Potret Rumah Jenderal A.H. Nasution Megah dan Elegan, Kini Jadi Museum Penuh Sejarah
Merdeka.com - Tahun 1965 meninggalkan sejarah kelam bagi bangsa Indonesia. Peristiwa G30S/PKI menjadi salah satu pengalaman hidup yang pahit bagi Jenderal Besar TNI (Purn.) Abdul Haris Nasution.
Meski lolos dari maut dalam incaran Pasukan Cakrabirawa, dia harus rela kehilangan putri tercinta Ade Irma dan juga sang ajudan, Lettu Pierre Tendean. Semua peristiwa kelam tersebut berlangsung di kediamannya kala itu.
Kini, rumah penuh kenyamanan yang menyimpan kenangan pahit tersebut masih ada. Rumah Jenderal A.H Nasution kini menjadi museum. Seperti apa potretnya? Simak ulasan selengkapnya berikut ini.
-
Siapa yang memiliki banyak kenangan di rumah tersebut? Miliki Banyak Kenagan, Ini Deretan Potret Rumah Kimberly Ryder dan Edward Akbar yang yang Homie Banget
-
Apa yang ada di dalam Rumah Bersejarah itu? Di sana masih terdapat foto-foto jadul. Salah satu foto hitam putih memperlihatkan Raden Mas Ari Sumarmo yang masih kecil. Di samping itu terdapat banyak benda-benda asli peninggalan zaman dulu seperti kursi, guci, dan mesin jahit.
-
Dimana Rumah Bersejarah itu berada? Rumah sederhana itu berada di lereng Gunung Prau sebelah timur, tepatnya di Desa Purwosari, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Kendal.
-
Siapa pemilik Rumah Bersejarah itu? Saat itu pemilik rumah tersebut adalah Raden Mas Ari Sumarmo Sastro Dimulyo.
-
Dimana Museum Nasional berada? Museum Nasional yang terletak di Jalan Merdeka Barat, Jakarta Pusat itu saat ini dijaga ketat TNI, Polri, dan pasukan pengamanan museum usai bagian gedung A dilalap si jago merah.
-
Bagaimana tempat tinggal itu terjaga sampai sekarang? Pada saat itu, sebuah runtuhan batu menghalangi pintu masuk gua sehingga mengunci isinya seperti kapsul waktu prasejarah.
Ruang Tamu
Rumah Jenderal A.H Nasution menjadi saksi dari betapa mengerikannya peristiwa yang harus dialaminya di kala itu. Berlokasi di di Jalan Teuku Umar Nomor 40, Menteng, Jakarta Pusat, kini rumah tersebut diketahui terbuka untuk umum lantaran dijadikan sebagai Museum Sasmitaloka A.H. Nasution yang diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 3 Desember 2008.
Di bagian depan, nampak sebuah ruang elegan yang disi dengan sejumlah sofa hangat dan meja kecil. Ruangan tersebut tak lain digunakan untuk menerima tamu.
YouTube Edward Sitorus Papua Channel ©2021 Merdeka.com
"Kediaman Jenderal Besar DR. A. H. Nasution saat ini sudah dijadikan Museum, museum ini di resmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada tanggal 3 Desember 2008," dikutip dari kanal YouTube Edward Sitorus Papua Channel.
Ruang Kerja
Masuk ke rumah mendiang lebih dalam, pengunjung akan mendapati sebuah ruang dengan atmosfir yang cukup berbeda. Ruangan yang dipenuhi dengan rak berisikan banyak buku tersebut tak lain adalah ruang kerja sang Jenderal Besar.
YouTube Edward Sitorus Papua Channel ©2021 Merdeka.com
Ruangan tersebut dipergunakan mendiang untuk menghabiskan waktu dengan melakukan hobinya yakni membaca dan menulis. Kini, ruangan tersebut dihiasi dengan sebuah patung yang menggambarkan mendiang tengah duduk dan menulis di meja kerjanya.
