Cuma Lulusan STM, Pria Asal Bandung Ini Sukses Bikin Produk Outdoor Tembus Pasar Eropa
Di gang itulah dia memproduksi tas dengan bermodalkan 2 mesin jahit dan uang kurang dari Rp1 juta.
Di gang itulah dia memproduksi tas dengan bermodalkan 2 mesin jahit dan uang kurang dari Rp1 juta.
Cuma Lulusan STM, Pria Asal Bandung Ini Sukses Bikin Produk Outdoor Tembus Pasar Eropa
Pria Asal Bandung Ini Sukses Bikin Produk Outdoor Tembus Pasar Eropa
Tahukah Anda, beberapa produk merek Indonesia seringkali disangka buatan luar negeri.
Salah satunya produk berlabel Eiger. Brand khusus aktivitas luar ruangan (outdoor) ini memang sudah tembus pasar international hingga ke Swiss.
Yup, berbagai produk outdoor merek Eiger memang produksi dalam negerio. Tepatnya berasal dari Paris Van Java alias Bandung.
Uniknya lagi, pemilik sekaligus pendiri Eiger, Rony Lukito dulunya bukan siapa-siapa.
Bahkan dia tidak pernah menjadi mahasiswa karena tak punya uang.
Setelah lulus Sekolah Teknik Mesin (STM), Ronny malah menjadi penjual susu keliling. Di tahun 1976 Rony meneruskan usaha kecil milik orang tuanya di Gang Tamrin, Bandung.
Di gang itulah dia memproduksi tas dengan bermodalkan 2 mesin jahit dan uang kurang dari Rp1 juta.
Awalnya usaha ini diberi nama Exxon, namun sempat digugat oleh Exxon Oil Amerika.
Di tahun 1989, Rony mengubah nama usaha keluarganya menjadi 'Eiger'. Nama tersebut dipilih karena terinspirasi dari nama gunung nomor 3 paling sulit didaki yang terletak di Swiss.
Hampir 10 tahun Rony memproduksi Eiger, namun tak pernah memiliki toko sendiri.
Dia menjual produk buatannya dari sebuah rumah kontrakan kecil dengan bantuan 2 penjahit. Eiger baru punya toko sendiri d tahun 1998.
Berkat ketekunan dan semangat pantang menyerah, akhirnya Eiger mampu bertransformasi dari Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi korporat di tahun 2006.
Siapa sangka, dari sebuah kontrakan kecil kini berhasil membeli 6.000 meter persegi tanah di kawasan Kopo, Bandung yang kini jadi pabrik utama Eiger.
Tak hanya itu, Eiger akhirnya mampu menembus pasar Swiss pada Maret 2023 lalu lewat produk bertema tropical adventure.
Untuk bisa menembus pasar Swiss, Eiger harus melakukan uji riset dan karakteristik geografis Swiss. Tak lupa Eiger melakukan uji coba produk di puncak tertinggi Jaya Wijaya.
Meskipun demikian, mereka tetap mengenalkan budaya dan keindahan alam Indonesia lewat produk tersebut.
Sejak jadi korporat, Eiger berhasil tumbuh 10 kali lipat. Setiap tahunnya, mereka mampu memproduksi sebanyak 6 juta produk dengan bantuan dari 10.000 orang.
Bahkan mereka juga sedang membangun Eiger Adventure Land, sebuah bisnis ekowisata di Bogor dengan modal sebesar Rp800 miliar.
Layaknya usaha yang lain, kesuksesan Eiger tentu tak semulus yang dikira.
Sebelumnya, Eiger pernah terjerat utang sebesar Rp4,5 miliar dan membuat aset pabriknya disita oleh bank.
Lalu, kebakaran gudang JNE di Depok tahun lalu (2022) menyebabkan sebanyak 200.000 produk Eiger ikut terbakar habis dan menimbulkan kerugian yang tidak sedikit.
Tak hanya itu, Eiger pernah tersandung kasus karena video review produk tahun 2020 lalu.
Eiger melayangkan surat keberatan kepada salah seorang youtuber, 'duniadian' yang memberi review tentang produk kacamata milik mereka.
Bukannya mendapatkan pembelaan, Eiger justru dihujat balik oleh netizen.
Sebab, alih-alih memberi review buruk, video tersebut justru banyak memuji produk kaca mata yang diproduksi oleh merek tersebut.
Akhirnya, CEO Eiger segera menyampaikan permintaan maafnya sekaligus memberikan diskon produk 20 hingga 50 persen bagi pelanggan setianya.