Indonesia Pimpin Pertemuan Internasional Pertanian Adaptif Iklim Global
Merdeka.com - Pertemuan the 9th Global Research Alliance (GRA) Green Gas Houses and Emission Council Meeting berlangsung 6-7 Oktober 2019 di Bali. Acara tersebut dibuka oleh Kepala Badan Litbang Kementan, Fadjry Djufry.
"Emisi gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global memerlukan tindakan nyata seluruh pihak dalam melaksanakan upaya mereduksi emisi gas rumah kaca, dan pada saat bersamaan mengembangkan inisiatif global guna adaptasi dan mitigasi perubahan iklim,” ujar Fadjry Djufry Kepala Badan Litbang Kementan, saat membuka pertemuan the 9th Global Research Alliance (GRA) Green Gas Houses and Emission Council Meeting.
Pertemuan yang dihadiri perwakilan 56 negara ini akan dirangkaikan dengan the 5th Global Science Conference on Climate Smart Agriculture yang akan dilaksanakan di Jimbaran, Bali pada 8-11 Oktober 2019. Fadjry mengatakan climate change atau perubahan iklim adalah hal yang nyata dan telah memberikan dampak yang ekstrim di berbagai negara.
-
Siapa yang memimpin FGD Deklarasi GTRA Summit 2023? Bertindak memimpin jalannya FGD, Direktur Jenderal (Dirjen) Penataan Agraria Kementerian ATR/BPN, Dalu Agung Darmawan.
-
Bagaimana Ganjar mau majukan dunia kreatif? Ganjar menjelaskan bahwa terdapat banyak peran besar para pelaku industri kreatif untuk memajukan sektor ini.
-
Bagaimana mengurangi gas rumah kaca? Mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dengan menginvestasikan dan menggunakan energi terbarukan seperti tenaga surya, tenaga angin, dan hidroenergi.
-
Apa tujuan Kemendagri di FGD? Ditjen Polpum Kemendagri Gelar FGD Penanganan Radikalisme dan Terorisme Handoko berharap, FGD Penanganan Radikalisme dan Terorisme ini dapat memberikan wawasan dan pemahaman dalam upaya penanganan penyebaran paham radikalisme dan terorisme.
-
Apa efek rumah kaca itu? Efek rumah kaca adalah proses yang terjadi ketika gas di atmosfer bumi memerangkap panas matahari.
-
Apa itu efek rumah kaca? Efek rumah kaca adalah fenomena alami di mana gas rumah kaca menahan panas dari matahari di atmosfer bumi.
Lebih lanjut dikatakan sektor pertanian adalah yang paling rentan menghadapi cuaca yang ekstrim karena perubahan iklim, sementara pertanian harus dapat berproduksi tinggi untuk memenuhi kebutuhan pangan.
Fadjry selaku Ketua GRA yang baru, mengingatkan pentingnya dukungan dan kolaborasi seluruh pihak menghadapi perubahan iklim. “Dunia menunggu implementasi system manajemen berbasis sains untuk pangan dan pertanian yang lebih kuat,” kata Fadjry.
©2019 dok.KementanFadjry mengemukakan visi GRA satu tahun ke depan, GRA menjadi majelis terkemuka di dunia dalam penelitian dan pengembangan teknologi, terkait adaptasi terhadap iklim ekstrem, dan mitigasi gas rumah kaca pertanian.
Sebagai informasi, Global Research Alliance on Agricultural Greenhouse Gases (GRA) sejak 2009 telah mempunyai anggota 56 negara. Aliansi ini membawa negara-negara anggotanya untuk mencari dan mempraktekan cara untuk mengembangkan pertanian guna memperoleh pangan berlimpah tanpa harus meningkatkan emisi gas rumah kaca.
Kegiatan Aliansi ini melaksanakan empat grup riset, yaitu Paddy Rice, Livestock, Cropland, dan Integrative. Setiap grup riset melaksanakan pertemuan rutin guna mengevaluasi kemajuan kegiatan yang sedang dilaksanakan dan juga membahas isu-isu terkini. Pertemuan tahunan kali ini, Indonesia bertindak sebagai Ketua Konsil, dengan mengambil tema ‘Decision support tools’ yang fokus kepada sains dan training pada GRA’s Research Groups.
Pemerintah Indonesia sendiri menurut Fadjry, melalui Kementerian Pertanian terus mendorong dan mengembangkan sistem pertanian yang ramah iklim dan ramah lingkungan. Pemerintah terus bermitra dengan negara lain dan beberapa lembaga internasional agar sistem pertanian ramah iklim dapat dimodifikasi, diadaptasi dan diterapkan di Indonesia.
(mdk/paw)Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Putu menyebut untuk level legislatif atau Parlemen se-ASEAN menekankan pada aspek episentrum ekonomi yakni kesejahteraan, masyarakat, dan planet (lingkungan).
Baca SelengkapnyaISF 2023 mengungkap bahwa emisi karbon Indonesia 2,3 ton per kapita.
Baca SelengkapnyaJokowi menegaskan perubahan iklim menjadi masalah pemerintah di seluruh dunia.
Baca SelengkapnyaSYL berharap FAO bisa mengambil peran dalam hadirnya paradigma baru itu.
Baca SelengkapnyaTanpa pendanaan dari negara maju, upaya mitigasi perubahan iklim oleh negara berkembang, termasuk Indonesia akan mengalami hambatan.
Baca SelengkapnyaPertemuan Asean Ministers on Agriculture and Forestry (AMAF) ke-45 sukses digelar di Kuala Lumpur, Malaysia pada 2-6 Oktober 2023.
Baca SelengkapnyaLuhut meyakini Aliansi Keuangan Campuran Global atau Global Blended Finance Alliance (GBFA) bisa menjawab kebutuhan dampak perubahan iklim.
Baca SelengkapnyaYulin Jia menekankan pentingnya kemandirian pangan bagi negara-negara dengan populasi besar seperti Indonesia.
Baca SelengkapnyaPameran ini menampilkan beragam inovasi teknologi terbaru alat-alat pertanian. Dari traktor Mahindra hingga pertanian indoor sistem NFT (Nutrien Film Technic).
Baca SelengkapnyaSemangat kolaborasi yang kuat dari ISF 2024 membangkitkan harapannya dalam menanggulangi krisis iklim.
Baca SelengkapnyaMentan minta seluruh pelaku pertanian fokus bekerja dalam mempersiapkan pangan masyarakat sekaligus meningkatkan pendapatan petani Indonesia.
Baca SelengkapnyaISF 2023 juga menampilkan 14 sesi tematik tentang isu-isu seperti ekonomi sirkular, kerja sama internasional dan lainnya.
Baca Selengkapnya