BEI kedatangan tiga emiten baru, ini rincian saham dijual ke publik
Merdeka.com - Bursa Efek Indonesia (BEI) kembali kedatangan tiga emiten baru yang mencatatkan saham perdananya menjelang akhir pekan ini. Ketiga perusahaan yang melantai di bursa ini, antara lain PT Mahkota Group Tbk, PT Sinergi Megah Internusa Tbk, dan PT NFC Indonesia Tbk.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Gede Nyoman Yetna mengucapkan selamat kepada tiga emiten yang tercatat di BEI hari ini.
"Menjadi perusahaan tercatat ini, kami dari BEI akan membantu bapak dan ibu-ibu semua komplai terhadap peraturan yang ada di BEI. Saya juga mengucapkan kepada tim dari masing-masing perusahaan yang tercatat karena sudah bertransformasi hari ini," tuturnya di Gedung BEI, Jakarta (12/7).
-
Apa itu saham? Saham merupakan hak yang dimiliki oleh individu atas perusahaan sebagai hasil dari penyerahan modal dalam bentuk investasi. Dalam bentuk fisik, saham biasanya terwujud dalam lembaran kertas yang mencantumkan nama pemilik, yang menandakan bahwa orang tersebut memiliki bagian dari perusahaan.
-
Kenapa Perseroan Terbatas memiliki permodalan dari saham? Karena modalnya terdiri dari saham-saham yang dapat diperjualbelikan, perubahan kepemilikan perusahaan dapat dilakukan tanpa perlu membubarkan perusahaan.
-
Bagaimana saham bisa untung? Selain dividen, keuntungan lain yang dapat diperoleh berasal dari capital gain, yaitu selisih antara harga jual dan harga beli saham. Ketika harga saham meningkat, investor dapat menjualnya untuk meraih keuntungan.
-
Siapa pemilik saham terbesar BCA? Tidak berhenti di situ, kedua bersaudara ini merambah bisnis properti.
-
Kenapa orang beli saham? Dengan memiliki saham, Anda berhak atas sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan dalam bentuk dividen, serta memiliki hak suara dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Hal ini menjadikan saham sebagai instrumen investasi yang menarik bagi individu yang ingin terlibat dalam pertumbuhan dan keberhasilan suatu perusahaan.
-
Kenapa saham BRI naik 61,5 kali lipat? Apabila mempertimbangkan stock split dan right issue, sampai dengan saat ini, tercatat saham BBRI telah naik 61,5 kali lipat apabila dibandingkan dengan harga pada saat IPO.
PT Mahkota Group Tbk (MGRO) mencatatkan sebesar 703.688.000 saham baru dengan harga Penawaran Rp 225 dari hasil (Initial Public Offfering/IPO). Hal itu mengakibatkan Perseroan mendapatkan dana IPO senilai Rp 158.329.800.000.
Perseroan juga akan mencatatkan seluruh saham biasa atas nama pemegang saham sebelum penawaran umum Perdana saham sebesar 2.814.750.000 saham dari modal ditempatkan dan disetor penuh setelah penawaran umum Perdana saham.
Dengan demikian jumlah saham yang akan dicatatkan oleh perseroan di Bursa Efek Indonesia adalah sebesar 3.518.438.000 saham atau sebesar 100 persen dari jumlah modal ditempatkan dan disetor penuh setalah penawaran umum saham ini.
Hasil dana IPO akan dipergunakan untuk melakukan peningkatan setoran modal ke entitas anak perseroan dengan rinciannya adalah sebagai seperti 60 persen akan digunakan untuk pengembangan industri hilir melalui investasi ke Entitas Anak PT Mutiara Unggul Lestari dan 40 persen yang digunakan untuk modal kerja ke Entitas Anak, yaitu PT Mutiara Unggul Lestari, PT Berlian Inti Mekar dan PT Intan Sejati Andalan.
Sementara itu, PT NFC Indonesia Tbk (NFCX) yang diwakili Direktur Utamanya Abraham Theofilus mengatakan, IPO adalah langkah awal bagi perusahaan untuk berkembang di era digital seperti sekarang.
"Go public adalah langkah awal bagi perusahaan untuk challenge pada perkembangan saat ini dan juga tidak lupa ciptakan inovasi yang konsisten di era digital sekarang," kata dia.
NFCX akan melepas 166.667.500 lembar saham biasa atau sebesar 25 persen dari modal yang telah ditempatkan dan disetor penuh perseroan setelah penawaran umum saham perdana.
Saham tersebut memiliki nominal Rp 100 dan dilepas dengan harga penawaran Rp 1.850 per lembar. Dari proses IPO, NFC Indonesia akan mengantongi dana segar Rp 308,33 miliar.
Adapun, PT Sinergi Megah Internusa Tbk (NUSA) melepas 1,2 miliar saham atau 15,58 persen dari modal ditempatkan dan disetor perseroan dengan target perolehan dana sebesar Rp 324 miliar hingga Rp 396 miliar.
NUSA akan menggunakan dana hasil IPO untuk beragam kebutuhan yaitu 78,98 persen untuk penyertaan modal di anak perusahaan, 1,27 persen untuk meningkatkan modal kerja perseroan, 5,64 persen untuk belanja modal perluasan hotel, sedangkan sisanya 14,11 persen akan digunakan untuk melunasi utang perseroan pada Bank BNI.
Reporter: Bawono Yadika
Sumber: Liputan6.com (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Dana IPO akan digunakan perseroan untuk setoran modal ke anak usaha.
Baca SelengkapnyaInarno bilang pasar saham domestik sampai dengan 28 Maret 2024 melanjutkan trend penguatan.
Baca SelengkapnyaNilai nominal per Saham Seri A Dwiwarna dan Seri B berubah dari sebesar Rp7.500 menjadi Rp3.750.
Baca SelengkapnyaDari nominal tersebut, salah satunya berasal penggalangan dana dari penawaran saham perdana mencapai Rp4,39 triliun.
Baca SelengkapnyaAdhi Kartiko (NICE) jadi pembuka IPO raksasa di 2024.
Baca SelengkapnyaJadwal pelaksanaan dan tata cara pembayaran dividen interim telah dikoordinasikan dengan Bursa Efek Indonesia (BEI)
Baca SelengkapnyaDalam IPO, perseroan menawarkan sebanyak 570 juta saham biasa atau setara 14,44 persen.
Baca SelengkapnyaSepanjang tahun 2023, BSI membukukan laba bersih senilai Rp5,70 triliun atau tumbuh 33,88 persen year on year (yoy) dibandingkan tahun sebelumnya.
Baca SelengkapnyaCinema XXI akan menawarkan sebanyak-banyaknya 8,33 miliar saham baru, dengan harga penawaran saham berkisar Rp270-Rp288 per saham.
Baca SelengkapnyaShell merilis nilai peralihan hak partisipasi, atau participating interest (PI) 35 persen di proyek Blok Masela kepada Pertamina dan Petronas.
Baca SelengkapnyaSaham Newport Marine Services ditawarkan pada harga Rp100 per saham dan mengalami oversubscribed sebanyak 60,51 kali dari jumlah saham yang ditawarkan.
Baca SelengkapnyaIHSG juga tercatat menguat sebesar 1,18 persen dengan non-resident membukukan net buy sebesar Rp18,92 triliun.
Baca Selengkapnya