Profil
Try Sutrisno
ster tersebut secara paksa, yang kemudian memicu protes dari umat Islam. Protes ini akhirnya berkembang menjadi kerusuhan massal yang dikenal sebagai Peristiwa Tanjung Priok. Try Sutrisno, sebagai Panglima KODAM V/Jaya, bertanggung jawab atas penanganan kerusuhan tersebut. Dia melakukan upaya untuk mengendalikan situasi dan menghentikan kekerasan, meskipun akhirnya peristiwa tersebut berakhir dengan banyak korban jiwa. Kejadian ini menjadi salah satu sorotan terbesar dalam karier militer Try Sutrisno.
Kepangkatan dan Jabatan Tertinggi Setelah sukses dalam menangani Peristiwa Tanjung Priok, Try Sutrisno terus naik pangkat dan menduduki jabatan-jabatan penting di ABRI. Pada tahun 1988, ia diangkat sebagai Panglima ABRI, posisi tertinggi di militer Indonesia. Sebagai Panglima ABRI, Try Sutrisno bertanggung jawab atas keseluruhan angkatan bersenjata dan memainkan peran penting dalam menjaga stabilitas dan keamanan negara.
Wakil Presiden Indonesia Pada tahun 1993, Try Sutrisno diangkat sebagai Wakil Presiden Indonesia oleh Presiden Soeharto. Ia menjabat sebagai Wakil Presiden selama dua periode, hingga tahun 1998. Selama masa jabatannya, Try Sutrisno berperan penting dalam menjaga stabilitas politik dan keamanan negara. Meskipun demikian, ia juga menghadapi kritik dan kontroversi terkait dengan situasi politik saat itu, termasuk demonstrasi mahasiswa yang mengguncang rezim Soeharto.
Setelah pensiun dari dunia politik, Try Sutrisno tetap aktif dalam berbagai kegiatan sosial dan organisasi veteran. Ia juga terus memberikan kontribusi dalam pembangunan bangsa dan mengadvokasi pentingnya persatuan dan kesatuan di Indonesia. Try Sutrisno adalah sosok yang dihormati dalam sejarah Indonesia, dengan karier militernya yang cemerlang dan perannya dalam menjaga stabilitas negara.