Ruang Kuning
Rupanya, ada salah satu ruangan khusus lagi di bagian tengah rumah mendiang. Ruangan berwarna serba kuning tersebut diketahui cukup istimewa. Sebab, mendiang seringkali menerima kunjungan tamu penting seperti duta besar, tokoh nasional, dan sebagainya.
YouTube Edward Sitorus Papua Channel ©2021 Merdeka.com
Ruangan tersebut hingga kini lantas dijuluki sebagai ruang kuning. Berbagai perabotan di dalamnya pun tergolong mewah dan elegan. Selain itu, karpet bermotif semakin membuat ruangan kian rapi dan menarik.
Ruang Penuh Seragam
Di sisi lain, sejumlah seragam kebesaran TNI AD mendiang kini tergantung di sebuah lemari kaca. Ruangan tersebut juga penuh dengan berbagai perlengkapan mendiang saat hendak bertugas seperti baret, jam tangan, dan lain sebagainya.
YouTube Edward Sitorus Papua Channel ©2021 Merdeka.com
Bahkan, baju sang putri tercinta nampak bersanding dengan salah satu seragam mendiang. Selain itu, terlihat salah satu mainan kesayangan yakni berupa boneka berwarna putih yang juga turut menjadi saksi bisu dari tewasnya sang putri.
Tempat Tidur Utama
Ada bukti nyata dari kejamnya peristiwa G30S/PKI kala itu. Tepat menuju ke ruang tidur utama, terdapat 3 patung yang menggambarkan aksi pasukan Cakrabirawa hendak mendobrak pintu.
YouTube Edward Sitorus Papua Channel ©2021 Merdeka.com
Sementara itu, sejumlah lubang di daun pintu kamar tidur utama pun hingga kini tak pernah diubah. Ada lingkaran kuning yang menjadi tanda dan saksi bisu sesaat sebelum sang putri, Ade Irma Suryani tewas tertembak. (mdk/mta)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Museum Jenderal Besar AH Nasution adalah saksi bisu dari salah satu peristiwa paling kelam dalam sejarah Indonesia, G30S/PKI.
Baca SelengkapnyaRumah mewah kerap mencuri perhatian siapa saja yang melewatinya.
Baca SelengkapnyaSimak penampakan rumah jadul Ryamizard Ryacudu dengan foto masa mudanya. Ternyata sudah ganteng dari muda.
Baca SelengkapnyaPotret memprihatinkan rumah jenderal terbengkalai di Lembang dengan foto pemilik rumah dan mantan Kapolri Jenderal Hoegeng masih terpasang.
Baca SelengkapnyaPotret Kamar Pensiunan Jenderal Menantu Eks Panglima ABRI, di Dalamnya Ada Lemari Unik Bikin Melongo
Baca SelengkapnyaKeindahan bangunannya pun selaras dengan isi di dalamnya.
Baca SelengkapnyaMuseum Sadurengas terletak di Kecamatan Pasir Belengkong, Kabupaten Paser, yang merupakan bekas rumah kediaman salah seorang Sultan Pasir.
Baca SelengkapnyaPenampakan rumah Nike Ardila yang kini dijadikan museum
Baca SelengkapnyaSebuah video memperlihatkan penampakan rumah mantan gubernur Jawa Barat yang masih kental dengan nuansa Belanda.
Baca SelengkapnyaTerungkap, semasa kecil ternyata Ahmad Yani hidup di perkampungan di Purworejo, Jawa Tengah.
Baca SelengkapnyaBerikut potret rumah mewah terbengkalai usai pemiliknya meninggal dunia. Ternyata atapnya pakai pesawat.
Baca SelengkapnyaRumah ini dibangun untuk mengenang salah satu pahlawan nasional Indonesia dalam mempertahankan tanah kelahiran dari para penjajah.
Baca Selengkapnya