Bos Bank Mandiri sarankan Bank Indonesia naikkan suku bunga guna respons The Fed
Merdeka.com - Direktur Utama Bank Mandiri, Kartika Wirjoatmodjo angkat suara terkait kebijakan Bank Indonesia (BI) yang memutuskan untuk menahan suku bunga acuan selama beberapa bulan terakhir. Menurutnya, BI seharusnya sudah mengubah arah kebijakan tersebut sebagai respons ebijakan Bank Sentral Amerika Serikat atau The Federal Reserve yang diperkirakan akan lebih agresif (hawkish) dalam menaikkan suku bunga acuan Fed Fund Rate (FFR).
Tiko mengungkapkan, kenaikan FFR diprediksi akan lebih cepat dari prediksi sebelumnya pada semester II/2018, mengingat pertumbuhan ekonomi serta inflasi AS selalu membaik.
"Kalau Indonesia secara arah tidak merespons mungkin nanti dianggap kita lagging, yang ada kalau kita lagging maka akan di sell off dari sisi bond dan ekuitinya," kata Tiko, di kantornya (24/4).
-
Bagaimana BRI menjaga likuiditas di tengah kenaikan BI Rate? 'Saat ini kami tidak memiliki isu likuiditas karena masih longgar. Kami akan terus mempertahankan likuiditas tersebut secara sehat dan mempertahankan pertumbuhan kredit double digit,' tambahnya.
-
Kenapa kebutuhan uang Bank Indonesia meningkat? 'Jumlah tersebut meningkat 12,5 persen, jika dibandingkan dengan kebutuhan uang dalam periode yang sama menjelang nataru di akhir tahun 2022 sebesar Rp 2,4 triliun rupiah,' kata Erwin, dalam keterangan tertulisnya, Selasa (12/12).
-
Bagaimana BNI menghadapi krisis? BNI terbukti tangguh dalam menghadapi krisis yang terjadi di tahun 1998, 2005, 2008, dan 2020. BNI melakukan berbagai transformasi bisnis digital untuk tetap bisa mengerek kinerja keuangan, salah satunya dengan membangun ekosistem digital nelayan.
-
Bagaimana BRI mengelola resiko di tengah pemulihan? Kendati demikian untuk memperkuat kondisi yang semakin membaik, pihaknya menerapkan strategi konservatif dengan mengalokasikan dana pencadangan yang lebih dari memadai sebagai salah satu mitigasi risiko.
-
Kenapa minat investor asing menurun di sektor keuangan Indonesia? Menurunnya minat investor asing terhadap sektor keuangan Indonesia disebabkan oleh sentimen peningkatan yield surat utang di Amerika Serikat dan tren suku bunga tinggi di sejumlah bank sentral negara maju. Akibatnya, kebutuhan likuiditas pemerintah dan pelaku usaha akan menjadi sangat kompetitif dan berbiaya mahal,' ucap Said.
-
Mengapa BI mengembangkan Rupiah Digital? Selain menjadi mata uang yang cepat, mudah, murah, aman, dan andal dalam ekosistem digital di masa depan, Rupiah Digital juga menjadi solusi yang memastikan Rupiah tetap menjadi satu-satunya mata uang yang sah di NKRI.
Tiko menyatakan, jika BI tidak mereformasi arah kebijakan saat ini, kemungkinan akan terjadi aliran dana keluar (outflow) dari sisi surat utang (bond) terlebih saat ini Rupiah semakin anjlok.
"Kalau market tidak direspons dengan baik, maka khawatirnya akan melebar dari Rupiah nanti melebar sell off di bond sekarang kan ekuiti, nanti kalau melebar di bond kan agak ribet," ujarnya.
Tiko mengatakan, saat ini pertumbuhan kredit secara nasional masih single digit yaitu 8 persen. Jika BI mengubah arah kebijakan suku bunga acuan, maka tidak akan langsung membuat bunga kredit dan suku deposito ikut naik. "Jadi tidak usah khawatir bahwa suku bunga kredit langsung otomatis naik, tidak akan seperti itu," ujarnya.
Selain itu, Tiko mengatakan bahwa anjloknya Rupiah saat ini disebabkan memasuki periode pembayaran dividen dari korporasi pada April dan Mei, terutama korporasi yang harus membayarkan dividen dalam bentuk USD. Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya dana asing yang keluar dari sisi ekuitas.
"Investor kan lihatnya arah kebijakan, jadi enggak harus responsif secara reaktif juga tapi memang arah kebijakannya harus berubah. Artinya arah kebijakannya sudah tidak bisa lagi menurun sudah mulai naik."
(mdk/idr)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Cadangan devisa tahun ini merupakan posisi tertinggi sepanjang sejarah.
Baca SelengkapnyaPelemahan rupiah tidak lebih buruk dibandingkan Peso Filipina, Baht Thailand, dan Won Korea .
Baca SelengkapnyaRupiah diprediksi akan terus melemah hingga beberapa bulan ke depan
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaGubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo pun yakin nilai tukar Rupiah akan terus menguat, ditopang kepercayaan investor dan pasar yang juga semakin besar.
Baca SelengkapnyaIndonesia mulai memasuki pesta demokrasi yang dapat memengaruhi risk appetite investor dan pelaku usaha.
Baca SelengkapnyaPenguatan nilai tukar rupiah didorong oleh dampak positif respons kebijakan moneter Bank Indonesia.
Baca SelengkapnyaBank Mandiri akan terus fokus pada dominasi di bisnis nasabah prinsipal atau wholesale.
Baca SelengkapnyaBank Indonesia melihat inflasi di Amerika Serikat mendekati inflasi jangka menengah.
Baca SelengkapnyaKebijakan suku bunga BI akan terus mempertimbangkan sejumlah faktor, terutama pergerakan nilai tukar Rupiah.
Baca SelengkapnyaKenaikan suku bunga oleh BI akan memberikan sederet dampak rambatan terhadap pelaku usaha ritel.
Baca SelengkapnyaPemerintah harus melakukan intervensi agar rupiah tidak semakin terpuruk.
Baca Selengkapnya