Pahami Fase Apa yang Paling Menantang Ketika Anda Belajar Regulasi Diri, Begini Teorinya
Berikut pemahaman fase apa yang paling menantang ketika Anda belajar regulasi diri.
Berikut pemahaman fase apa yang paling menantang ketika Anda belajar regulasi diri.
Pahami Fase Apa yang Paling Menantang Ketika Anda Belajar Regulasi Diri, Begini Teorinya
Bagi sebagian orang, mungkin kesulitan memahami fase apa yang paling menantang ketika Anda belajar regulasi diri.
Regulasi diri adalah keterampilan penting manusia dalam pengaturan diri. Termasuk dalam mengendalikan emosi, bertindak atau mengambil keputusan.
-
Mengapa self-management penting? Keahlian ini penting karena beberapa alasan berikut. 1. Produktivitas Keterampilan self-management yang kuat dapat membuat kita lebih sukses di tempat kerja dengan membantu kita tetap produktif.
-
Bagaimana cara menghadapi tantangan kesehatan mental? You are allowed to take up space and ask for what you need.
-
Mengapa latihan kesadaran diri penting untuk mengendalikan emosi? Dengan meningkatkan kesadaran diri, kita dapat mengidentifikasi tanda-tanda awal marah dan meresponsnya dengan lebih bijaksana.
-
Bagaimana cara Ego State membantu dalam pengendalian diri? Dengan kesadaran akan berbagai ego state yang ada dalam diri mereka, individu dapat lebih mudah mengenali dan mengendalikan berbagai aspek kepribadian mereka dalam berbagai situasi.
-
Kenapa batasan diri penting untuk kesehatan mental? Menjaga kesehatan mental merupakan aspek krusial dalam kehidupan yang sering kali terabaikan di tengah kesibukan dan tekanan sehari-hari. Salah satu cara yang efektif untuk melindungi kesehatan mental adalah dengan menetapkan batasan diri yang jelas. Batasan ini berfungsi sebagai pelindung yang menjaga Anda dari tuntutan berlebihan, baik dari orang lain maupun dari harapan yang Anda tetapkan untuk diri sendiri.
-
Kenapa hidup ini penuh tantangan? Life is 10% what happens to us and 90% how we react to it. - Charles R. Swindoll (Hidup ini adalah 10% apa yang terjadi pada kita dan 90% bagaimana kita bereaksi terhadapnya)
Selain orang dewasa, anak-anak juga kerap mengalami situasi yang membuat frustrasi. Tetapi mereka belum mampu mengendalikan emosi, atau secara efisien mengatasi reaksi.
Itulah sebabnya regulasi diri dinilai penting untuk mengembangkan keterampilan mereka dalam mengendalikan emosi dan tindakan, dalam proses belajar.
Regulasi diri telah muncul sebagai prinsip penting dari perkembangan anak usia dini untuk anak-anak prasekolah dan taman kanak-kanak.
Selain itu, regulasi diri juga merupakan mekanisme internal yang membantu anak-anak dan orang dewasa untuk terlibat dalam perilaku yang penuh perhatian dan disengaja.
Dengan kata lain, diperlukan kemampuan untuk mengendalikan impuls supaya bisa fokus dan berhenti berperilaku negatif.
Regulasi diri yang baik akan memberikan kesempatan kita untuk memikirkan situasi dan tindakan. Beserta konsekuensi yang mungkin terjadi.
Bagi siswa di sekolah, regulasi diri ini diperlukan saat mengikuti aturan kelas, bahkan saat mengerjakan tugas.
Lantas fase apa yang paling menantang ketika Anda belajar regulasi diri? Bagaimana teorinya?
Melansir dari berbagai sumber, Rabu (28/2), simak ulasan informasinya berikut ini.
Regulasi Diri Menurut Para Ahli
Sebelum mengetahui fase apa yang paling menantang ketika Anda belajar regulasi diri, ada baiknya untuk memahami pengertian regulasi diri.
1. Menurut Zimmerman 2002
Regulasi diri adalah mengacu pada proses yang dilakukan siswa saat dirinya bertanggung jawab atas pembelajaran dan menerapkan dirinya untuk kemampuan akademik. Proses ini terjadi dalam tiga langkah:
a. Perencanaan: Siswa merencanakan tugasnya, menetapkan tujuan, menguraikan strategi untuk menangani tugas, dan membuat jadwal untuk tugas tersebut.
b. Pemantauan: Pada tahap ini, siswa menerapkan rencana. Kemudian memantau dengan cermat kinerja dan pengalamannya dengan metode yang dipilih.
c. Refleksi: Akhirnya setelah tugas selesai dan hasilnya masuk. Siswa merefleksikan seberapa baik ia melakukan beserta alasan dia melakukannya.
2. Menurut Winne dalam Boekaerts 2000
Setiap orang akan berusaha meregulasi fungsi dirinya dengan berbagai cara untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ketika seseorang mampu mengembangkan kemampuan regulasi diri secara optimal, maka pencapaian tujuan yang ditetapkan bisa tercapai dengan optimal.
Sebaliknya jika seseorang yang kurang mampu mengembangkan kemampuan regulasi diri untuk mencapai tujuan yang ditetapkan, maka pencapaian tujuan akan kurang optimal.
3. Menurut Papalia 2009
Regulasi diri adalah dasar dari proses-proses sosialisasi karena berhubungan.
4. Menurut Albert Bandura
Regulasi diri adalah pribadi manusia yang dapat mengatur diri sendiri, menciptakan dukungan kognitif dengan melakukan pengamatan dan pemikiran.
