BPS Ungkap Biang Kerok Jumlah Kelas Menengah di Indonesia Merosot
Dalam catatan BPS, jumlah kelas menengah terbukti terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah kelompok kelas menengah di Indonesia terus mengalami penurunan selama 5 tahun terakhir. Penyebabnya lantaran tingkat garis kemiskinan yang mengalami peningkatan.
Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengemukakan, garis kemiskinan dari tahun ke tahun berubah. Sesuai standar internasional yang diberikan oleh Bank Dunia. Dalam hal ini kelas menengah merupakan kelompok orang yang pengeluarannya antara 3,5-17 kali dari garis kemiskinan.
"Dengan standar garis kemiskinan ini maka di tahun 2019 kelompok yang masuk ke dalam kelas menengah adalah yang pengeluarannya sebesar Rp1,488 juta sampai dengan Rp7,229 juta per kapita per bulan," jelas Amalia dalam sesi konferensi pers di Kantor BPS, Jakarta, Jumat (30/8).
Amalia menekankan, standar garis kemiskinan dari tahun ke tahun tentunya mengalami perubahan. Hal ini terjadi sesuai dengan pola pengeluaran pada tahun tersebut.
"Di tahun 2024 yang masuk dalam kategori kelas menengah adalah kelompok masyarakat yang pengeluarannya antara Rp2,040,262 per kapita per bulan sampai dengan Rp9,919,844 per kapita per bulan," papar Amalia.
Data Kelas Menengah
Menurut catatan BPS, jumlah kelas menengah terbukti terus mengalami penurunan dalam 5 tahun terakhir. Pada 2019, kelompok kelas menengah sebesar 57,33 juta orang atau sekitar 21,45 persen dari total jumlah penduduk.
BPS tidak menampilkan data proporsi kelas menengah di 2020 karena adanya pandemi Covid-19. Pandemi di tahun selanjutnya juga turut membuat jumlah penduduk kelas menengah turun, menjadi 53,83 juta orang atau sekitar 19,82 persen total penduduk.
Penurunan terus terjadi di tahun-tahun selanjutnya. Seperti di 2022, dengan jumlah populasi kelas menengah sebanyak 49,51 juta orang atau 18,06 persen total penduduk. Kembali berkurang menjadi 48,27 juta orang atau 17,44 persen total penduduk di 2023.
Berdasarkan data Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) per Maret 2024, proporsi kelas menengah tahun ini sebanyak 47,85 juta orang atau sekitar 17,13 persen.
Merujuk perhitungan terakhir, Amalia mengatakan, kelompok kelas menengah adalah mereka yang punya tingkat pengeluaran di kisaran Rp2.040.262 sampai Rp9.909.844 per kapita per bulan.
"Kalau garis kemiskinan di tahun 2024 besarannya adalah Rp582.993 per kapita per bulan. Jadi kalau yang pengeluarannya Rp874.000 sampai dengan Rp2.040,000 itu belum masuk kelas menengah, tetapi menuju kelas menengah atau aspiring middle class," urai Amalia.