Pilu, Bayi 19 Bulan Menderita Kanker Ovarium Stadium 3, Sang Ibu Ungkap Gejalanya
Kasus ini juga menunjukkan bahwa kanker ovarium bisa menyerang di usia berapa pun, meskipun kemungkinannya sangat kecil .
Kasus seorang bayi perempuan berusia 19 bulan yang didiagnosis menderita kanker ovarium stadium 3 di Malaysia menarik perhatian masyarakat dan dunia medis. Menurut laporan The Strait Times, penyakit ini sangat jarang terjadi pada anak-anak, mengingat kanker ovarium biasanya menyerang wanita di atas usia 40 tahun.
Diagnosis ini muncul setelah sang ibu menyadari adanya kejanggalan dalam perilaku putrinya. Temuan ini menyoroti pentingnya kewaspadaan orang tua terhadap gejala-gejala yang tidak biasa pada anak. Meskipun kanker ovarium pada anak adalah kasus yang sangat langka, perhatian serius tetap diperlukan karena potensi dampak yang mengancam jiwa. Para ahli medis mengatakan diagnosis dini dapat meningkatkan peluang kesembuhan.
Kisah tragis bayi dengan kanker ovarium ini menjadi pengingat akan pentingnya penelitian lebih lanjut tentang penyakit ini pada usia muda. Penyebab kanker ovarium pada anak-anak masih belum sepenuhnya dipahami, meskipun beberapa faktor risiko telah diidentifikasi. Kasus ini juga menunjukkan bahwa kanker ovarium bisa terjadi pada usia berapa pun, meskipun risikonya sangat kecil pada bayi dan anak-anak. Berikut adalah ulasan lengkapnya Senin (14/10).
Awal Mula Bayi Didiagnosis Kanker Ovarium di Malaysia
Kasus bayi yang menderita kanker ovarium di Malaysia berawal dari kewaspadaan seorang ibu bernama Fallarystia Sintom. Pada bulan Agustus lalu, Fallarystia mulai merasakan ada yang tidak beres dengan putrinya yang berusia 19 bulan. Perubahan perilaku anaknya menjadi sinyal awal yang memicu kekhawatirannya. Keresahan tersebut mendorong Fallarystia untuk mencari pertolongan medis di sebuah rumah sakit di Sabah. Namun, diagnosis awal tidak menunjukkan adanya kanker ovarium.
Pencarian diagnosis yang tepat terus berlanjut seiring dengan memburuknya kondisi sang anak. Titik balik dalam kasus ini terjadi saat bayi tersebut dipindahkan ke rumah sakit yang khusus menangani wanita dan anak-anak. Pemindahan ini dilakukan setelah terjadi penurunan drastis pada jumlah darah sang bayi, yang menandakan adanya masalah serius. Di rumah sakit spesialis tersebut, tim medis akhirnya berhasil mendeteksi tumor berukuran signifikan pada ovarium bayi. Diagnosis kanker ovarium stadium 3 pun dikonfirmasi setelah dilakukan operasi pada awal bulan Oktober. Temuan ini mengejutkan banyak pihak, mengingat kanker ovarium biasanya menyerang wanita berusia 40 tahun ke atas.
"Anak saya tidak nyaman, dan karena dia belum bisa berbicara, dia hanya menangis saat merasakan sakit," ungkap Fallarystia (25), seperti dilansir oleh The Strait Times.
Gejala yang Muncul Pada Bayi
Gejala awal yang dialami oleh bayi penderita kanker ovarium di Malaysia sering kali tidak spesifik dan mudah terabaikan. Fallarystia Sintom, ibu dari bayi tersebut, menjelaskan putrinya menunjukkan perubahan perilaku yang cukup signifikan. Ketidaknyamanan yang dialami anaknya menjadi indikator awal yang penting untuk diperhatikan. Salah satu gejala yang paling terlihat adalah masalah pencernaan.
