Bisnis Toko Buku di Indonesia Tergerus Digitalisasi dan Minat Baca Rendah
Merdeka.com - Toko buku Gunung Agung mengumumkan menutup secara permanen seluruh toko buku yang masih beroperasi. Tahun 2023, menjadi tahun terakhir operasional seluruh gerai Gunung Agung.
Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (CELIOS), Bhima Yudhistira mengatakan penutupan toko buku dalam skala besar tidak hanya terjadi di Indonesia. Bhima merujuk pada sebuah statistik yang menunjukan selama periode awal tahun 2000 hingga 2019, sebanyak 50 persen toko buku, tutup secara permanen.
"Bahkan dalam sebuah statistik menyebutkan Amerika Serikat di periode 1998-2019 itu terjadi penutupan 50 persen toko buku. Jadi dari 12.000 toko buku tersisa tinggal 6.000, hilang setengahnya," ujar Bhima kepada merdeka.com, Senin (22/5).
-
Buku apa yang paling laris di Indonesia? Diterbitkan pada tahun 1936, buku ini membanggakan prestasi luar biasa dengan penjualan lebih dari 15 juta eksemplar dan menjadi salah satu buku terlaris di Indonesia.
-
Kenapa buku-buku ini laris di Indonesia? Berbagai genre dapat dijelajahi, baik melalui toko fisik maupun platform online.Tak hanya itu, dunia literasi Indonesia semakin diperkaya dengan munculnya penulis-penulis baru yang menawarkan karya-karya terbaik mereka.
-
Di mana Tokopedia catat tren penjualan meningkat? Selain itu, terlihat ada pertumbuhan belanja online dari luar provinsi di Jawa.
-
Apa yang terjadi pada Toko Buku Gunung Agung? Toko Buku Gunung Agung kini gulung tikar. Tinggal menghitung hari seluruh tokonya ditutup total.
-
Dimana lokasi Perpustakaan Bank Indonesia? Perpustakaan ini terletak di tengah kota, tepatnya di Jalan Taman Mayangkara, Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya.
-
Siapa yang mendirikan Toko Buku Bandung? Media sosial diklaim jadi salah satu penyebab utama menurunnya minat baca di Indonesia. Melihat kondisi ini, salah satu warga Kota Bandung bernama Deni Rachman, menaruh perhatian terhadap dunia literasi dengan mendirikan toko buku offline yang nyaman.
Menurut Bhima, ada dua faktor terbesar toko buku berhenti beroperasi. Pertama, digitalisasi memudahkan masyarakat mendapatkan informasi secara efisien. Bahkan, menurut Bhima, sebelum kecerdasan buatan seperti artificial intelligence (AI) secara masif digunakan, pamor buku sudah mulai memudar.
Eksistensi toko buku semakin pudar saat masyarakat dewasa ini menggunakan AI dalam mendapatkan informasi secara lengkap. "Bahkan sekarang dengan hadirnya AI seperti ChatGPT sangat mudah memperoleh informasi yang kita inginkan secara spesifik," ujarnya.
Faktor kedua tumbangnya bisnis toko buku yaitu minat baca pemuda kurang. Mendapatkan kemudahan informasi, membaca buku secara fisik menurut Bhima sudah tidak lagi relevan bagi generasi anak muda.
"Memang minat baca buku yang berkurang terutama di generasi muda. Sukanya baca berita yang instan," pungkasnya.
Namun, Bhima menuturkan bahwa tren penutupan toko buku di Indonesia tidak membuat bisnis ini mati. Justru, segmentasi pasar buku akan semakin beragam dan lebih eksklusif.
"Penerbitan-penerbitan independent angkanya di beberapa justru terus tumbuh. Kenapa? Penjualan dilakukan lewat online, tidak harus tergantung penerbitan skala besar, penjualannya juga beragam enggak harus mengandalkan toko buku fisik. Itu yang membuat beberapa segmentasi penerbitan toko buku independen itu justru diburu," jelasnya.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Kawasan yang dulu ramai dan menjadi tempat favorit warga DKI Jakarta untuk belanja kini terlihat sepi.
Baca SelengkapnyaHanya tinggal menghitung hari Toko Buku Gunung Agung ditutup total.
Baca SelengkapnyaInformasi di media sosial dan internet memicu warga Jepang mulai jarang membaca buku.
Baca SelengkapnyaHiruk pikuk Pasar Tanah Abang sebagai salah satu pasar tekstil terbesar di Asia Tenggara ternyata menyimpan lorong gelap dengan puluhan kios yang tutup.
Baca SelengkapnyaBerdasarkan survei dari MetrixLab pada tahun 2024, sinergi Tokopedia dan ShopTokopedia juga menarik lebih banyak pengguna loyal.
Baca SelengkapnyaBI mengeluarkan data berdasarkan survei konsumen bahwa daya beli masyarakat menurun, khususnya pada kelompok kelas menengah.
Baca SelengkapnyaSepinya pengunjung Pasar Tanah Abang membuat omzet para pedagang terus ambruk.
Baca SelengkapnyaSepinya pembeli di Pasar Tanah Abang sudah mulai terasa usai Lebaran 2023, dan terus mengalami penurunan pengunjung hingga saat ini.
Baca SelengkapnyaAngka ini meningkat drastis dibandingkan tahun sebelumnya yang hanya sekitar 25.000 orang yang di-PHK.
Baca SelengkapnyaToko Buku Gunung Agung memberikan promo buy 1 get 3 untuk memikat para pengunjung jelang tutup permanen.
Baca SelengkapnyaAda perbedaan signifikan pada kelompok kelas menengah yang berbelanja menjadi lebih sedikit.
Baca SelengkapnyaKondisi Pasar Kenari yang sepi pengunjung membuat pedagang buku memutar otak untuk mendapatkan pembeli.
Baca Selengkapnya