Bos Emirates Ingin Gunakan AI Selama Penerbangan
Pada tahun 1979, terjadi sekitar 17,7 jam turbulensi parah di titik rata-rata di atas Samudera Atlantik.
Pada tahun 1979, terjadi sekitar 17,7 jam turbulensi parah di titik rata-rata di atas Samudera Atlantik.
Bos Emirates Ingin Gunakan AI Selama Penerbangan
Turbulens mengerikan yang menimpa Singapore Airlines dan Qatar Airways membuat petinggi maskapai memutar otak untuk memastikan keamanan selama penerbangan.
Salah satu opsi yang dipertimbangkan yaitu pemanfaatan artificial intelliegence (AI) atau kecerdasan buatan.
Melansir Business Insider, Presiden Emirates, Tim Clark menyampaikan pihak terkait akan meningkatkan standar keamanan selama perjalanan.
Ini yang kemudian disepakati para petinggi maskapai dalam pertemuan tahunan Asosiasi Transportasi Udara Internasional di Dubai.
“Seluruh industri kini meningkatkan upayanya untuk memastikan penumpang duduk dan mengenakan sabuk pengaman,” kata Clark kepada The National, dilansir Kamis (6/6).
Belajar dari turbulens Singapore Airlines dan Qatar Airways, Clark mengatakan bahwa sebagai akibat dari insiden tersebut.
"Industri akan mulai lebih peduli untuk memastikan bahwa orang-orang duduk di kursi mereka dan terikat."
Bahkan, Singapore Airlines mengumumkan tidak akan lagi menyajikan makanan ketika tanda sabuk pengaman menyala, dan mengubah kebijakannya akibat insiden tersebut.
“Kami mencoba menggunakan sedikit AI untuk memprediksi kemungkinan terjadinya turbulensi," kata Clark.
Cedera parah akibat turbulensi sangat jarang terjadi, dan tidak mengenakan sabuk pengaman adalah faktor risiko terbesar. Namun terkadang tidak ada cukup waktu antara menyalakan rambu dan terjadinya turbulensi bagi penumpang untuk mengikat tali pengikatnya.
Turbulensi udara cerah, yang terjadi dalam kondisi tak berawan di ketinggian, bisa terjadi secara tiba-tiba. Peningkatan insiden dikaitkan dengan krisis iklim, yang telah mengubah dinamika angin.
Sebuah studi pada tahun 2023 yang dilakukan oleh para peneliti di University of Reading di Inggris menemukan bahwa pada tahun 1979, terjadi sekitar 17,7 jam turbulensi parah di titik rata-rata di atas Samudera Atlantik. Pada tahun 2020, durasinya melonjak menjadi 27,4 jam, meningkat sebesar 55 persen.