Niat Mandi Wajib Haid dalam Islam, Ketahui Tata Cara Lengkapnya
Seperti diketahui, dalam Islam terdapat larangan bagi perempuan yang sedang mengalami menstruasi atau haid untuk melaksanakan shalat.
Haid adalah periode bulanan di mana wanita dalam kondisi tidak suci atau junub sehingga dinilai tidak sah untuk melakukan shalat.
Selain larangan shalat, wanita yang sedang haid juga dilarang untuk berpuasa dan membaca Al Quran. Sebab, dua ibadah ini juga wajib dilaksanakan dalam keadaan suci.
-
Apa yang dimaksud Doa Mandi Wajib Haid? Doa Mandi Wajib Haid dan Tata Cara Pelaksanaannya, Muslimah Wajib Tahu Haid adalah peristiwa keluarnya darah dari rahim wanita yang telah mencapai usia dewasa atau baligh. Pada saat wanita berada dalam kondisi haid, kondisi tubuhnya kotor atau tidak suci.
-
Apa doa mandi wajib setelah haid? Baca doa niat mandi wajib terlebih dahulu sebagai pembuka. 'Nawaitul ghusla liraf'il hadatsil akbari minal haidhii Fardhan lillaahi ta'aalaa.' Artinya: Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadas besar sebab haid karena Allah Ta'ala. Ini adalah langkah penting karena dengan niat, mandi tersebut menjadi ibadah yang sah di mata Allah SWT.
-
Bagaimana cara membaca doa mandi wajib haid? Nawaitu ghusla liraf'il hadatsil akbar minal haidil fardlon lillahi ta'ala.'Artinya: Sengaja aku niat mandi besar untuk menghilangkan hadas besar dari haid fardhu karena Allah Ta'ala.
-
Kapan niat mandi wajib haid dibaca? Pertama, niat harus diucapkan dalam hati bersamaan dengan saat pertama kali mengguyurkan air ke badan.
-
Kapan harus membaca doa mandi wajib haid? Membaca doa niat di awal-awal hukumnya wajib. Doa niat inilah yang membedakan mandi haid dan mandi biasa.
-
Apa niat mandi wajib setelah haid? Berikut bacaan niat doa keramas setelah haid yang bisa dibaca oleh perempuan:Nawaitul ghusla li raf'il janabati.
Baru setelah periode haid selesai, maka perempuan dapat kembali suci dan bisa melakukan amal ibadah yang sebelumnya dilarang.
Jika masa haid telah selesai, seorang wanita masih belum bisa kembali beribadah. Wanita menjalankan mandi terlebih dahulu untuk membersihkan hadast. Kegiatan mandi untuk membersihkan diri ini perlu diawali dengan bacaan niat.
Untuk memahaminya, seorang wanita perlu memperhatikan bacaan niat mandi bersih haid dalam Islam dengan baik dan benar.
Selain itu bacaan niat mandi bersih haid, Anda juga perlu mengetahui bagaimana tata cara mandi wajib yang benar menurut Islam.
Lalu bagaimana bacaan doa niat mandi wajib haid dan tata caranya? Melansir dari NU Online dan berbagai sumber, Rabu (16/10) simak informasi berikut ini.
Tanda-Tanda Selesai Haid
Sebelum mengetahui bacaan niat mandi bersih haid untuk perempuan, Anda perlu mengetahui terlebih dahulu bagaimana tanda-tanda selesai haid menurut Islam.
Dengan memperhatikan tanda-tanda ini, Anda bisa memastikan dengan lebih jelas ketika masa haid sudah selesai.
Berikut tanda-tanda selesai haid menurut Islam, yang perlu Anda ketahui:
- Tidak lagi keluar darah dari vagina, baik darah berwarna merah terang, merah gelap, merah kecoklatan, atau coklat. Dengan kata lain, ada lagi flek-flek darah yang keluar dari vagina.
- Keluar cairan berwarna putih (keputihan) setelah menstruasi selesai. Ini tanda bahwa sisa darah di leher rahim sudah benar-benar bersih.
- Kondisi vagina lebih kering daripada saat haid.
- Perhatikan durasi haid. Biasanya durasi menstruasi paling pendek terjadi dalam 3 hari. Ada pula yang memiliki durasi haid 7 hari, 8 hari, hingga batas maksimal yang ditentukan dalam Islam adalah 15 hari. Jika darah sudah berhenti sebelum 15 hari maka bisa segera mandi wajib untuk mensucikan diri.
Mandi Wajib Setelah Haid
Perlu diketahui bahwa mandi wajib terdiri dari dua rukun, niat dan meratakan air ke seluruh tubuh.
