Efisiensi Biaya Transaksi Hingga 15 Kali, Ethereum Disebut Punya Banyak Keunggulan
Peningkatan ini mencerminkan komitmen ethereum untuk terus berinovasi dan mengatasi tantangan dalam lanskap blockchain dan cryptocurrency yang dinamis.
Data dari CoinTelegraph mencatat, jaringan layer-2 ethereum dapat mengurangi biaya transaksi hingga 15 kali lipat dibandingkan dengan layer-1 ethereum. Hal ini menjadikannya lebih efisien untuk digunakan dalam aplikasi DeFi, NFT, dan game blockchain.
Berdasarkan laporan dari ConsenSys, ethereum terus menunjukkan perkembangan dalam adopsi teknologi blockchain di berbagai sektor. Salah satu contoh utamanya adalah peluncuran jaringan layer-2, yang berfungsi sebagai solusi scaling untuk ethereum.
Penggunaan Layer-2 dijadikan solusi untuk meningkatkan dan memainkan peran penting dalam evolusi ethereum. Dirancang untuk meningkatkan kecepatan dan efisiensi transaksi di blockchain, semakin banyak diadopsi oleh pengguna dan pengembang.
Misalnya, DeFi di ethereum menciptakan sistem keuangan terdesentralisasi dengan menggantikan atau melengkapi layanan keuangan tradisional seperti pinjaman, asuransi, perdagangan, dan simpanan menggunakan teknologi blockchain dan smart contracts.
CTO Indodax, William Sutanto yang juga aktif dalam advokasi industri Web3 mengomentari keunggulan ethereum sebagai blockchain dengan validator terbanyak, mengalahkan Solana.
"Ethereum mampu memfasilitasi inovasi baru di dunia keuangan, seperti DeFi yang mengubah cara kita melakukan saving dan lending secara transparan tanpa campur tangan organisasi manapun,” jelas William di event ETH Genesis Block: The Dawn of Ethereum.
Menurut dia, ethereum sebagai salah satu platform blockchain terbesar di dunia, telah mengalami perubahan signifikan setelah upgrade terbaru.
Peningkatan ini mencerminkan komitmen ethereum untuk terus berinovasi dan mengatasi tantangan dalam lanskap blockchain dan cryptocurrency yang dinamis.
Selain itu, dalam dunia blockchain ethereum juga dikenal karena kemampuannya mendukung smart contracts dan aplikasi terdesentralisasi (DApps). Membedakannya dari blockchain lain seperti Bitcoin, dimana Ethereum lebih fokus pada transaksi mata uang digital.
"Visinya ETH itu salah satunya adalah fokus ke DApps, artikulasi DApss sendiri lagi di-push bersama-sama untuk terus dikembangkan, sementara untuk jaringan sudah cepat dan murah," ucap Mario, founder komunitas Web3 Parallax.
"Dalam konteks yang serupa, kita bisa melihat semangat para pengembang jaringan Ethereum didorong oleh sifat desentralisasi, di mana mereka menyatakan bahwa pembangunan aplikasi di Ethereum bisa menjadi tanpa batas. Berbeda dengan membangun aplikasi di tingkat lokal yang target pasarnya lebih terbatas, dengan teknologi Web3 pengembang dapat menargetkan pasar global yang memiliki potensi lebih besar," sambungnya.
Di sisi lain, Yan Zero dari komunitas Belajar DeFi menambahkan, web3 itu privilege karena arenanya internasional, tidak melekat pada negara tertentu.
"Vietnam Web3-nya berkembang, dan banyak project besarnya. Indonesia harus percaya diri juga, bare minimum Web3 itu bukan di Indonesia, tapi internasional,” ungkap Yan Zero.