Ini Sosok Penyumbang Puncak Emas Terbesar Senilai 28 Kg, Pengusaha Beken Asal Aceh
Dia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia era pemerintahan Soekarno.
Dia pernah dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia era pemerintahan Soekarno.
Ini Sosok Penyumbang Puncak Emas Terbesar Senilai 28 Kg, Pengusaha Beken Asal Aceh
Ini Sosok Penyumbang Puncak Emas Terbesar Senilai 28 Kg, Pengusaha Beken Asal Aceh
Sebagian masyarakat mungkin sudah pernah mengunjungi Monumen Nasional (Monas) yang ada di Jakarta Pusat. Namun tak banyak yang tahu berat emas yang ada dipuncak tugu tersebut beratnya mencapai 38 kg. Tak hanya itu, dari total berat emas tersebut, 28 kg emas ternyata merupakan sumbangan dari Teuku Markam.
-
Siapa 'Manusia Emas' itu? Jasad pria ini ditemukan selama penggalian di gundukan pemakaman Saka dekat pemukiman Issyk, sekitar 60 km sebelah timur Almaty, Kazakhstan selatan.
-
Emas apa yang ditemukan? Seorang ahli detektor logam di Shropshire, Inggris menemukan bongkahan emas terbesar yang pernah ada di Inggris.
-
Siapa yang menemukan emas? Seorang ahli detektor logam di Shropshire, Inggris menemukan bongkahan emas terbesar yang pernah ada di Inggris.
-
Kenapa 'Manusia Emas' terkenal? Manusia Emas ini kemudian menjadi simbol utama kemerdekaan Kazakhstan.
-
Siapa yang menemukan koin emas? Dari Abad ke-3 SM Dilansir laman Arkeonews, arkeolog yang menggali situs Tophet, Kartago, mengumumkan temuan kumpulan persembahan untuk ritual itu.
-
Dimana artefak emas tertua ditemukan? Manik-manik ini ditemukan di sebuah permukiman prasejarah di Bulgaria, berasal dari sekitar tahun 4500 sampai 4600 SM.
Dia bahkan sempat dikaitkan sebagai anggota kabinet bayangan Soekarno karena hubungan dekatnya dengan presiden pertama Republik Indonesia itu.
Teuku Markam berasal dari keturunan Ulelebalang Aceh yang lahir pada 1925. Dia sempat menempuh pendidikan sampai kelas empat SR (Sekolah Rakyat). Memasuki usia remaja, Teuku Markam memutuskan menempuh pendidikan wajib militer di Koeta Radja. Dia kemudian berhasil menyelesaikan pendidikan dan tamat berpangkat Letnan Satu.Teuku Markam sempat bergabung dalam Tentara Rakyat Indonesia (TRI) dengan ikut pertempuran di Sumatera Utara.
Dalam perjalanan karirnya, Teuku Markam pernah menjadi ajudan Jenderal Gatot Soebroto.
Merdeka.com
Pada 1957, setelah berpangkat Kapten, Teuku Markam kembali ke Aceh dan mendirikan PT Karkam. Pada kesempatan inilah, dia bertemu Soekarno.
Dituduh Antek PKI
Pertemuan Teuku Markam dengan Soekarno membawanya menjadi lingkaran pemerintah. Soekarno menggaet Teuku Markam karena dinilai memiliki kapasitas dalam menggerakan ekonomi Indonesia. Namun, perannya semakin surut tatkala Pemerintah Orde Lama berkuasa. Di bawah Presiden Soeharto, Teuku Markam dituduh sebagai antek-antek PKI dan dipenjara selama delapan tahun. Seluruh kekayaannya diambil alih oleh Pemerintahan Orde Baru.
Dia bahkan dicap sebagai 'Pengusaha Istana'. Namun, semenjak ditahan, reputasinya hancur seketika. Markam harus menjalani masa nelangsa sebagai orang terhukum tanpa proses pengadilan.
Teuku Markam menjalani masa penjara tanpa pengadilan selama 8 tahun 7 bulan.
Selama itu pula, Teuku Markam berpindah-pindah tempat penjara.
Merdeka.com
Awalnya, dia ditahan di RTM Budi Utomo, kemudian berturut-turut mendekam di Rutan Guntur, Jakarta Selatan.
Pernah juga dia mendekam di Penjara Salemba, Jakarta Pusat,Lapas Cipinang, Jakarta Timur; dan Instalasi Rehabilitasi (Inrehab) Nirbaya di Pondok Gede, Jakarta Timur.
Kembali Merintis Karier Sebagai Pengusaha
Pada akhir tahun 1974, Teuku Markam dibebaskan dari penjara. Usai bebas, dia langsung menunaikan ibadah haji bersama istrinya, Ratna Kartika. Sepulang dari haji, dia mendirikan perusahaan PT Marjaya (Markam Jaya) yang bergerak di bidang kontraktor dan infrastruktur.Dalam surat kabar Sinar Harapan, 13 April 1977,
Teuku Markam menyebut kembalinya dirinya menggeluti dunia bisnis berkat peran Adam Malik yang saat itu menjabat menteri luar negeri.
“Adam Malik sangat banyak menolong saya, beliaulah yang memberikan dorongan supaya saya bangkit kembali,” terang Markam.
Teuku Markam kembali merintis bisnisnya dengan mendirikan PT Marjaya. Perusahaan ini kemudian terlibat dalam sejumlah tender pembangunan jalan skala besar di Aceh. Salah satunya jalan Tapaktuan-Krueng Luas di Aceh Selatan sepanjang 96 km yang dibiayai Bank Dunia. Hingga pada 1985, Teuku Markam meninggal dunia.