IHSG Anjlok Parah Hampir 2 Persen, Ternyata Gara-Gara Ini
Kebijakan efisiensi APBN dan APBD menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap perekonomian nasional.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terlihat bergerak negatif dalam perdagangan pada Kamis, 6 Februari 2025. IHSG mengalami penurunan sebesar 137 poin atau 1,96 persen, yang membawa indeks ini ke level 6.886 pada penutupan sesi pertama.
Para pelaku pasar saham di dalam negeri menunjukkan kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun ini setelah merespons rilis data PDB 2024.
Selain itu, perhatian pasar juga tertuju pada Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 2025 yang berkaitan dengan efisiensi belanja serta pelaksanaan APBN dan APBD yang totalnya mencapai Rp 306 triliun.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia selama 2024 sebesar 5,03 persen, yang lebih rendah dibandingkan dengan pencapaian tahun 2023 dan 2022 yang masing-masing sebesar 5,05 persen dan 5,31 persen.
Di sisi lain, kebijakan efisiensi APBN dan APBD menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap perekonomian nasional.
"Hal ini dikhawatirkan akan ada program kerja yang dihapus dan juga pemangkasan anggaran tidak dilakukan secara selektif berpotensi berdampak negatif pada investasi publik, penciptaan lapangan kerja, dan produktivitas tenaga kerja, serta menurunkan daya beli masyarakat. Sehingga dikhawatirkan ini akan berdampak pada PDB tahun ini, di mana konsumsi pemerintah memberikan kontribusi PDB," ungkap Tim Riset Sinarmas Sekuritas pada Kamis (6/2).
Pada sesi pertama hari ini, beberapa saham yang mengalami kenaikan antara lain BUVA, AIMS, SAFE, OBAT, dan TIRA, sementara saham yang mengalami penurunan terbesar adalah JGLE, NZIA, ANDI, MDRN, dan ZATA.
Di sisi lain, pasar saham Asia menunjukkan penguatan, di mana pasar mempertimbangkan data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang kurang baik.
Data aktivitas sektor jasa di AS mengalami penurunan yang tidak terduga pada bulan Januari seiring dengan turunnya permintaan, di mana purchasing managers index (PMI) non-manufaktur AS turun menjadi 52,8 pada bulan Januari dari sebelumnya 54,0 di bulan Desember.
"Pasar juga mempertimbangkan meredanya kekhawatiran mengenai perang dagang global setelah adanya penundaan, dan berharap diskusi antara Presiden Donald Trump dan Presiden Tiongkok Xi Jinping dapat terealisasi untuk membahas perkembangan perdagangan," tulis Pilarmas Sekuritas.
Pemangkasan Suku Bunga Fed
Selain itu, perhatian terhadap ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh The Fed masih menjadi fokus utama. Sebelumnya, Presiden Fed Richmond, Thomas Barkin, menyatakan bahwa The Fed cenderung untuk menurunkan suku bunga lebih lanjut tahun ini, tetapi juga mengindikasikan adanya ketidakpastian terkait dampak dari tarif, imigrasi, regulasi, serta inisiatif lainnya dari pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Analis PT MNC Sekuritas, Herditya Wicaksono, menyampaikan bahwa saat ini IHSG tengah mengalami koreksi yang sesuai dengan skenario negatif yang telah dipaparkan sebelumnya.
"Worst case IHSG akan menguji 6.742-6.853," ungkapnya saat dihubungi oleh Liputan6.com.
Dia juga menambahkan bahwa pergerakan IHSG masih tertekan oleh emiten bank besar yang mengalami koreksi yang cukup signifikan hari ini.
Menurut Herditya, hal ini disebabkan oleh rilis kinerja keuangan 2024 yang terbilang moderat, sementara investor masih memperhatikan kinerja 2025 yang diprediksi stagnan.
"Investor dapat lebih selektif pada portofolionya dan dapat mencermati rilis kinerja 2024 dari masing-masing emiten," jelasnya.