Lalu menyesuaikan diri dengan lingkungan serta memberikan konsekuensi dengan memberikan hukuman bagi tingkah lakunya. Dengan domain yang ada dalam perkembangan fisik, kognitif, sosial, dan emosionalnya.
Seorang ahli efikasi diri dan peneliti terkemuka ini menyebutkan bahwa regulasi diri adalah proses aktif yang berkelanjutan, seperti:
a. Memantau perilaku diri sendiri, pengaruhnya terhadap perilaku.
b. Menilai perilaku sendiri dalam kaitannya dengan standar pribadi dan standar yang lebih luas serta lebih kontekstual.
c. Bereaksi terhadap perilaku sendiri, yakni atas apa yang kita pikirkan dan bagaimana perasaan kita tentang perilaku sendiri.
5. Menurut Woolfolk 2009
Regulasi diri didefinisikan sebagai proses untuk mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, perilaku, dan juga emosi untuk mencapai tujuan.
6. Menurut penelitian DeWall, Baumeister, Stillman, dan Gailliot 2017
Regulasi yang kurang efektif dapat menimbulkan perilaku agresif. Sedangkan yang memiliki regulasi efektif akan mampu mengendalikan dirinya.
Dengan demikian regulasi diri mempengaruhi keberhasilan seseorang melalui pengendalian perilaku yang akan dimunculkan, tentunya yang dianggap sesuai dalam mencapai tujuan tersebut.
Pengertian Regulasi Diri
Melansir dari Good Theraphy, regulasi diri adalah mengendalikan diri sendiri. Pengendalian ini digunakan oleh berbagai organisme dan organisasi untuk tujuan kita.
Tujuan dari sebagian besar jenis terapi regulasi diri adalah untuk meningkatkan kemampuan individu dalam mengatur diri sendiri. Sekaligus untuk mendapatkan kembali rasa kontrol atas perilaku dan kehidupannya.
Secara umum, orang yang mahir meregulasi diri cenderung memiliki kemampuan fokus yang baik. Termasuk dalam bertindak dan proses belajar.
Berikut kemampuan yang dimiliki atas manfaat regulasi diri, dikutip dari Very Well Mind:
"Bertindak sesuai dengan nilai-nilai. Mampu menenangkan diri saat kesal. Menghibur diri sendiri saat merasa kalut. Menjaga komunikasi terbuka. Bisa bertahan melewati masa-masa sulit. Mengeluarkan upaya terbaik. Tetap fleksibel dan beradaptasi dengan situasi. Melihat kebaikan orang lain. Fokus dengan niat sejak awal. Mengambil kendali situasi bila perlu. Melihat tantangan sebagai peluang."
Cara Regulasi Diri
Regulasi diri di sekolah dan di kelas menjadi semakin populer karena manfaatnya bagi anak-anak dan guru. Mengajarkannya penting karena area emosional dan kognitif otak anak-anak belum mencapai potensi penuhnya.
Sangat baik bila anak-anak telah mempraktikkan regulasi diri di usia muda. Ada beberapa cara guru dan pengasuh untuk mendorong anak-anak keterampilan regulasi diri.
Profesional pembelajaran, Linda Groves Gillespie dan Nancy L Seibel merekomendasikan metode berikut untuk mendorong anak-anak, dilansir dari Kaplan:
1. Memiliki kemauan untuk menyesuaikan gaya mengajar dengan temperamen balita. Terutama ketika Anda berbicara atau mengajar anak satu lawan satu. Ini akan membantu mendukung kemampuan anak-anak untuk menangani reaksi emosional terhadap situasi baru.
2. Amati isyarat tentang sikap anak-anak merasakan dan menanggapi kebutuhan pribadi mereka.
3. Berikan struktur dan prediktabilitas untuk membantu anak-anak merasa lebih nyaman dan aman dengan Anda di kelas.
4. Atur lingkungan yang sesuai untuk kelompok usia yang diajar. Pastikan anak-anak dapat menjangkau rak, memiliki buku dan mainan yang sesuai dengan usia. Semua tertata sesuai dengan label yang jelas.
5. Tetapkan batasan yang sesuai dengan usia. Seperti adanya aturan kelas untuk membantu anak-anak merasa aman dan mengetahui apa yang diharapkan atau dilaksanakan.
6. Bersikap peduli dan tunjukkan empati untuk membantu anak memahami. Yakinkan mereka bahwa Anda mengenali kebutuhan anak-anak. Ini membuat mereka merasa penting dan membantu menangani emosi dengan lebih baik.
Sementara untuk regulasi diri di taman kanak-kanak, Dr. Elena Bodrova dan Dr. Deborah J. Leong, dua profesional pembelajaran awal, merekomendasikan para guru untuk menerapkan metode berikut:
1. Pastikan semua anak di kelas dan mengembangkan keterampilan dalam regulasi diri. Jangan hanya fokus pada satu anak yang sedang berjuang.
2. Memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan menerapkan perilaku tertentu dalam situasi yang baru. Anak-anak harus berlatih mengikuti, menetapkan, dan menerapkan aturan pada diri mereka sendiri.
3. Beri anak-anak pengingat visual yang nyata tentang regulasi diri. Hal ini akan membuat mereka perhatian pada tugas yang ada.
4. Memasukkan permainan ke dalam rencana pelajaran. Karena anak-anak belajar paling baik dengan kegiatan atau praktik langsung. Permainan pura-pura merupakan kesempatan besar untuk membantu anak-anak belajar dan mengembangkan keterampilan.