Gede Widiade, dari Bos Klub Sepak Bola Hingga Masuk Tim Pemenangan Anies-Muhaimin
Gede Widiade didapuk jadi bendahara Umum untuk tim pemenangan Anies-Muhaimin.
Gede Widiade didapuk jadi bendahara Umum untuk tim pemenangan Anies-Muhaimin.
Gede Widiade, dari Bos Klub Sepak Bola Hingga Masuk Tim Pemenangan Anies-Muhaimin
Gede Widiade didapuk sebagai bendahara Umum untuk tim pemenangan pasangan calon Presiden dan Wakil Presiden Anies Baswedan - Muhaimin Iskandar, dalam Pilpres 2024. Nama Gede tidaklah asing bagi pemerhati sepak bola.
Dirangkum dari Bola.com, nama Gede mulai dikenal publik ketika memegang kendali manajemen Persebaya Junior yang berkiprah di Piala Soeratin pada 2002.
Kariernya di managerial klub sepak bola terus melesat ketika dia menjadi CEO Persebaya 1927 periode 2011-2013.
Setelah itu, Gede menjadi pemilik saham mayoritas di PS Mojokerto Putera sebelum memagang kendali Persebaya Divisi Utama yang belakangan memjelma menjadi Bhayangkara FC, peraih trofi juara Liga 1 2017.
Tahun 2018, portofolionya kembali bertambah ketika dia diangkat menjadi Direktur Utama Persija Jakarta.
Di bawah manajemennya, Persija berhasil meraih prestasi terbaik gelar juara Liga 1 2018 plus berjaya pada turnamen Boost Sport Fix Super Cup di Malaysia dan Piala Presiden. Satu tahun kemudian, Gede mundur dari Persija.
Keluar dari Persija, Gede melanjutkan kiprahnya sebagai pengelola klub dengan menjadi pemilik saham mayoritas Persiba Balikpapan yang berkiprah di Liga 2.
Di mata Gede, Persiba punya potensi karena mendapat dukungan pemerintah setempat dengan menyediakan infrastruktur bagus seperti Stadion Batakan yang berstandar internasional serta dukungan suporter militan.
Jika Gede ditunjuk sebagai bendahara umum, maka tidak dipungkiri Kekayaan yang dimiliki Gede cukup fantastis. Meski tidak ada informasi jelas mengenai total aset yang dimiliki Gede, namun Kisaran harta yang dia miliki dapat diperkirakan melebihi Rp7,5 miliar.
Hal ini didasari wawancara Gede yang mengatakan modal memiliki klub sepak bola yaitu Rp1 miliar.
Itu pun untuk klub yang Masih berada di level Liga 3. Sementara modal di Liga 2, dana yang dibutuhkan paling sedikit Rp7,5 miliar.
"Pengeluaran tim Liga 1 tentu lebih besar. Jadi, sampai kapan pemilik sebuah tim bertahan tanpa pemasukan dari sumber lain," tegas Gede.
Merdeka.com