Sejarah Kampung Mualaf Blitar, Dulu Ada Empat Agama Berbeda Warga Hidup Rukun dan Damai
Seiring berjalannya waktu, banyak penduduk non-musilm yang pindah agama Islam
Seiring berjalannya waktu, banyak penduduk non-musilm yang pindah agama Islam
Sejarah Kampung Mualaf Blitar, Dulu Ada Empat Agama Berbeda Warga Hidup Rukun dan Damai
Dusun Sekar Gadung di Kabupaten Blitar, Jawa Timur, dikenal sebagai kampung mualaf. Dulunya, kampung ini terdiri dari masyarakat yang heterogen. Mengutip Buddha Zine, dulu ada empat agama yang mendiami Dusun Sekar Gadung.
(Foto: freepik)
-
Bagaimana kehidupan antar agama di kampung toleransi? Hal ini membuat seluruh umat beragama dari kalangan Buddha, Kristen sampai Muslim hidup rukun berdampingan.
-
Kenapa kerukunan antaragama penting untuk Kutai Timur? Bupati Kutai Timur Ardiansyah Sulaiman menyuarakan harapannya untuk memperkuat kerukunan antar beragama di wilayah yang dipimpinnya. Sebab hal tersebut menjadi salah satu pilar utama dalam membangun Kutim yang lebih baik.
-
Kenapa warga di kampung Kristen hidup rukun? Desa ini bisa menjadi contoh bagaimana toleransi dibangun sehingga bisa saling mendukung satu sama lain walau berlatar belakangan perbedaan.
-
Bagaimana toleransi dibangun di kampung Kristen? Warganya Ramah Sesama warga dengan berbeda latar belakang saling berinteraksi satu sama lain, dan membangun kebersamaan sosial.
-
Bagaimana Masjid Al-Akbar menjaga kerukunan antar umat beragama? Kerja sama dengan pihak gereja antara lain dalam hal parkir. Kalau Idulfitri, parkir di Masjid Al-Akbar tidak cukup, sehingga perlu lokasi parkir cadangan dengan meminjam halaman gereja. Sebaliknya kalau gereja punya acara besar juga bisa pinjam parkir di Masjid Al-Akbar.
-
Dimana warga Blitar pindah? Antara tahun 1932 hingga 1940, ribuan masyarakat Blitar dikirim ke Sumatra dengan imbalan tanah pertanian yang luas.
Sejarah
Nama kampung ini merujuk pada keberadaan pabrik kapuk Sekar Gadung milik kolonial Belanda yang tersohor pada zamannya. Dulu, warga di kampung ini terdiri dari pemeluk agama Islam, Kristen Protestan, Katolik, dan Buddha. Mereka semua hidup damai tanpa konflik.
Seiring berjalannya waktu, banyak warga nonmuslim yang beralih memeluk agama Islam. Hal ini membuat Sekar Gadung dijuluki sebagai kampung mualaf.
(Foto: freepik)
Kondisi Umat Buddha
Hingga tahun 2019, umat Buddha di kampung Sekar Gadung tersisa 12 KK (Kepala Keluarga) dengan satu cetiya (rumah ibadah), namanya Cetiya Buddha Bhavana. Umat Buddhis di sini didominasi golongan tua.
Dulu, umat Buddha di kampung Sekar Gadung menganut aliran Buddha Jawi Wisnu, ajaran Buddha asli Jawa yang hanya ada di Indonesia. Tak heran jika aliran Buddhis ini tidak cukup familiar. Kini, di Jawa Timur, aliran Budda Jawi Wisnu hanya dianut oleh umat di daerah Alas Purwo, Banyuwangi. Mirisnya, pasca tragedi 1965, banyak umat Buddha di kampung Sekar Gadung serta umat agama lain yang bersinggungan dengan ajaran kejawen menjadi korban kekejaman pemerintah Orde Baru. Pada masa itu, ajaran kejawen diidentikkan sebagai simpatisan Partai Komunis Indonesia (PKI). Tak sedikit warga tak bersalah jadi korban pembunuhan massal. Dusun Sekar Gadung BlitarKampung Mualaf
Mengutip jurnal SEGAWATI ITS (Oktober 2023), Dusun Sekar Gadung terkenal dengan sebutan kampung mualaf karena banyak warga nonmuslim yang beralih memeluk agama Islam.
(Foto: freepik rawpixel.com)
Terhitung sejak tahun 1990, warga Dusun Sekar Gadung berangsur-angsur menjadi mualaf. Hingga akhir tahun 2018, terdapat 58 warga non-muslim beralih masuk agama Islam atau berstatus sebagai mualaf.