Santai Bercelana Jeans, Jenderal TNI Lulusan Terbaik Kedatangan Jurnalis Bule, Ini yang Dibahas
Jenderal TNI lulusan terbaik ini kedatangan jurnalis dari luar negeri.
Jenderal TNI lulusan terbaik ini kedatangan jurnalis dari luar negeri.
Santai Bercelana Jeans, Jenderal TNI Lulusan Terbaik Kedatangan Jurnalis Bule, Ini yang Dibahas
Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Indonesia Jenderal TNI (HOR) (Purn.) Luhut Binsar Pandjaitan baru-baru ini membagikan momen saat dirinya kedatangan tamu dari luar negeri.
Tidak tanggung-tanggung, tamu tersebut adalah seorang jurnalis senior di Amerika Serikat. Saat menerima tamu, Luhut tampak begitu berpenampilan begitu santai dengan kaos berkerah dan celana jeans. Meski begitu, Luhut tetap terlihat rapi dan sopan untuk menerima tamu. Lantas bagaimana momen Jenderal TNI lulusan terbaik ini saat kedatangan jurnalis bule? Melansir dari akun Instagram luhut.pandjaitan, Jumat (21/7), simak ulasan informasinya berikut ini.
Jenderal TNI lulusan terbaik tahun 1970 ini baru saja menerima Peter Goodman sembari mengisi waktu luang di hari libur kemarin. Peter sendiri adalah seorang jurnalis senior dari The New York Times.
Diungkapkan oleh Luhut, Peter datang menemuinya karena tertarik menggali lebih dalam seputar hilirisasi industri mineral di Indonesia saat ini.
Mengetahui hal tersebut membuat Luhut langsung meminta Peter untuk untuk melihat secara langsung beberapa fakta yang tidak pernah terjadi sepanjang sejarah republik Indonesia.
Tentu saja dengan memaparkan sejumlah data dan laporan yang sudah Ia siapkan sejak lama.
Paparan tersebut berisi nilai rata-rata tingkat inflasi Indonesia. Di mana sejak kepemimpinan Presiden Joko Widodo, inflasi selalu berada dibawah 4 persen.
"Our inflation is now like this. The lowest inflation before, this is I think during the era of President Soeharto around 8 percent. It's the first time ever in our history that our inflation can be below 4 percent," jelas Luhut menunjukkan sejumlah data kepada Peter Goodman. "President Jokowi's approval rating is like this," sambungnya. "Yeah, it is amazing," ujar Peter setelah melihat data dan laporan tersebut.
Luhut mengungkapkan, hal itu menjadi salah satu manfaat dari program hilirisasi industri di Indonesia, takni berkontribusi menjaga pertumbuhan ekonomi secara berkelanjutan.
"Can you imagine that within 1 and a half years to go, we still have a really high approval rating?," tanyanya. "Yeah, it is amazing," ujar Peter. "Maybe in the US, the President is also similar to this?," tanya Luhut. "No," jawab sang jurnalis. "No? Ok," kata Luhut.
Selain itu, Luhut juga menyampaikan hasil laporan yang dibuat oleh Lembaga Edelman Trust Barometer tahun 2023.
Lembaga tersebut menyebutkan bahwa Indonesia merupakan negara peringkat ke 2 dalam daftar negara dengan tingkat optimisme ekonomi yang tinggi.
Pencapaian tersebut sekaligus mengalahkan negara asal Peter yakni Amerika Serikat yang berada di peringkat 14.
"The Edelman Trust Barometer 2023, they made this rating. South Korea, UK, Germany. US here," ujar Luhut memperlihatkan Edelman Trust Barometer tahun 2023.
"In the middle of the pack? And Indonesia?," tanya Peter.
"Here," ujar Luhut sembari menunjukkan posisi Indonesia.
"Wow," kata Peter terkejut.
"The Downstreaming Industry, this industry decisions, so we have entered the industrialization phase. Digitalization, digitalization makes us more efficient, less corruption because of this, as there's a transparent and inclusive government," lanjut Luhut.
"This ini what we exported before, dirt. This is only 2% we can extract from it, the nickel content. The rest consists of water and soil. So, we were essentially exporting water and soil. Today no more, we are here and we're heading here," kata Luhut menjelaskan terkait ekspor niket.
"Hopefully, by the end of 2024 or 2025, we're going to be in this area," sambungnya.
"Basically, what we banned is the nickel ore, Peter. The nickel ore. So you can see that in 2014, our export of nickel products including the ore was only about US$2.1 billion. However, once we banned the export, all the investments started to come in, especially during the Covid-19 pandemic, and now it's about US$33 billion as of last years," jelas pria yang bersama Luhut.
"The plan is Peter, that we only ban the export of the raw, unprocessed products. However, the first derivatives of the product and the second derivatives are allowed for export. It's free," jelasnya. "You are free to do the export, without any export restrictions whatsover. So, what we don't want is to simply export the raw material. The rocks, the ore," tutupnya.
Luhut juga ingin Peter mencatat dalam tulisannya nanti bahwa Indonesia ingin negara-negara maju memahami satu hal yang penting yaitu larangan ekspor nikel yang diputuskan oleh pemerintah saat ini secara tidak langsung mempermudah Amerika dan negara lainnya untuk mendapatkan akses terhadap suplai material lithium baterai dan nikel.
Mengingat Indonesia adalah salah satu negara yang berhasil menerapkan teknologi HPAL untuk pengolahan nikel kadar rendah menjadi bahan lithium baterai.
"Melihat raut keheranan dari wajah Peter, semakin meyakinkan saya bahwa memang belum banyak yang tahu apa yang sedang dijalankan Indonesia hari ini, wajar bila banyak tentangan yang hadir silih berganti terhadap kebijakan hilirisasi ini," tulisnya dalam caption.
"Namun kami bersyukur karena diberi teladan kepemimpinan yang baik dari Presiden kami, untuk tidak gentar terhadap setiap tantangan dan hambatan yang hadir di masa depan," lanjut Luhut.
"Bahwa efek berlipat ganda yang hadir karena kebijakan hilirisasi bukan saja menjadi penyemangat kami untuk melindungi hak atas pengelolaan sumber daya alam negeri kami secara berdikari, tetapi juga pertanda baik bagi terwujudnya cita-cita bangsa menjadi negara maju di tahun 2045," tutupnya.