5 Fakta mengejutkan dari kebocoran data pengguna Facebook, termasuk rugi triliunan
Merdeka.com - Facebook tengah dirundung awan kelabu. Penyebabnya ialah kebocoran data 50 juta pengguna Facebook yang diduga dilakukan oleh Cambridge Analytica, sebuah konsultan politik asal Inggris.
Kebocoran data pengguna Facebook disinyalir lewat kuis-kuis yang bertebaran di situs jejaring sosial tersebut. Ilmuwan data Cambridge Analytica, Aleksandr Kogan, dituduh menjadi aktor 'pencurian' tersebut.
Aksi Cambridge Analytica dianggap kontroversial karena data-data yang mereka ambil dicurigai dipakai untuk kepentingan politik, mulai dari kampanye referendum Uni Eropa di Britania Raya hingga kampanye Donald Trump.
-
Siapa yang membocorkan data orang Indonesia? Dalam tangkapan layarnya, akun X bernama @Fusion Intelligence Center @S memberitahukan bahwa data pribadi masyarakat Indonesia telah dibocorkan oleh sebuah channel Telegram di China.
-
Bagaimana perusahaan seperti Facebook mengumpulkan data pengguna? Dokumen tersebut menguraikan proses enam langkah bagaimana perangkat lunak Active-Listening mengumpulkan data suara pengguna dari berbagai perangkat.
-
Siapa yang menyebarkan informasi hoaks itu? Yayuk memastikan akun Instagram bernama BP2MI dengan centang hijau yang menyebarkan informasi tersebut bukan akun resmi milik BP2MI.
-
Siapa yang menyebarkan hoaks ini? 'Berita yang menyebar itu adalah hoaks yang sengaja dihembuskan oleh OPM dan simpatisannya. Justru saat ini aparat TNI dari Yonif 527 membantu melaksanakan pengamanan RSUD Madi Paniai karena adanya pengaduan dari masyarakat bahwa gerombolan OPM akan membakar RSUD tersebut,' katanya dalam keterangan tertulisnya, Minggu (26/5).
-
Data apa yang bocor dari situs KPU? Situs resmi Komisi Pemilihan Umum (KPU) dibobol hacker dan sekitar 204 juta data DPT bocor dalam kejadian ini.
-
Mengapa Facebook Web populer? Facebook memungkinkan Anda mengelola daftar teman dan memilih pengaturan privasi untuk menyesuaikan siapa yang dapat melihat konten di profil Anda.
Skandal Cambridge Analytica, yang melibatkan pencurian data pribadi penggunaan Facebook, memicu naiknya popularitas tanda pagar (tagar) #DeleteFacebook di Twitter sejak Selasa, 20 Maret 2018. Tagar tersebut pertama kali ditwit oleh salah seorang pendiri WhatsApp, Brian Acton, dari akun Twitter atas namanya yang belum terverifikasi.
Tagar #DeleteFacebook telah hampir menyentuh angka 1.000 kali unggah pasca-twit pertamanya pada Selasa malam waktu Amerika Serikat (AS), atau pagi hari waktu Indonesia bagian barat.
Atas kejadian Facebook ini, terdapat sejumlah fakta mengejutkan di baliknya. Apa saja? Berikut rangkumannya.
Kekayaan Mark Zuckerberg hilang Rp 123 triliun
Diterpa kabar mengenai data pribadi pengguna Facebook yang bocor, Mark Zuckerberg ternyata harus mengalami nasib yang menyedihkan. Suami dari Priscilla Chan ini harus rela hartanya hilang sebanyak USD 5 miliar atau setara dengan Rp 68,7 triliun pada hari Senin.
Penurunan nilai kekayaannya tidak lantas berhenti di angka tersebut. Pada Selasa, kekayaan Mark kembali turun setidaknya USD 4 miliar atau sekitar Rp 55 triliun. Padahal, itu hanya berselang sehari dari kabar terungkapnya kebocoran data Facebook.
Untuk sementara, posisi taipan teknologi satu ini pun harus tergelincir di daftar orang terkaya dunia. Jika sebelumnya Mark Zuckerberg bertengger di posisi 4, kini dia harus rela turun menduduki peringkat 6.
Bikin rugi, Facebook dituntut pemegang sahamnya
Para penanam modal menuntut Facebook sebagai buntut skandal kebocoran data oleh Cambridge Analytica. Akibat kasus ini, nilai Facebook terjun hampir mencapai USD 50 miliar pekan ini.Fan Yuan, salah satu investor Facebook, mendaftarkan tuntutan di pengadilan San Francisco kemarin. Tuntutan ini diikuti oleh sejumlah investor lain yang dirahasiakan jumlahnya yang telah membeli saham Facebook sejak 3 Februari 2017 hingga 19 Maret 2018.Tuntutan itu mengatakan bahwa Facebook telah melakukan pernyataan dan tindakan keliru. Facebook juga diklaim tidak mengumumkan pada pemegang saham mengenai kebijakan pengaksesan data miliaran penggunanya pada pihak ketiga."Sebagai akibat dari tindakan dan kelalaian terdakwa, serta penurunan nilai saham perusahaan, maka penggugat dan anggota lainnya telah mengalami kerugian yang signifikan," tulis tuntutan tersebut.
