Bukan Soal Pendapatan, Ini Pembeda Orang Kaya dan Miskin
Merdeka.com - Memiliki kebebasan finansial merupakan impian bagi setiap orang, khususnya para pekerja. Namun, ada tiga hal pembeda yang akan menentukan apakah kita menjadi kaya atau miskin.
Dalam buku berjudul Rich Dad Poor Dad karya Robert T Kiyosaki, mengulas pengalamannya menjalani hidup dengan dua ayah dengan pola pikir sangat berbeda.
Ayah kandung Robert merupakan seorang pekerja. Dia bekerja demi mendapatkan uang. Sementara ayah teman dekat Robert, yang dia anggap sebagai ayah, adalah seorang pengusaha. Ayah teman Robert berpikir bagaimana uang bekerja untuknya.
-
Apa yang membuat orang kaya? Menurut studi Northwestern Mutual tahun 2024, hanya 1 dari 3 jutawan yang merasa benar-benar kaya. Beruntung, rasa kaya tidak hanya tentang jumlah uang di rekening Anda, tetapi lebih kepada sikap Anda terhadap uang yang sudah dimiliki.
-
Apa yang dilakukan orang kaya untuk terus belajar? Orang kaya selalu berusaha meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka. Mereka terus belajar tentang tren industri terbaru dan mencari peluang pendidikan. Ini bisa berupa menghadiri konferensi, membaca buku, atau bergabung dengan organisasi profesional. Mereka memahami bahwa investasi dalam pengetahuan dan keterampilan akan memberikan keuntungan jangka panjang yang signifikan.
-
Bagaimana orang kaya mengelola uang? Mereka cenderung memiliki pendekatan yang bijak terhadap uang, mengutamakan pengeluaran yang berdasarkan nilai dan investasi jangka panjang.
-
Bagaimana guru bisa menjadi miliarder? Dia menuliskan, menjadi guru yang kaya bukan berarti harus mempunyai pendapatan yang besar.
-
Bagaimana orang kaya makin kaya? Faktanya, mereka memperoleh kekayaan hampir dua kali lipat dalam bentuk uang baru dibandingkan dengan 99% total penduduk di dunia ini.
-
Mengapa orang kaya punya utang? Perlu diketahui bahwa ada dua jenis utang, yakni utang konsumtif dan utang produktif. Utang konsumtif digunakan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi. Biasanya utang ini dilakukan karena tidak memiliki kemampuan untuk membayar kebutuhan atau keinginan. Contohnya seperti pinjaman online (pinjol), utang ke warung, memenuhi hobi, dan sebagainya.
Selama menjalani hidup dengan dua ayah, dia berkesimpulan kalau orang kaya tidak bekerja untuk uang. Bukan berarti orang kaya tidak bekerja keras, akan tetapi mereka fokus belajar dan membuat uang bekerja untuk mereka.
Dalam buku tersebut, Robert menyampaikan, kalau pekerjaan sebagai karyawan adalah solusi jangka pendek untuk masalah jangka panjang yaitu kebebasan finansial. Sebab sejatinya, hubungan manusia dengan uang pada dasarnya dipengaruhi oleh dua emosi ketakutan dan ketamakan, fear and greed.
Ini yang membuat seseorang selalu berada dalam perlombaan tikus yaitu sebuah rutinitas pergi sekolah, lulus kuliah, kerja yang baik hingga pensiun. Bagi Robert rutinitas ini adalah jalur lama dan dijalankan oleh hampir semua orang.
Yang menjadi masalah adalah, bagi Robert sekolah tidak mengajarkan bagaimana cara uang bekerja, akan tetapi membuat seseorang menjadi karyawan yang baik. Akibatnya, banyak orang bergaji besar yang terperangkap siklus membayar tagihan yang menggunung setiap bulannya.
Literasi Keuangan Orang Kaya dan Miskin
Literasi keuangan orang kaya dan miskin atau menengah ke bawah juga menjadi pembeda. Dalam pandangan Robert, untuk keluar dari ‘perlombaan tikus’ orang kaya menggunakan uangnya untuk membeli aset, sedangkan orang miskin atau kelas menengah menghabiskan uangnya untuk membeli liabilitas.
Bagi Robert, ini bukan soal seberapa besar pendapatan seseorang, namun bagaimana seseorang bisa mengatur keuangan. Contoh sederhananya, ketika memiliki uang yang cukup untuk membeli mobil, orang kaya akan berpikir apakah perlu membeli mobil? Apakah jika membeli mobil ini akan menghasilkan uang? atau uang ini lebih baik saya investasikan lagi ke saham atau obligasi?
Sementara orang miskin dengan uang yang cukup akan dengan mudah membeli mobil tanpa pertimbangan untuk jangka panjang. Orang miskin beranggapan, mobil adalah harta. Padahal mobil itu bukan aset, tapi merupakan liabilitas.
Perbedaan antara orang kaya dan miskin menurut Robert adalah cara menghadapi risiko. Kedua ayah Robert memiliki respon yang sangat bertolakbelakang ketika menghadapi risiko.
Ayah Robert cenderung untuk menghindari risiko. Sebaliknya, ayah teman Robert yang kaya justru mengelola risiko dengan mempelajari segala keputusan yang akan diambil. Menurut Robert, bermain aman tidak selalu baik untuk dilakukan. (mdk/idr)
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Penting untuk menghargai setiap orang tanpa memandang status finansial, dan lebih fokus pada nilai-nilai dan kualitas pribadi.
Baca SelengkapnyaUmumnya, mereka sengaja berpenampilan seperti orang kaya agar produk atau jasa yang dipasarkannya bisa diterima masyarakat.
Baca SelengkapnyaMereka yang benar-benar kaya seringkali memilih gaya hidup yang lebih sederhana.
Baca SelengkapnyaFederal Reserve Bank New York merilis hasil riset jurusan kuliah dengan gaji paling rendah salah satunya lulusan pendidikan.
Baca SelengkapnyaBukan artinya orang miskin akan terus-terusan terjebak dan tidak bisa mengubah garis hidupnya.
Baca SelengkapnyaSalah satu pola pikir orang kaya yaitu bisa menghasilkan dan menjaga kekayaan yang diperoleh.
Baca SelengkapnyaBerbeda dengan orang yang hanya berpura-pura kaya, justru mereka lebih senang menghamburkan uangnya untuk hal-hal yang bersifat konsumtif ketimbang ditabung.
Baca SelengkapnyaSetiap orang tak akan luput dari utang, termasuk orang kaya.
Baca SelengkapnyaDengan sikap yang benar dan pengelolaan yang cermat, Anda bisa menemukan kebahagiaan meskipun dalam keterbatasan finansial.
Baca SelengkapnyaSektor yang mengalami pertumbuhan lapangan kerja bukanlah sektor-sektor yang mengalami pertumbuhan upah yang tinggi.
Baca SelengkapnyaOrang-orang dengan rich mindset tahu apa yang mereka inginkan. Sehingga, mereka akan lebih bijaksana mengelola keuangan.
Baca SelengkapnyaDari 47 sektor pekerjaan yang dianalisa Indeed, sebanyak 41 pekerjaan menerapkan kelonggaran syarat pendidikan.
Baca Selengkapnya