Fallarystia mengatakan si kecil sering mengalami sembelit dan perut kembung. Meskipun gejala ini umum terjadi pada bayi, frekuensi dan intensitasnya yang tidak biasa membuatnya menjadi lebih mencurigakan. Penurunan aktivitas juga menjadi tanda yang signifikan. Dalam situasi ini, bayi hanya ingin digendong, menunjukkan perubahan perilaku yang mencolok dibandingkan dengan keaktifannya yang sebelumnya.
Gejala lain yang perlu dicermati adalah penurunan jumlah darah yang drastis. Gejala ini akhirnya mendorong untuk melakukan diagnosis lebih lanjut dan pemindahan ke rumah sakit khusus.
"Ketika saya menerima kabar tersebut, saya merasa sangat sedih karena anak saya masih begitu kecil dan indung telur kanannya sudah diangkat," ungkap Fallarystia, menggambarkan perasaannya saat mendengar diagnosis akhir.
Berikut adalah gejala yang dialami bayi kanker ovarium di Malaysia:
- Ketidaknyamanan dan tangisan yang sering
- Sembelit dan perut kembung
- Penurunan aktivitas yang drastis
- Keinginan untuk selalu digendong
- Penurunan jumlah darah yang signifikan
Ada beberapa penyebab kanker ovarium:
a. Faktor Genetik
Mutasi pada gen tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya kanker ovarium pada anak. Menurut National Cancer Institute, mutasi yang diwariskan pada gen BRCA1 dan BRCA2 dapat menjadi penyebab kanker ovarium, meskipun kejadian ini sangat jarang terjadi pada usia yang sangat muda.
b. Kelainan Perkembangan
Kelainan perkembangan ovarium yang terjadi selama masa janin dapat meningkatkan risiko kanker ovarium pada anak. Dana-Farber Cancer Institute melaporkan bahwa tumor sel germinal, yang berasal dari sel telur yang belum matang, merupakan jenis tumor ovarium yang paling umum dijumpai pada anak perempuan.
c. Gangguan Hormon
Ketidakseimbangan hormon yang dialami anak selama masa pertumbuhan dapat berkontribusi terhadap perkembangan kanker ovarium. Meskipun jarang, produksi hormon yang abnormal selama masa bayi atau anak-anak awal dapat memengaruhi perkembangan ovarium.
d. Paparan Lingkungan
Paparan terhadap zat karsinogen tertentu selama kehamilan atau pada masa awal kehidupan anak dapat berperan dalam perkembangan kanker ovarium.
e. Sindrom Genetik Tertentu
Beberapa sindrom genetik, seperti sindrom Peutz-Jeghers dan sindrom DICER1, dapat meningkatkan risiko terjadinya tumor ovarium pada anak. Menurut National Cancer Institute, anak-anak yang menderita sindrom ini perlu mendapatkan pemantauan yang ketat untuk deteksi dini kanker ovarium.
Pengobatan kanker ovarium pada anak merupakan tantangan signifikan bagi tim medis. Kasus bayi dengan kanker ovarium di Malaysia menunjukkan betapa kompleksnya penanganan penyakit ini pada pasien yang masih sangat muda. Langkah awal dalam pengobatan kanker ovarium pada anak adalah melalui operasi. Pada kasus bayi di Malaysia, tindakan operasi dilakukan untuk mengangkat tumor serta indung telur yang terpengaruh.
Tujuan dari operasi ini adalah untuk mengangkat sebanyak mungkin jaringan kanker sambil berusaha mempertahankan fungsi reproduksi di masa mendatang. Kemoterapi sering kali menjadi tahap berikutnya dalam pengobatan, dengan dosis yang harus disesuaikan berdasarkan usia dan kondisi fisik anak. Setelah pulih dari operasi, bayi dengan kanker ovarium di Malaysia direncanakan untuk menjalani sesi kemoterapi.
Pemantauan setelah pengobatan merupakan bagian penting dari perawatan, di mana bayi tersebut akan menjalani pemeriksaan rutin untuk memastikan tidak terjadinya kekambuhan. Selain itu, dukungan psikologis dan emosional juga sangat penting dalam proses pengobatan, baik bagi pasien maupun keluarga, mengingat dampak emosional yang besar akibat diagnosis ini pada usia yang sangat muda.