Berbeda dengan mandi biasa, mandi wajib memang perlu mendapatkan perhatian lebih. Imam An-Nawawi Al-Bantani dalam kitab Sullamul Munajat merincikan kedua rukun ini dan hal-hal yang harus diperhatikan ketika mandi wajib sebagai berikut:
و(فروض الغسل) أي أركانه للحي واجبا كان أو مندوبا (اثنان الأول: نية
الطهارة للصلاة أو رفع الحدث الأكبر) فإن ترك التقييد بالأكبر كفي، وإن نوى الغسل فقط فلا (أو نحوهما) كنية الغسل للصلاة ورفع جنابة، وأن لم يعين سببها (بالقلب) كما في الوضوء (مع أول جزء يغسل من بدنه) مفروض لا مندوب كباطن فم وأنف، فلو اقترنت النية بمفروض من البدن كفي ولو من أسفل البدن ولو حالة استنجائه، لأن بدنه كعضو واحد فلا ترتيب فيه (فما غسله قبلها) أي النية (لا يصح فيجب إعادة غسله بعدها) أي النية
Artinya, “Adapun fardhu mandi yakni rukunnya, baik mandi wajib atau mandi sunnah, itu ada dua; (pertama) niat bersuci untuk shalat atau niat menghilangkan hadas besar) jika dalam lafal niat tidak menyebutkan ‘untuk menghilangkan hadas besar’ tidak mengapa, tapi jika hanya ‘meniatkan mandi’ saja tidak cukup. Atau cukup dengan niat mandi untuk shalat dan untuk menghilangkan janabah, sekalipun tidak menentukan sebab mandi.
Adapun tempat niat mandi di dalam hati, sebagaimana niat wudhu, bersamaan dengan basuhan pertama anggota badan yang wajib bukan yang sunnah seperti membasahi bagian dalam mulut dan hidung. Niat saat basuhan pertama pada badan itu sah sekalipun basuhan dimulai dari bawah sekalipun saat istinja, karena badan itu satu kesatuan sehingga tidak perlu berurutan.
Adapun yang dibasuh sebelum niat maka tidak sah sehingga wajib mengulang mandinya setelah niat yang diucapkan.”(Imam Nawawi, Sullam Munajat ‘ala Safinah as-Shalat, [Beirut, Dâr Kutub al-Islamiyah: t.t.], halaman 35)
Niat Mandi Wajib
Menurut penjelasan dari Imam Nawawi Al-Bantani sebelumnya, setidaknya ada tiga poin penting yang sering luput dari perhatian ketika akan melaksanakan mandi wajib yaitu:
Pertama, niat harus diucapkan dalam hati bersamaan dengan saat pertama kali mengguyurkan air ke badan. Adapun niat yang diucapkan dalam lisan bertujuan untuk memantapkan sesuatu yang dii’tikadkan dalam hati.
Kedua, tidak cukup meniatkan mandi saja contohnya; nawaitul ghusla (saya niat mandi). Tapi, harus disertai melafalkan niat yang menjelaskan bahwa mandi yang dilakukan adalah mandi wajib, contohnya; nawaitul ghusla fardhan lillahi ta’ala (aku mandi fardhu karena Allah ta’ala). Bisa juga dengan lafal yang lebih lengkap, nawaitul ghusla liraf’il hadatsil akbari lillahi ta’ala (aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar karena Allah ta’ala)
Ketiga, niat diucapkan saat basuhan pertama pada anggota badan. Jika baru ingat untuk niat setelah pembasuhan atau di tengah-tengah basuh maka tidak sah dan wajib mengulang basuhan sebelumnya.
Adapun lafal niat mandi wajib setelah haid adalah sebagaimana berikut:
نَوَيْتُ الْغُسْلَ لِرَفْعِ الْحَدَثِ اْلاَكْبَرِ مِنَ الْحَيْضِ فَرْضًا ِللهِ تَعَالَى
Nawaitu ghusla liraf’il hadatsil akbari minal haidhi fardhan lillaahi ta’aalaa.
Artinya: “Aku niat mandi untuk menghilangkan hadas besar disebabkan haid karena Allah Ta’ala.”
Selain membaca niat, meratakan air ke seluruh badan juga sama pentingnya karena merupakan rukun mandi wajib setelah haid.
Masih dalam kitab yang sama, terdapat keterangan yang menyatakan bahwa air harus dipastikan mengalir ke seluruh anggota badan, termasuk sela-sela kuku, rambut, telinga dalam, dan daerah kewanitaan yang terlihat saat jongkok.
Tata Cara Mandi Wajib Haid
Setelah mengetahui bacaan niat mandi wajib haid, ada beberapa tata cara mandi wajib yang baik untuk dipraktikkan, di antaranya:
- Membasuh kedua tangan sebanyak tiga kali sebelum mandi sampai merasa bersih dari kotoran.
- Membersihkan kemaluan dengan menggunakan tangan kiri.
- Mencuci tangan kiri dengan sabun setelah membersihkan bagian kemaluan.
- Berwudhu menggunakan air mengalir seperti layaknya wudhu hendak shalat.
- Menyiram air mulai dari atas kepala hinga seluruh tubuh, dimulai dari tubuh bagian kanan sebanyak tiga kali, dilanjutkan menyiram tubuh bagian kiri sebanyak tiga kali.
- Mengosok sela-sela rambut hingga seluruh bagiannya basah oleh air.
- Bersihkan seluruh tubuh dengan sabuh, tidak lupa bagian sela-sela dan lipatan tubuh.
- Terakhir, siram air ke seluruh tubuh untuk membersihkan busa sabun. Dimulai dari sisi kanan terlebih dahulu, dilanjutkan ke sisi kiri.
- Pastikan tubuh sudah bersih dari sisa-sisa sabun, kemudian keringkan dengan handuk lalu berpakaian.