Impor Turun, Neraca Perdagangan Oktober 2019 Tercatat Surplus
Merdeka.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Oktober 2019 mengalami surplus. Realisasi ini membaik dari posisi neraca perdagangan Oktober 2018 yang mengalami defisit sebesar USD1,75 miliar.
Kepala BPS, Suhariyanto menjelaskan, bila dibandingkan secara bulanan, mengalami perbaikan dari September 2019 yang tercatat defisit USD163,9 juta. Adanya surplus tersebut bukan karena kinerja ekspor yang moncer, melainkan adanya penurunan tajam pada nilai impor.
"Menjadi catatan, surplus ini tercipta bukan karena ekspor yang naik, tapi karena impor turun lebih dalam. Ekspor kan juga tercatat turun," kata dia dalam konferensi pers di Kantornya, Jakarta, Jumat (15/11).
-
Bagaimana deflasi dihitung oleh BPS? BPS mencatat bahwa pada bulan tersebut, terjadi deflasi sebesar 0,12 persen secara bulanan, yang menyebabkan penurunan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,06 di bulan Agustus 2024 menjadi 105,93 di bulan September 2024.
-
Apa yang naik di bulan Oktober 2023? 'Jika dibandingkan September 2023, NTP naik karena Bulan September 2023 yang masih bernilai 111,25,' kata Asim, Jumat (03/11/2023).
-
Bagaimana nilai pasar timnas meningkat? Total nilai pasar starting XI Skuad Indonesia bisa melampaui Rp350 miliar dengan kehadiran kedua pemain ini.
-
Mengapa Indonesia surplus perdagangan dengan Malaysia? 'Kalau dihitung bulan, lebih dari 48 bulan kita surplus terus, Alhamdulillah,' ucap Didi Sumedi Sidoarjo saat melepas ekspor perdana produk kosmetik PT Wahana Kosmetika Indonesia (WKI) ke Malaysia.
-
Apa yang membuat cadangan devisa RI meningkat? 'Kenaikan posisi cadangan devisa tersebut dipengaruhi oleh penerimaan pajak. Faktor lainnya, jasa serta penarikan pinjaman luar negeri pemerintah, di tengah kebutuhan stabilisasi nilai tukar Rupiah sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan global.'
-
Apa yang BNI tingkatkan? PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp97.9 triliun di September 2023 kepada Badan Usaha Milik Negara (BUMN).
Dia menjelaskan, surplus sebesar USD 161,3 juta tersebut disumbang oleh sektor nonmigas sebesar USD 990,5 juta. Sektor minyak dan gas (migas) sendiri tercatat masih mengalami defisit sebesar USD 829,2 juta.
Laju Ekspor Impor
Nilai impor Oktober 2019 tercatat mencapai USD14,77 miliar. Realisasi ini mengalami penurunan tajam sebesar 16,39 persen dibandingkan dengan Oktober 2018 yang sebesar USD17,67 miliar. Namun bila dibandingkan dengan September 2019 terjadi peningkatan 3,57 persen dari USD14,26 miliar.
Kemudian nilai ekspor tercatat mencapai USD14,93 miliar. Realisasi ini mengalami penurunan 6,13 persen dari Oktober 2018 yang mencapai USD15,91 miliar. Tetapi dibandingkan dengan September 2019 mengalami peningkatan 5,92 persen dari USD14,10 miliar.
"Laju ekspor-impor di Oktober 2019 dipengaruhi sejumlah dinamika ekonomi global," ujarnya.
Di mana perdagangan internasional melemah dan harga komoditas bergerak fluktuatif. Seperti harga minyak mentah Indonesia (ICP) yang tercatat menurun jadi USD59,82 per barel dari September 2019 yang sebesar USD60,84 per barel.
Di samping itu, ada pula komoditas nonmigas yang mengalami penurunan kinerja yakni karet, nikel, dan perak. Serta komoditas nonmigas yang mengalami peningkatan kinerja yakni coklat, batu bara, minyak sawit, juga seng.
"Diharapkan surplus neraca dagang tercipta, karena kinerja ekspor tumbuh dan impor menurun," ujarnya.
Komoditas yang Surplus
Secara rinci, pada komoditas non migas tercatat mengalami surplus USD990,5 juta. Sedangkan pada migas terjadi defisit sebesar USD829,2 juta.
Defisit migas terdiri dari nilai minyak mentah yang mengalami defisit USD237,5 juta dan hasil minyak defisit USD1 miliar. Namun pada gas tercatat surplus USD409,4 juta.
Adapun sepanjang Januari-Oktober 2019 kinerja neraca perdagangan Indonesia masih tercatat defisit sebesar USD1,79 miliar. Realisasi ini lebih baik dari periode Januari-Oktober 2018 yang defisit sebesar USD5,5 miliar.
Sementara itu laju komoditas nonmigas sepanjang awal tahun hingga akhir Oktober 2019 tercatat surplus sebesar USD5,48 miliar. Lebih rendah dari posisi akhir Oktober 2018 yang surplus USD5,2 miliar.
Sedangkan untuk komoditas migas tercatat defisit sebesar USD7,2 miliar. Nilai itu lebih baik dari periode yang sama di tahun lalu yang mengalami defisit sebesar USD10,8 miliar.
(mdk/azz)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Surplus neraca perdagangan bulan Agustus 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Baca SelengkapnyaCatatan ini memperpanjang daftar surplus selama 41 bulan berturut-turut.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia per Juli 2024 turun sebesar USD470 juta menjadi USD1,92 miliar dibanding bulan sebelumnya yang mencapai USD2,39 miliar.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus USD3,48 miliar pada Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaSurplus perdagangan pada Juni 2024 ini diakibatkan nilai ekspor yang masih lebih tinggi daripada impor.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2024 membukukan surplus sebesar USD 2,48 miliar.
Baca SelengkapnyaSecara tahunan, nilai impor Juli 2024 mengalami peningkatan 11,07 persen.
Baca SelengkapnyaNeraca Perdagangan Indonesia melanjutkan trend surplus selama 45 bulan atau hampir 4 tahun secara berturut-turut.
Baca SelengkapnyaPudji menerangkan, surplus tersebut ditopang oleh komoditas non migas yaitu sebesar USD4,62 miliar
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan komoditas migas tercatat defisit USD1,89 miliar dengan komoditas penyumbang defisit adalah hasil minyak dan juga minyak mentah.
Baca SelengkapnyaNeraca perdagangan Indonesia mencatatkan surplus USD1,31 miliar atau sekitar Rp20,01 triliun
Baca SelengkapnyaRealisasi pendapatan negara pada Mei 2024 tersebut anjlok 7,1 persen secara year on year (yoy).
Baca Selengkapnya