Bakal Lobi Donald Trump, Mendag Tak Gentar Ancaman Tarif Dagang Ganggu Ekspor Indonesia
Di luar itu, Mendag juga meyakini periode kedua pemerintahan Donald Trump tidak bakal menghambat kinerja ekspor Indonesia ke Amerika Serikat.
Menteri Perdagangan, Budi Santoso (Mendag Busan) buka peluang untuk melobi Presiden Amerika Serikat (AS) terpilih, Donald Trump. Ini harus dilakukan menyusul ancaman tarif dagang yang gencar disuarakan Trump.
"Nanti kita coba lakukan pendekatan lagi, jadi seperti apa formulasi hubungan yang bagus. Sehingga kita bisa menembus pasar Amerika," ujar Mendag Busan di Jakarta, Rabu (15/1).
Oleh karena itu, Pemerintah RI disebutnya tengah mempersiapkan kerja sama bilateral dengan Amerika Serikat, agar perdagangan dengan Negeri Paman Sam tidak terganggu.
Di luar itu, Mendag juga meyakini periode kedua pemerintahan Donald Trump tidak bakal menghambat kinerja ekspor Indonesia ke Amerika Serikat. Menurut dia, Indonesia bakal tetap dipandang penting oleh AS selama punya nilai jual lebih.
"Makanya kita harus siap. Yang penting itu kita punya daya saing. Jadi kalau kita misalnya punya daya saing, terus kita bersaing dengan negara lain, daya saing kita bagus, saya pikir enggak akan kalah," tutur dia.
Optimisme senada sebelumnya sempat dilontarkan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto.
Amerika Serikat memang telah mengenakan tarif terhadap sejumlah komoditas produk buatan Indonesia, seperti sepatu dan pakaian. Meskipun demikian, Airlangga menilai bahwa Indonesia sudah cukup terproteksi terhadap kebijakan tarif tersebut, meskipun dampaknya tetap dirasakan dalam perdagangan.
"Kita sudah agak imun dengan tarif yang dikenakan AS ke Indonesia," ujarnya beberapa waktu lalu.
Perkuat Ekonomi dengan AS
Untuk mengatasi hal ini, Airlangga menegaskan bahwa pemerintah Indonesia sedang berupaya untuk memperkuat hubungan ekonomi dengan AS.
Salah satu langkah yang ditempuh adalah dengan mengajukan kerja sama ekonomi secara bilateral. Tujuannya adalah agar tarif yang diberlakukan oleh AS terhadap produk Indonesia bisa ditekan, sehingga meningkatkan daya saing ekspor Indonesia di pasar global.
"Ya kita sedang minta akan ada kerja sama ekonomi secara bilateral supaya tarifnya kita turunkan," ujarnya.
Kerja sama bilateral ini bisa mencakup berbagai bentuk, termasuk perundingan mengenai Free Trade Agreement (FTA) atau bentuk lainnya yang diharapkan dapat memperbaiki akses pasar Indonesia ke AS.
"Bilateral bisa dalam bentuk FTA bisa dalam bentuk lain juga," katanya.
Airlangga menilai, langkah ini diambil sebagai bagian dari upaya mitigasi dampak tarif yang diterapkan oleh negara adidaya tersebut, guna menjaga kelancaran perdagangan dan mendukung pertumbuhan ekonomi nasional di tengah ketegangan perdagangan internasional.