kembali infrastruktur dasar seperti rumah, sekolah, dan fasilitas kesehatan. Koordinasi bantuan internasional akan dilakukan untuk memastikan warga Gaza dapat kembali menjalani kehidupan normal setelah mengalami perang yang berkepanjangan.
Selain itu, program jangka panjang yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian Gaza juga menjadi perhatian utama, dengan harapan dapat menciptakan lapangan kerja dan mengurangi ketergantungan masyarakat pada bantuan internasional. Upaya ini diharapkan mampu mengubah kondisi Gaza dari daerah konflik menjadi wilayah yang stabil dan produktif.
PBB bersama dengan berbagai organisasi kemanusiaan lainnya telah menyerukan perlunya peningkatan pendanaan untuk mendukung pelaksanaan program ini. Sementara itu, negosiasi lebih lanjut akan dilakukan guna memastikan keberlanjutan perdamaian di kawasan tersebut.
Apa isi kesepakatan gencatan senjata Israel-Hamas?
Kesepakatan yang dicapai meliputi beberapa poin penting, antara lain gencatan senjata, pembebasan sandera, penarikan pasukan, serta pengiriman bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Mengapa konflik Israel-Palestina terus berlangsung?
Konflik ini muncul akibat adanya pendudukan, perbedaan klaim atas wilayah, serta ketegangan sejarah yang belum diselesaikan.
Apa dampak perang 15 bulan di Gaza?
Konflik bersenjata mengakibatkan banyaknya korban jiwa, kerusakan pada fasilitas umum, serta menciptakan krisis kemanusiaan yang sangat serius.
Apa rencana rekonstruksi Gaza?
Rekonstruksi meliputi beberapa aspek penting, seperti pembangunan kembali infrastruktur yang rusak, distribusi bantuan kepada masyarakat yang terdampak, serta pengembangan ekonomi lokal.