Pelaut Ini Bongkar Kejanggalan Rohingya Bisa Berlayar Sendiri ke Indonesia, Dibawa Orang Lain?
Berikut video pelaut Indonesia yang membongkar kejanggalan pelayaran Rohingya ke Tanah Air.
Berikut video pelaut Indonesia yang membongkar kejanggalan pelayaran Rohingya ke Tanah Air.
Pelaut Ini Bongkar Kejanggalan Rohingya Bisa Berlayar Sendiri ke Indonesia, Dibawa Orang Lain?
Seorang pelaut asal Indonesia membongkar kejanggalan pelayaran Rohingya ke Tanah Air.
Terlebih mereka disebut-sebut berlayar sendiri menggunakan kapal kayu untuk bisa ke Indonesia. Lantas bagaimana penjelasan pelaut Indonesia yang membongkar kejanggalan pelayaran Rohingya ke Tanah Air?
Melansir dari akun TikTok rianpotte, Rabu (10/1), simak ulasan informasinya berikut ini.
"Rohingya itu tidak mungkin bisa berlayar sampai ke Indonesia, kecuali dibawa oleh orang lain," ujar pelaut Indonesia pemilik akun TikTok rianpotte.
Ia pun menjelaskan secara rinci apa saja yang menjadi kejanggalan baginya. Mengingat Ia sendiri bekerja sebagai navigator di kapal.
1. Desain Kapal
Pelaut ini menjelaskan bahwa kapal yang digunakan oleh Rohingya tidak didesain untuk menyeberangi samudera maupun untuk alur-alur jauh. "Karena secara logika berpikir bernavigasi, sedangkan kapal gua yang besi nyeberangi laut Andaman dari India ke Indonesia masih terus terombang-ambing. Apalagi kapal kayu," ujarnya.
"Ombak setengah meter saja mungkin sudah kebalik kali kapal itu," sambungnya.
2. Rute Kapal
Lebih lanjut dijelaskan oleh pelaut ini bahwa rute kapal Rohingya dari Myanmar ke Indonesia itu merupakan open sea Samudera Hindia.
"Itu berasa loh alurnya lumayan keras di situ. Kecuali kalian dari Kalimantan sampai ke Pulau Jawa. Itu pun kalau bisa selamat dengan kapal yang seperti itu (kapal Rohingya)," jelas pelaut ini.
TikTok rianpotte
3. Bahan Bakar Kapal
Dijelaskan bahwa bahan bakar kapal itu tidak sedikit. Terlebih perjalanan jauh seperti rute yang dilalui oleh kapal Rohingya ke Indonesia. "Berapa banyak bahan bakar yang dibutuhkan, seberapa kuat kapal itu menanggung berat. Bukan berapa jumlahnya ya, tapi berat dari si bahan bakar itu sangat diperhitungkan dalam hitungan navigasi," paparnya.
"Dengan kapal ukuran segitu, berapa ton bahan bakar yang bisa sanggup dimuat. Belum lagi muatannya manusia, belum lagi makanannya," tambahnya.
4. Bahan Makanan
"Ini yang banyak perdebatan, karena ketika sampai di Indonesia bahan makanannya masih banyak, buah-buahannya masih segar. Katanya sayur-sayurannya masih bagus," kata pelaut ini.
Menurutnya secara logika, perjalanan panjang dari Myanmar ke Indonesia mampu membuat makanan menjadi basi atau busuk. Hal ini lantaran di kapal tersebut tentu tidak tersedia kulkas maupun freezer.
"Terus juga berapa banyak konsumsi yang harus kalian makan untuk sampai ke Indonesia. Karena jumlahnya itu bukan 10-20 orang tapi ratusan," ujarnya.
"Jadi secara logika navigasi itu enggak mungkin bisa berlayar dengan kapal desain seperti itu bisa sampai ke Indonesia. Apalagi melewati Samudera Hindia," tutupnya.