Penurunan saham Facebook seret milik Twitter Cs
Saham dari perusahaan media sosial Facebook kembali merosot hampir tiga persen saat penutupan perdagangan Selasa waktu setempat. Penurunan nilai saham Facebook sejauh ini telah membuat perusahaan tersebut kehilangan valuasi USD 49,4 miliar atau Rp 679,92 triliun (Rp 13.763 per USD).Citra Facebook di mata investor menurun setelah Cambridge Analytica mengaku mendapat akses ke 50 juta pengguna Facebook untuk mempengaruhi suara dalam pemilihan Presiden Amerika Serikat pada 2016.Menurunnya nilai saham Facebook juga turut berpengaruh pada saham perusahaan teknologi dan media sosial lain. Saham twitter dilaporkan merosot 10 persen sementara perusahaan induk Snapchat, Snap Inc. kehilangan tiga persen.
Kuis Facebook diduga menjadi alat pembocor
Facebook diduga mencuri data privasi pengguna demi kepentingan pihak ketiga. Pencurian data tersebut dilakukan melalui kuis-kuis yang seringkali muncul di aplikasi Facebook, seperti cara mengetahui kepribadian seseorang, rezeki, sampai kapan jodoh datang.Rupanya, kuis-kuis semacam itu memiliki masalah keamanan data. Sebabnya, kuis tersebut melibatkan pihak ketiga yang akan diberi akses kepada data pengguna. Salah satunya diberikan kepada Cambridge Analytica, sebuah perusahaan konsultan politik Inggris yang dituding mengeksploitasi data 50 juta pengguna Facebook.Polemik mengenai kuis yang beredar di Facebook memang sudah sejak lama disebut bermasalah. Alasannya, sejumlah kuis Facebook dipakai mengecoh orang-orang untuk mendapatkan informasi pribadi mereka dan menghasilkan uang dari hal itu.Informasi itu diungkapkan oleh Managing Director Keamanan Siber di Florida Center, Sri Sridharan. Menurutnya, kuis semacam ini kelihatannya memang tak berbahaya, tapi tak pernah diketahui siapa yang sebenarnya meminta informasi tersebut.
Cambridge Analytica pernah terlibat di pemilu Indonesia
Konsultan politik asal Inggris, Cambridge Analytica, tengah berada di pusaran kontroversi di banyak negara, akibat tudingan skandal pencurian data pribadi pengguna Facebook.Merujuk pada catatan kinerja yang ditampilkan di situs resminya, Cambridge Analytica menyebut pernah berkiprah di Indonesia pada Pemilu 1999 silam.Meski begitu, tidak ditulis siapa klien yang menggunakan jasanya, kecuali penyebutan bahwa mereka pernah bekerja untuk sebuah partai besar di pemilu yang dilakukan pasca-geger reformasi itu.Namun, Cambridge Analytica menulis beberapa indikator yang mempersulit proses kerjanya di Indonesia, seperti jumlah penduduk yang besar, beragamnya bahasa daerah yang digunakan, dan kondisi krisis ekonomi yang kala itu masih menyisakan cukup banyak masalah.
ÂÂ
(mdk/bim)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Daftar platform ini paling banyak sebar hoaks terlebih jelang pemilu.
Baca SelengkapnyaBudi Arie telah mengirimkan surat kepada Kementerian Keuangan (Kemenkeu) terkait kebocoran data 6 juta NPWP itu.
Baca SelengkapnyaKirim ke Bareskrim dan KPU, Begini Hasil Investigasi BSSN soal Kebocoran Data Pemilih
Baca SelengkapnyaSebanyak 204 juta data pemilih KPU diduga bocor. Diperjualbelikan di darkweb seharga Rp 1 miliar lebih.
Baca SelengkapnyaKPU hingga kini masih menelusuri dugaan peretasan tersebut.
Baca SelengkapnyaYouTube menjadi tempat penyebaran hoaks terbanyak dengan presentase 44,6 persen.
Baca SelengkapnyaMenkominfo Budi Arie Setiadi menjelaskan data pemilih yang bocor merupakan data daftar pemilih tetap atau DPT
Baca SelengkapnyaCak Imin menilai kebocoran data pemilih merupakan keteledoran Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI
Baca Selengkapnya"(Penyebab kebocoran) Nanti kami jelaskan setelah kami memanggil dirjen pajak hari Jumat," kata Menko Hadi
Baca SelengkapnyaPenyebaran hoaks Pemilu ditemukan paling tinggi di Facebook.
Baca SelengkapnyaKemenkominfo mengaku segera mengecek informasi tersebut.
Baca SelengkapnyaIndonesia kembali dihebohkan kabar kebobolan 204 juta Data Pemilih Tetap (DTP) Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Baca Selengkapnya