Transaksi Perdagangan Nasional Defisit, Masa Depan Rupiah Diprediksi Suram
Transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.
Transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir.
Direktur Pengembangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Eko Listyanto, mengungkapkan bahwa transaksi berjalan Indonesia telah mengalami defisit secara terus-menerus dalam dua kuartal terakhir, hal ini tentu dapat mengundang kekhawatiran akan stabilitas ekonomi nasional.
Eko menyebut dalam data terbaru menunjukkan bahwa defisit terhadap transaksi berjalan terjadi secara berturut-turut pada kuartal empat tahun lalu dan kuartal pertama tahun ini.
"Angkanya memang triwulanan, jadi tidak bisa diupdate dengan cepat, defisitnya meningkat," ujar Eko dalam konferensi pers, Jakarta, Kamis (4/7).
Menurutnya transaksi berjalan yang defisit itu, mencerminkan lebih dari ekspor dan impor barang dan jasa, merupakan indikator krusial bagi kestabilan mata uang rupiah dan situasi ekonomi saat ini.
"Ini adalah indikator yang paling bisa merepresentasikan kondisi terkini ekonomi kita, terutama ketersediaan dolar AS (Amerika Serikat) dan situasi ekonomi global," tambahnya.
Dia juga menyoroti bahwa defisit ini bisa menjadi sumber ketidakstabilan bagi rupiah jika tidak ditangani dengan tepat.
"Kita perlu lebih fokus untuk menjaga stabilitas fiskal daripada memperlebar defisit transaksi berjalan. Memperlebar defisit hanya akan menimbulkan masalah baru dan memperburuk warisan utang yang sudah ada," paparnya.
Dalam menghadapi tantangan ini, Eko Listyanto mengajak pemerintah dan Bank Indonesia untuk mempertimbangkan kebijakan yang dapat mengamankan stabilitas mata uang dan mengurangi ketergantungan pada impor.
"Langkah-langkah strategis harus segera diambil untuk mencegah penurunan lebih lanjut dalam nilai tukar rupiah" jelasnya.
Lebih lanjut, defisit transaksi berjalan yang terus melebar menjadi perhatian utama bagi perekonomian Indonesia dalam menghadapi dinamika ekonomi global yang tidak pasti.
NPI pada triwulan I 2024 mencatat defisit USD6,0 miliar dan posisi cadangan devisa pada akhir Maret 2024 tercatat tetap tinggi sebesar USD140,4 miliar.
Baca SelengkapnyaPada Selasa (14/5), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan di Jakarta ditutup melemah di tengah pasar menantikan data inflasi Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaMelansir laman Bloomberg, nilai Tukar Rupiah melemah 46,5 poin atau 0,28 persen dari level sebelumnya pada pada pembukaan perdagangan Jumat (21/6) pagi.
Baca SelengkapnyaPosisi ULN pada November 2023 juga dipengaruhi oleh faktor pelemahan mata uang dolar AS terhadap mayoritas mata uang global.
Baca SelengkapnyaPasar keuangan yang tidak pasti diprediksi bisa memperlambat ekonomi dunia.
Baca SelengkapnyaPerdagangan Senin depan mata uang rupiah diprediksi fluktuatif namun ditutup menguat
Baca SelengkapnyaPenguatan nilai tukar rupiah didorong oleh dampak positif respons kebijakan moneter Bank Indonesia.
Baca SelengkapnyaDalam industri keuangan, teknologi blockchain telah membuka jalan bagi konsep keuangan terdesentralisasi (DeFi).
Baca SelengkapnyaNilai tukar Rupiah memang masih melemah 3,74 persen dari level akhir Desember 2023, lebih baik dibandingkan dengan pelemahan Peso Filipina.
Baca Selengkapnya