Komunitas Muslim Cham di Vietnam Ternyata Tak Jalankan Puasa saat Ramadhan, Kenapa?
Mengenal komunitas Muslim Cham di Vietnam yang memiliki praktik keagamaan berbeda dari mayoritas Muslim dunia.

Komunitas Muslim Cham di Vietnam memiliki praktik keagamaan yang berbeda dengan mayoritas umat Islam di dunia. Mereka tidak menjalankan puasa Ramadan yang mereka sebut 'Ramuwan', dan memiliki cara tersendiri dalam melaksanakan salat.
Komunitas Muslim Cham, khususnya kelompok Bani Cham, memiliki pemahaman dan praktik keagamaan yang menyimpang dari ajaran Islam mayoritas. Mereka tidak menganggap Ramuwan sebagai bulan puasa wajib, melainkan sebagai periode pelatihan spiritual, persiapan kematian, dan penyucian diri.
Salat lima waktu juga tidak mereka laksanakan, melainkan digantikan dengan ritual 'Acar'. Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan mendalam tentang bagaimana Islam berkembang dan diinterpretasikan di tengah masyarakat Cham.
Riset "The Influence of Hinduism Toward Islam Bani" (2018) memberikan gambaran menarik. Islam di Vietnam terbagi dua
- Komunitas Muslim di kota-kota besar yang berpegang teguh pada Al-Quran dan Hadis
- Komunitas Muslim Cham yang kontroversial karena praktik keagamaannya tidak berlandaskan Al-Quran, Hadis, dan rukun Islam, melainkan adat istiadat setempat.
Mengenal Ramuwan: Bulan Pelatihan, Bukan Puasa Wajib
Bagi komunitas Muslim Cham, Ramuwan bukanlah bulan puasa seperti yang dipahami umat Islam mayoritas. Selama Ramuwan, keluarga memberikan persembahan makanan kepada pemimpin agama di masjid.
Para pemimpin agama kemudian melakukan meditasi selama tiga hari tanpa makan, minum, dan berbicara, yang kemudian diikuti dengan dakwah selama 15 hari. Praktik ini sangat berbeda dengan ibadah puasa Ramadan dalam Islam mayoritas.
Tidak adanya kewajiban puasa Ramadan dalam pemahaman mereka menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana ajaran Islam sampai dan berkembang di komunitas ini. Apakah ada faktor-faktor historis atau sosial yang menyebabkan perbedaan ini?
Ritual 'Acar': Pengganti Salat Lima Waktu

Selain Ramuwan, praktik salat komunitas Muslim Cham juga berbeda. Mereka tidak menjalankan salat lima waktu seperti yang diwajibkan dalam Islam mayoritas. Sebaliknya, mereka menekankan pada ritual 'Acar', sebuah bentuk perwakilan salat yang dianggap dapat memenuhi kewajiban salat bagi seluruh komunitas.
Ritual 'Acar' ini dilakukan oleh seorang perwakilan yang dipilih, mewakili seluruh komunitas dalam melaksanakan ibadah salat. Praktik ini menimbulkan pertanyaan tentang keabsahan dan kesesuaiannya dengan ajaran Islam mayoritas.
Perbedaan ini menunjukkan adanya interpretasi dan pemahaman yang berbeda tentang ajaran salat dalam Islam. Praktik ini merupakan hasil adaptasi budaya lokal yang dilakukan secara turun temurun. Hal ini pun banyak menimbulkan pertentangan.
Faktor-Faktor Penyebab Perbedaan Praktik Keagamaan
Beberapa teori mencoba menjelaskan perbedaan praktik keagamaan komunitas Muslim Cham. Salah satu teori menyebutkan salah satu penyebabnya ialah terputusnya proses Islamisasi akibat pertempuran saat penyebaran Islam di Kerajaan Champa.
Teori lain menunjuk pada pengaruh kepercayaan Hindu dan Buddha yang telah ada sebelumnya. Namun, teori yang paling logis adalah terhentinya proses Islamisasi yang menyebabkan ajaran Islam yang sampai kepada mereka tidak utuh.
Isolasi politik Kerajaan Champa juga berperan, memutus kontak dengan pusat perkembangan Islam lainnya dan menghambat pemahaman ajaran Islam yang komprehensif.
Faktor-faktor ini menunjukkan kompleksitas sejarah dan sosial yang membentuk praktik keagamaan komunitas Muslim Cham. Perpaduan antara ajaran Islam dan tradisi lokal menghasilkan bentuk praktik keagamaan yang justru berbeda.
Dampak Sosial dan Upaya Pelurusan Ajaran

Perbedaan praktik keagamaan ini menyebabkan komunitas Muslim Cham sering dikucilkan dan dianggap sebagai kelompok terpinggirkan. Namun, ada juga upaya dari beberapa ulama untuk meluruskan ajaran mereka agar sesuai dengan ajaran Islam mayoritas.
Upaya ini menunjukkan adanya kesadaran akan perbedaan dan keinginan untuk mendekatkan praktik keagamaan komunitas Muslim Cham dengan ajaran Islam yang lebih umum. Tantangannya terletak pada bagaimana menyeimbangkan pemeliharaan identitas budaya dengan pemahaman ajaran Islam yang komprehensif.
Proses ini membutuhkan dialog dan pemahaman yang mendalam, baik dari dalam komunitas Muslim Cham maupun dari pihak luar yang ingin membantu meluruskan pemahaman keagamaan mereka.