Industri Hotel Buka Lowongan Kerja untuk Tenaga Kerja Asia
Tingkat pengangguran di negara-negara berkembang Asia masih menjadi tantangan signifikan.
Tingkat pengangguran di negara-negara berkembang Asia masih menjadi tantangan signifikan.
Industri Hotel Buka Lowongan Kerja untuk Tenaga Kerja Asia
Sejumlah perusahaan di industri perhotelan gencar membuka rekrutmen di negara-negara Asia, termasuk Indonesia.
Usia kelompok kerja di Jepang yang didominasi lansia, membuat industri ini kesulitan bertahan jika tidak melakukan langkah agresif sejak dini.
Melansir Nikkei Asia, kunjungan wisatawan mancanengara ke Jepang pada bulan Maret 2024 menyentuh rekor tertinggi yaitu 3 juta orang.
Angka ini naik 70 persen dibandingkan tahun sebelumnya di bulan yang sama.
Melansir Nikkei Asia, pariwisata merupakan industri yang memiliki peran terbesar kedua, setelah ekspor mobil, dalam ketahanan ekonomi Jepang
"Industri perhotelan diharapkan tumbuh pesat sebagai industri yang akan mendukung (ekonomi Jepang) di masa depan," Yoshihiro Inoue, ketua All Japan Ryokan Hotel Association, mengatakan pada forum kerja Jakarta, yang dihadiri sekitar 800 peserta, termasuk mahasiswa dan agen tenaga kerja.
"Namun, sulit bagi orang Jepang sendiri untuk mendukung pertumbuhan ini," kata Inoue.
"Kami ingin menciptakan masa depan industri perhotelan dengan mengundang orang asing, seperti Anda semua yang berkumpul di sini hari ini, untuk datang ke Jepang dan bekerja sama dengan kami."
Seiring menyusutnya jumlah warga usia kerja, Jepang menghadapi kekurangan tenaga kerja yang parah, terutama di industri perhotelan.
Hal ini sebagian disebabkan oleh industri yang terpaksa memangkas karyawan selama pandemi virus corona.
Survei yang dilakukan pada bulan April terhadap lebih dari 11.000 perusahaan Jepang oleh peneliti yang berbasis di Tokyo, Teikoku Databank, menemukan bahwa 71,1 persen sektor perhotelan menghadapi kekurangan karyawan penuh waktu, jauh lebih tinggi daripada angka seluruh industri sebesar 51 persen.
Shintaro Sugahara, wakil ketua Hotel Plaza Osaka, yang merupakan salah satu dari sekitar 20 perwakilan dari industri perhotelan Jepang yang menghadiri forum Jakarta, mengatakan bahwa ia berharap dapat meredakan kekurangan tenaga kerja yang serius dengan sumber daya manusia Asia.
Sejauh ini, hotelnya memiliki lebih dari 30 pekerja asing, yang katanya juga telah membantu memperluas basis pelanggannya dari negara-negara yang belum dijangkau.
"Kami melihat pekerja asing bukan hanya sebagai tenaga kerja, tetapi mereka menjadi kekuatan kami, seperti menyiapkan menu halal oleh staf Indonesia untuk wisatawan asing," ucap Sugahara.
Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan Jepang, hingga Oktober 2023, Jepang memiliki lebih dari 2 juta pekerja asing, sekitar 32.000 di antaranya, atau 1,6 persen, bekerja di industri perhotelan.
Berbeda dengan situasi di Jepang, penciptaan lapangan kerja merupakan isu yang genting bagi banyak negara berkembang di Asia.
Meskipun pertumbuhan ekonomi stabil, tingkat pengangguran pada tahun 2023 di antara mereka yang berusia 15 hingga 24 tahun di India, negara dengan penduduk terbanyak di dunia, dan Indonesia, negara dengan penduduk terbanyak keempat, masing-masing adalah 15,8 persen dan 13,9 persen, menurut data Bank Dunia.
"Indonesia memiliki bonus demografi. Itulah sebabnya kita harus memfasilitasi pekerja muda kita untuk mendapatkan pekerjaan, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia," Muchamad Yusuf, kepala pusat pasar tenaga kerja Kementerian Ketenagakerjaan Indonesia, mengatakan kepada Nikkei Asia.
Ia menambahkan bahwa Kementerian berharap dapat mengirim pekerja mudanya ke luar negeri untuk membantu mengembangkan keterampilan mereka dan mentransfer teknologi ke Indonesia.
Pelemahan yen telah memukul pekerja asing di Jepang baru-baru ini. Namun, Kemal, seorang mahasiswa berusia 22 tahun yang mengikuti bursa kerja dari kota Bandung, Jawa Barat, mengatakan kepada Nikkei Asia bahwa Jepang masih merupakan tempat kerja yang menarik.
"Saya ingin bekerja di Jepang dan menabung. Saya ingin pergi ke Jepang meskipun yen sedang melemah, karena gaji di sana jauh berbeda dengan bekerja di hotel di Jakarta," pungkas Kemal.