Basuki Hadimuljono, ‘Daendels Indonesia’ Dibujuk untuk Mundur dari Kabinet Jokowi
Selama menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki banyak menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia yang yang digencarkan Jokowi.
Nama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR Basuki Hadimuljono santer dibujuk untuk hengkang atau mundur dari kabinet kerja Jokowi - Ma'ruf saat ini.
Basuki Hadimuljono, ‘Daendels Indonesia’ Dibujuk untuk Mundur dari Kabinet Jokowi
Basuki Hadimuljono, ‘Daendels Indonesia’ Dibujuk untuk Mundur dari Kabinet Jokowi
Tensi politik di Indonesia semakin panas jelang pemungutan suara atau Pilpres pada 14 Februari mendatang.
Bahkan, nama Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat PUPR Basuki Hadimuljono santer dibujuk untuk hengkang atau mundur dari kabinet kerja Jokowi - Ma'ruf saat ini.
Ajakan hengkang dari kabinet ini disuarakan oleh Ekonom Faisal Basri. Ajakan atau seruan ini sebagai respons terhadap sikap Jokowi yang dinilai tidak netral dalam kontestasi pemilihan presiden 2024.
"Ayo kita sama-sama membujuk Sri Mulyani, Pak Basuki (Menteri PUPR), dan beberapa menteri lagi untuk mundur. Itu efeknya akan dahsyat" kata Faisal dalam forum Political-Economic Outlook 2024, dikutip Kamis (18/1).
Sebuah pengetahuan populer bahwa di era kepemimpinan Presiden Joko Widodo, pemerintah sangat masif membangun infrastruktur yang dikomandoi oleh Basuki sebagai Menteri PUPR.
Basuki bak seorang Daendels dari Indonesia. Dia merupakan tokoh yang sangat kental dengan infrastruktur. Sebagaimana diketahui, Daendels merupakan Gubernur Jenderal pada masa Hindia Belanda yang melakukan pembangunan infrastruktur di daerah Jawa.
Pria yang lahir pada tanggal 5 November 1954 di Surakarta, Jawa Tengah, itu merupakan anak keempat dari delapan bersaudara.
Latar belakang Basuki merupakan militer. Di masa kecilnya, dia selalu berpindah-pindah tinggal mengikuti tugas sang ayahnya sebagai seorang tentara.
Basuki mengenyam pendidikan Sekolah Dasar (SD) di Xaverius 4 Palembang, Sumatera Selatan. Fakta menarik lainnya, SD tersebut juga merupakan sekolah tempat Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian menimba ilmu.
Basuki kemudian melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Papua, sesuai tugas sang ayah. Lulus dari SMP, Basuki melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah Atas (SMA). Namun, belum selesai Basuki lulus, dia kembali harus pindah sekolah ke Surabaya, Jawa Timur.
Lulus dari SMA, Basuki kemudian melanjutkan pendidikan ke Universitas Gajah Mada di jurusan teknik geologi. Dia menyelesaikan kuliahnya pada tahun 1979 di usia 25 tahun.
Berbekal ijazah sebagai insinyur, dia diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementrian Pekerjaan Umum. Dari sinilah, karir Basuki dihabiskan di Kementerian PUPR hingga akhirnya menjadi Menteri PUPR.
Selama menjadi pegawai Kementrian Pekerjaan Umum, dia terlibat dalam dalam beberapa proyek besar di kementrian Pekerjaan Umum seperti proyek Pengembangan Air Tanah Jawa Tengah tahun 1981 - 1984, Proyek Pengembangan Air di Tanah Nusa Tenggara Timur 1985 - 1993.
Basuki kemudian melanjutkan pendidikan master di Civil Engineering, Colorado State University, Amerika Serikat. Hingga dia mampu lulus pada tahun 1989 di usia 35 tahun.
Setelah lulus, dia langsung melanjutkan pendidikan Doktornya di univeristas yang sama yakni Colorado University. Dia meraih gelar Doktornya pada tahun 1992, di usia 38 tahun.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, dia kembali mengabdi ke Kementerian Pekerjaan Umum. Dia pernah menjadi pemimpin proyek dalam proyek Induk Pengelolaan Wilayah Sungai (PWS) Ciliwung Cisadane.
Prestasi serta pengabdiannya yang bagus dalam Kementrian Pekerjaan Umum membuat dia dinobatkan sebagai pegawai teladan saat dia berusia 41 tahun.
Karirnya menanjak naik seiring umurnya yang bertambah. Dia menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan, kemudian diangkat sebagai Inspektur Jenderal Kementerian Pekerjaan Umum, dan kemudian menjadi puncaknya jadi Direktur Jenderal Penataan Ruang di Kementerian Pekerjaan Umum.
Sepanjang periode 2001 - 2005, Basuki beberapa kali menerima penghargaan dari pemerintah seperti Satyalancana Karya Satya X dan XX, Satyalancana Pembangunan, Satyalancana Wirakarya.
Pada masa pemerintahan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), Basuki Hadimuljono dipercaya dalam merehabilitasi insfrastruktur pasca bencana Tsunami di Aceh. Dari tugas ini, dia menerima penghargaan Satyalancana Kesejahteraan Sosial Pasca Tsunami NAD.
Basuki juga turun tangan ketika peristiwa lumpur Lapindo muncul. Dia menjadi salah satu anggota dalam tim penanggulangan lumpur Lapindo, di Porong, Siodoarjo, Jawa Timur.
Setelah itu dia kemudian menjadi dipercaya menanggulangi Kerawanan Pangan yang terjadi di distrik Yahukimo, Papua.
Tercatat, Basuki menghabiskan karirnya di Kementerian PUPR lebih dari 31 tahun. Pengabdiannya itu juga diganjar penghargaan berupa Satyalancana Karya Satya XXX pada tahun 2014.
Ketika Joko Widodo terpilih sebagai presiden Republik Indonesia pada tahun 2014, dia menunjuk Basuki Hadimuljono sebagai Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat.
Selama menjadi Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki banyak menyelesaikan proyek-proyek infrastruktur di Indonesia yang yang sangat gencar dicanangkan oleh pemerintahan Joko Widodo.
Fakta lainnya adalah, walaupun Basuki memiliki harta sebesar Rp18,3 miliar, Basuki merupakan satu-satunya menteri yang masih menggunakan fitur SMS (Short Message Service) ketika berkomunikasi di kala menteri lain sudah menggunakan fitur aplikasi Whatsapp dalam berkomunikasi.
Basukijuga kerap duduk menikmati secangkir kopi di warung kopi sederhana serta terbiasa menginap di hotel biasa walaupun dia merupakan seorang Menteri. Basuki juga merupakan sosok yang pintar memainkan alat musik khususnya drum.