Jalani Hobi Sejak Kecil, Dini Berhasil Pasarkan Batik hingga Mejeng di Dubai Expo
Setiap tahun, Dini memberangkatkan satu karyawannya pergi umroh.
Setiap tahun, Dini memberangkatkan satu karyawannya pergi umroh.
-
Siapa pemilik UMKM yang menjual batik tulis? Esti, pemilik Griya Kain Solo, UMKM binaan Pertamina asal Solo yang memproduksi batik tulis mengaku senang bisa diajak Pertamina mengikuti pameran.
-
Gimana cara Shopee bantu UMKM batik ekspor? Para pengrajin batik bisa mendaftarkan diri di Program Ekspor Shopee untuk membawa produk batiknya menuju pasar ekspor di Asia Tenggara, Asia Timur, dan Amerika Latin.
-
Bagaimana Dina memulai usaha? Dina benar-benar mulai dari nol, dia mempelajari resep dari internet dan YouTube. Dengan modal Rp300 ribu, Dina memproduksi roti Maryam di kos-kosannya.
-
Siapa yang membantu UMKM batik tulis Kebon Indah? Berkat bantuan dari BRI, para perempuan ini bisa tetap bersemangat nguri-uri kebudayaan batik tulis yang merupakan warisan nenek moyang.
-
Kenapa batik Madiun terkenal? Batik-batik ini juga sudah tercatat dalam Hak Kekayaan Intelektual (HKI) Kemenkumham RI.
-
Mengapa batik ciprat Desa Kemudo menjadi UMKM unggulan? Gradasi warna dengan motif yang indah membuat batik ciprat ini jadi UMKM unggulan di Desa Kemudo
Jalani Hobi Sejak Kecil, Dini Berhasil Pasarkan Batik hingga Mejeng di Dubai Expo
Merintis sebuah usaha tak selalu mulus, meski aktivitas ini telah digeluti sejak kecil. Ini juga yang dirasakan Dini bersama sang suami.
Melalui channel YouTube Naik Kelas, Dini bercerita sejak duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), dia sudah berdagang kecil-kecilan.
Mulai dari camilan hingga aksesoris. Nilainya memang tidak terlalu besar, namun Dini menikmati kegiatan itu.
Saat menikah, hobi Dini berdagang tetap dilakukan dengan dukungan sang suami.
Keduanya mulai meningkatkan nilai usaha mereka dengan membuka usaha garmen yang memproduksi seragam kerja dan perusahaan.
Di perjalanan bisnisnya, pada tahun 2019, Dini harus menelan pil pahit manakala kapal kargo pengangkut barang pesanannya karam di perairan Masalembo. Dari kejadian ini, Dini merugi Rp500 juta.
Dini dan suami tak menyerah untuk berhenti merintis sebuah usaha. Kali ini, keduanya beralih produk.
Semula memproduksi seragam sekolah dan kerja, kali ini mereka memproduksi pakaian batik.
Dini merasa bahwa batik merupakan bagian penting dari budaya Indonesia yang perlu dilestarikan.
"Awalnya tuh waktu melihat data bahwa sebenarnya jumlah orang Indonesia yang suka batik tuh banyak banget, tapi kadang kayak kita pakai batik kapan sih. Jadi, kita ingin bikin batik untuk keseharian gitu jadi akhirnya kita buat dengan motif-motifnya pun lebih simpel" ucap Dini.
Dini ingin mengubah kebiasaan orang yang menggunakan batik pada acara-acara resmi atau tertentu saja, menjadi bisa dipakai untuk bekerja, nongkrong, atau bahkan kegiatan santai lainnya.
Dia pun membuat merk sendiri bernama Damakara, yang fokus pada pakaian batik dengan desain modern dan sederhana.
Selain ingin memastikan bahwa batik tetap hidup dan dikenal oleh generasi, adanya Damakara juga ingin merangkul teman-teman berkebutuhan khusus.
"Mau bikin sesuatu yang lebih bermanfaat lagi, akhirnya kita bikin Damakara dengan tujuan waktu itu adalah kita ingin merangkul teman-teman berkebutuhan khusus dengan adanya Damakara," ucap Dini.
Damakara resmi diluncurkan pada Januari 2020 secara online. Saat pandemi Covid-19 melanda, di mana banyak sejumlah bisnis berjatuhan, ini tidak terjadi pada Damakara.
Selain fokus pada bisnis, Damakara juga memiliki berbagai program sosial yang bermanfaat bagi banyak orang.
Misalnya, setiap penjualan produk koleksi tertentu akan disisihkan Rp50.000 untuk mendukung ibu-ibu kepala keluarga yang berjuang selama pandemi.
Program lainnya termasuk memberikan sarung kepada tunawisma dari keuntungan setiap pembelian sarung oleh konsumen.
Damakara juga menggandeng teman-teman berkebutuhan khusus dalam proses produksinya.
Contohnya, mereka berkolaborasi dengan Abi dan Rian dari Yayasan Autisma Center Widyatama untuk membuat motif baru yang digunakan dalam produk Damakara.
Selalu menanamkan prinsip menjalani usaha dengan bahagia, tidak harus ada profit dan konsisten untuk terus bertumbuh, perlahan Damakara berkembang dengan signifikan.
Setelah dua tahun online, Dini memberanikan untuk mencoba menjual secara offline, Dini benar-benar memanfaatkan strategi dari online maupun online.
Kini, Damakara berhasil menjual produk mencapai 3.000-6.000 potong sebulan.
"Kita harus produksinya juga lebih banyak yang akhirnya dari yang tadinya 2-3 pcs, Kita coba tambahin jadi 10 pcs, terus berikutnya coba tambahin jadi 12 pcs. Kita jadi benar-benar bertumbuh secara organik,"ucapnya.
Selama empat tahun menjalankan Damakara, Dini menyadari pentingnya konsistensi dan kolaborasi.
Dia aktif mencari peluang untuk mendapatkan dukungan, salah satunya melalui Diplomat Success Challenge (DSC). Berkat DSC, Damakara mendapatkan dana hibah sebesar Rp225 juta yang digunakan untuk membuka toko offline baru di Bandung.
Kolaborasi dengan berbagai pihak juga membawa Damakara pada pencapaian-pencapaian besar.
Misalnya, berkolaborasi dengan influencer seperti Prita Gozi dan Putri Marino, serta menciptakan produk personal care dengan aroma khas bekerja sama dengan brand Organic.
Selain itu, Damakara telah terpilih untuk mengikuti fashion show di Indonesia International Modest Fashion dan lolos kurasi untuk ikut serta dalam Dubai Expo.
Tidak hanya pencapaian dalam brand, tetapi juga pada kesejahteraan karyawan.
Setiap tahunnya, Dini memberangkatkan satu karyawannya pergi umroh.
Program ini bukan hanya sebagai bentuk apresiasi kepada tim, tetapi juga sebagai cara untuk mengajak karyawan berdoa dan berusaha bersama-sama.
"Kita percaya kita bisa seperti ini karena doa-doa mereka," pungkasnya.
Reporter Magang: Tasya Ananda