Amerika Serikat Terancam Gagal Bayar Utang, Sri Mulyani Pantau Dampak ke Indonesia
Merdeka.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa pemerintah akan terus memperhatikan berbagai dampak dan risiko yang terjadi di tengah ketidakpastian global.
Apalagi, banyak negara maju termasuk Amerika Serikat yang terancam gagal bayar utang. Pelemahan ekonomi global sekarang yang mungkin terjadi tidak akan terlalu parah ketimbang kondisi beberapa tahun lalu.
"Negara maju seperti Amerika Serikat (AS), Jepang, Korea Selatan, Eropa, meskipun ternyata tidak separah seperti prediksi resesi yang dalam atau lama, tapi dia tetap melemah," kata Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK di Jakarta, dikutip Selasa (9/5).
-
Kenapa Pertamina perlu antisipasi gejolak ekonomi global? Erick menyebut kondisi ini memicu menguatnya dolar AS terhadap rupiah dan tentunya kenaikan harga minyak WTI dan Brent yang masing-masing telah menembus 85,7 dolar AS dan 90,5 dolar AS per barel.'Harga minyak ini bahkan diprediksi beberapa ekonom bisa mencapai 100 dolar AS per barel apabila konflik meluas dan melibatkan Amerika Serikat,' lanjut dia.
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja keuangannya? 'Kontributor utama penopang kinerja positif BRI tersebut diantaranya adalah penyaluran kredit yang tumbuh double digit, penghimpunan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan dana murah yang juga tumbuh double digit, kualitas kredit yang terjaga, serta proporsi fee-based income yang porsinya terus meningkat terhadap keseluruhan pendapatan BRI', jelas Sunarso.
-
Kapan kinerja industri perbankan terjaga stabil? Di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan gejolak geopolitik global, kinerja industri perbankan Indonesia per Juni 2024 terjaga stabil,' jelas Mahendra Siregar dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (2/8).
-
Bagaimana BRI mempertahankan kinerja positif di tengah ketidakpastian? “Keberhasilan BRI Group menjaga kinerja positif tersebut ditunjukkan dari asset yang secara konsolidasian meningkat 9,93% year on year (yoy) menjadi Rp1.851,97 triliun. Pertumbuhan aset tersebut juga diiringi dengan perolehan laba dalam 9 bulan yang mencapai sebesar Rp44,21 triliun atau tumbuh 12,47% yoy“, jelasnya.
-
Siapa yang menilai sektor keuangan stabil? Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 Agustus 2023 menilai stabilitas sektor jasa keuangan nasional terjaga dan resilien dengan indikator prudensial, seperti permodalan maupun likuiditas yang memadai serta profil risiko yang terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian global.
-
Bagaimana pertumbuhan ekonomi RI di kuartal II-2023? “Bila dibandingkan dengan triwulan II-2022 atau secara year on year tumbuh sebesar 5,17 persen,“ kata Deputi Bidang Neraca dan Analis Statistik BPS Moh Edy Mahmud saat Konferensi Pers di Jakarta, Senin.
Meski begitu kinerja ekonomi global tetap harus diwaspadai karena siklusnya terpantau masih melemah. Ekonomi Indonesia yang sudah kuat ini harus tetap dijaga dari dampak pelemahan ekonomi.
Mengingat dampaknya bisa berimbas pada kegiatan ekspor, impor hingga investasi. "Ini berkaitan dengan risiko keduanya, yaitu inflasi negara maju meski menunjukkan penurunan tapi masih di atas," kata dia.
Di sisi lain, bank sentral negara-negara dunia masih mewaspadai kenaikan inflasi. Artinya suku bunga acuan masih akan tetap tinggi. "Itu artinya tadi mereka masih akan (menaikkan) suku bunganya tinggi, atau tetap bertahan di level itu sampai mereka bisa meyakinkan bahwa inflasinya sudah mereda," kata dia.
"Ini berpotensi membuat pelemahan ekonomi global bertahan hingga kuartal II dan kedepannya," katanya.
Proyeksi untuk Amerika Serikat
Dengan pelemahan tadi, inflasi dan suku bunga yang relatif tinggi di negara maju, maka harga komoditas juga terkoreksi. Ini imbasnya ke rambatan ekonomi nasional. Harga komoditas seperti nikel dan batubara bisa terkoreksi.
"Dan ujungnya, kalau di AS dihadapkan situasi trade-off antara stabilisasi harga, yaitu mengendalikan inflasi, versus stabilitas sektor keuangan yaitu performa bank, ini yang harus kita waspadai," kata dia.
Akibatnya kata Sri Mulyani, Amerika Serikat sebagai negara importir akan menghadapi banyak masalah selain inflasi yang tinggi seperti saat ini. Kenaikan suku bunga yang terus dilakukan The Fed akan mulai terasa dampaknya.
"Mereka (Amerika Serikat) sekarang dihadapkan masalah sisi fiskalnya dengan adanya defisit atau cap utang yang belum settled antara kongres dengan pemerintahnya. Ini memberikan ketidakpastian terhadap kebijakan fiskalnya," kata dia.
Makanya, pemerintah melalui Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) tengah memantau risiko yang bisa saja terjadi. Semua aspek risiko terhadap stabilitas sistem keuangan akan terus diperhatikan.
"Kita akan terus memonitor secara detail agar SSK terjaga dan pemulihan ekonomi Indonesia, di saat semua melemah kita masih bisa bertahan di atas 5 persen di saat inflasi tinggi, kita turun duluan," kata dia mengakhiri.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Sri Mulyani mengatakan beberapa persoalan dunia yang dapat mengancam perekonomian dan sistem keuangan Indonesia.
Baca SelengkapnyaInflasi di berbagai negara saat ini, terutama negara maju sudah mulai menunjukkan tanda-tanda penurunan.
Baca SelengkapnyaIndonesia berupaya mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan.
Baca SelengkapnyaKondisi ini memerlukan respons kebijakan yang kuat untuk memitigasi dampak negatif dari rambatan ketidakpastian global.
Baca SelengkapnyaThe Federal Reserve (The Fed) memangkas suku bunga acuan sebesar 50 basis points (bps) menjadi 4,75-5,00 persen.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani berharap, dengan pemangkasan suku bunga yang dilakukan The Fed Fund Rate akan terus memberikan momentum positif bagi perekonomian Indonesia.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani menyebut PMI manufaktur Indonesia berada dalam tren menanjak di atas 50, bersama dengan beberapa negara seperti Turki dan Meksiko.
Baca SelengkapnyaWalau begitu, perekonomian Indonesia masih mencatatkan pertumbuhan di angka 5,05 persen.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaKinerja apik ini tak lepas dari terjaganya tren pemulihan ekonomi nasional hingga memasuki akhir tahun 2023.
Baca SelengkapnyaHal itu didukung oleh kondisi dari APBN kebijakan fiskal, kebijakan moneter dari Bank Indonesia dan sektor keuangan yang stabil.
Baca SelengkapnyaAS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca Selengkapnya