AS Terancam Bangkrut & Gagal Bayar Utang, LPS: Kita Lebih Pintar dari Amerika
Merdeka.com - Pemerintah Amerika Serikat (AS) masih dihantui kebangkrutan (default) karena gagal bayar utang. Negosiasi pemerintah dengan DPR setempat untuk menaikkan plafon utang negara masih belum menemukan titik terang.
Terkait hal tersebut, Kepala Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), Purbaya Yudhi Sadewa menilai belum ada dampak buruk bagi Indonesia jika AS gagal bayar utang. Jika hal tersebut benar terjadi, maka rating utang Negara Paman Sam itu akan turun. Sementara rating utang AS turun dari yang saat ini di rangking A+.
"Kalau dia turun kita jadi naik harusnya. Jadi netral to positive ke kita, kalau ke Amerika negatif. Ya kita bersyukur lah kita lebih pintar sedikit dari pada Amerika," kata Purbaya di Jakarta, Rabu (24/5).
-
Dimana negara dengan utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Apa total utang Amerika Serikat? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang memiliki utang terbesar? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
-
Siapa yang terlilit utang ratusan juta? Eko Pujianto merupakanpengusaha muda yang pernah mengalami keterpurukan karena terjebak utang ratusan juta.
-
Kenapa negara-negara takut dengan bunga pinjaman? Karena begitu bunga pinjaman naik sedikit saja, beban fiskal itu akan sangat, sangat besar,' jelasnya.
-
Bagaimana utang negara dihitung? Data per 9 Mei 2023 mencatat, utang Amerika Serikat mencapai USD31,5 triliun atau setara Rp463.000 triliun.
Purbaya menuturkan negara maju yang mengalami ancaman gagal bayar utang seperti di AS belum pernah ada sebelumnya. Apalagi dengan rating utang AA.
"Ini kan peristiwa yang belum pernah terjadi di mana utang negara terbesar yang peringkatnya AA paling tinggilah," kata dia.
Mengingat peristiwa ini belum pernah terjadi sebelumnya, maka dampaknya bagi Indonesia pun masih belum diketahui. Namun dari sisi fundamental ekonomi, Purbaya menilai hampir tidak ada dampaknya bagi Tanah Air.
"Kalau jatuh tiba-tiba gagal bayar apa dampaknya kita belum tahu, tapi kalau dari sisi fundamental ekonomi hampir tidak ada," kata dia.
Dampak yang terasa tentunya akan dirasakan langsung oleh AS, semisal nilai tukar dolar melemah dan mengganggu pasar modal di sana. Namun dia meyakini, baik Pemerintah AS maupun DPR sudah mengetahui dampak yang terjadi jika negara gagal bayar utang atau mengalami kebangkrutan.
"Tapi saya pikir mereka enggak akan cukup bodoh dengan membiarkan ini terlalu lama, ini kan mungkin dari sisi politik aja ya," kata dia.
Masing-masing pihak, kata Purbaya sudah mengetahui berbagai risiko yang terjadi jika terjadi default. Salah satunya dari sisi rating utang yang akan berpengaruh saat pemerintah gagal bayar utang.
"Kan sekarang A+ bunganya rendah, kalau default nanti isu utang lagi pasti ratingnya harusnya turun," kata dia.
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
AS dan China tengah terlibat dalam persaingan menjadi raksasa ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaAngka pengangguran yang melonjak tak terduga di Amerika Serikat (AS).
Baca SelengkapnyaUtang Indonesia masih berada di bawah utang India sebesar USD629 miliar atau setara Rp9.800 triliun.
Baca SelengkapnyaSri Mulyani mengatakan perekonomian global masih melemah saat ini
Baca SelengkapnyaHudi meyakini proyek Banyu Urip Infill & Clastic yang dikelola ExxonMobil Cepu Limited (EMCL) masih tetap berlanjut dan target onstream dalam waktu dekat.
Baca SelengkapnyaEkonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan mulai melambat di semester II-2024 seiring dengan penurunan permintaan domestik.
Baca SelengkapnyaIni penjelasan Kementerian Keuangan mengenai utang baru Rp600 triliun.
Baca SelengkapnyaAirlangga meminta masyarakat agar tetap tenang dan tidak panik dengan penguatan dolar Negeri Paman Sam itu.
Baca SelengkapnyaKepercayaan diri dalam mengelola pasar, tergantung dengan kepercayaan pasar.
Baca SelengkapnyaKemenkeu mencatat, utang jatuh tempo tersebut terdiri dari Surat Berharga Negara (SBN) Rp705,5 triliun dan pinjaman senilai Rp94,83 triliun.
Baca SelengkapnyaShinta menilai mebijakan devisa hasil ekspor (DHE), local currency transaction (LCT), SRBI, dan SVBI belum dapat menjaga nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaRasio utang pada Agustus sendiri ini di bawah batas aman 60 persen PDB sesuai Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023 tentang Keuangan Negara.
Baca Selengkapnya